01

9.4K 200 91
                                    

" Des. " panggil mas Juna dengan perlahan, sembari tangan kanannya mulai bergerak pelan untuk memeluk pinggang ramping ku yang masih berada di dalam selimut di sampingnya.

Dapat ku rasakan bulu kuduk ku langsung meremang dan merinding begitu tangan mas Juna mulai memeluk pinggang ku yang hanya tertutupi oleh selembar selimut yang kami berdua pakai sehabis kami melakukan aktivitas suami istri kami berdua untuk pertama kali. Berkali – kali aku mengingatkan diri ku jika yang sedang memeluk ku saat ini adalah Arjuna Wira Atmadja. Salah satu sahabat ku yang kini sudah berubah status menjadi suami ku.

Aku sendiri hanya berdiam diri saat mendengar panggilan pelan yang terlontar dari bibir mas Juna barusan. Dan aku memang sama sekali tidak berniat untuk menyahut panggilan dari dirinya. Apalagi di tambah, saat ini air mata ku masih tidak mau berhenti akibat aku yang merasa kesakitan saat mas Juna melakukannya untuk pertama kali dengan ku tadi. Sedikit saja aku menggerakan area bagian bawah tubuh ku, aku semakin merasa ngilu. Sehingga aku memilih untuk diam tak bergerak.

Aku mencoba sekuat tenaga agar aku jangan sampai menangis terisak - isak dan justru akan membuat mas Juna tau jika aku sedang menangis saat ini sembari menggigit bibir ku dengan kuat. Aku bisa merasakan jika bibir ku sedikit terluka dan berdarah karena begitu kuatnya ku gigit sejak tadi. Sudah cukup dirinya begitu khawatir saat dirinya tau aku tadi menangis, ketika dirinya berhasil merobek sesuatu yang selama ini ku jaga dengan sangat hati – hati dengan sepenuh hati.

Aku kembali menyeka air mata ku yang masih saja tumpah tak berhenti sejak tadi, dengan jari jemari ku secara perlahan dan sangat hati - hati. Agar tak menimbulkan gerakan yang bisa membuat mas Juna curiga. Aku tak ingin dia khawatir dengan keadaan ku saat ini. Aku tau dengan pasti, dia akan kembali menyalahkan dirinya lagi karena sudah membuat ku hingga menangis seperti ini. Aku memilih berdiam diri agar dirinya mengira aku sudah tertidur.

" kamu udah tidur Des? Hm? " Tanya mas Juna lagi seraya memeluk pingang ku semakin erat dan semakin mengikis jarak di antara aku dan mas Juna. Mas Juna lalu mengelus perut ku beberapa kali dengan lembut menggunakan ibu jarinya.

Dirinya pun tak lupa mencium dan menghirup aroma rambut ku sembari menyembunyikan wajahnya di helaian rambut ku. Dapat ku rasakan jika dadanya yang bidang semakin menempel erat di punggung ku yang telanjang. Tubuh ku dan tubuh mas Juna kini benar - benar menempel tak berjarak sama sekali. Mungkin, jika dalam keadaan biasa, wajah ku akan memerah dan merona karena posisi intim kami berdua saat ini. Tapi saat ini sama sekali bukanlah saat yang tepat untuk ku merona atau semacamnya.

Aku yang masih membuka mata dan memandang dinding kamar ku, masih tetap berdiam diri dan tak bergeming sama sekali. Aku tetap bertahan, tidak menyahut panggilan dari mas Juna. Dirinya yang akhirnya mengetahui jika aku masih belum tidur dan memang dengan sengaja tidak menjawab panggilan dari dirinya pun akhirnya buka suara lagi dengan nada cemas yang dapat ku rasakan dari suaranya kali ini bicara pada ku.

" maafin mas ya Des. Mas udah bikin kamu nangis lagi buat kesekian kalinya. Harusnya mas lebih pelan – pelan lagi buat ngelakuinnya. Apalagi hal ini baru buat kita berdua. Maaf mas udah nyakitin kamu kayak begini. Kamu boleh marah sama mas, kamu boleh mukul mas juga. Tapi jangan diem kayak gini. Mas gak tau harus gimana, mas juga gak tau harus berbuat apa. Mas bingung kalo kamu diem gini Des. Apa yang harus mas lakuin? " ujarnya lagi sembari berbisik pelan di telinga ku dengan perlahan. Sangat dapat ku rasakan nada kekhawatiran mas Juna dari ucapannya barusan yang berbisik di telinga ku.

Dan ucapan mas Juna barusan justru membuat ku sedikit tak tega pada dirinya yang begitu mengkhawatirkan kondisi diri ku saat ini setelah aktivitas kami berdua tadi. Aku pun akhirnya memberanikan diri untuk berbalik menghadap dirinya dan langsung menyembunyikan seluruh wajah ku di dadanya tanpa berniat untuk memandang ke arah wajah mas Juna. Dapat ku rasakan tubuh telanjang mas Juna yang hangat ini menjadi tempat ternyaman ku saat ini. Aku bahkan tak perduli lagi dengan tubuh ku yang menempel ketat pada tubuhnya.

304 TH STUDY ROOM 02 (FAN FICT) (Completed)Where stories live. Discover now