39

680 42 21
                                    

" Des? " panggil mas Juna saat aku tengah termenung dan melamun di teras kamar kami berdua dalam diam.

Apalagi, aku tak menyahut panggilan dirinya ini. Membuat mas Juna beranjak mendekati ku dan memeluk ku dari belakang. Membuat ku sedikit terkejut dengan ulah nya yang tiba - tiba saja datang tanpa ku sadari. Dan lagi, tubuh ku saat ini memang terkurung di dalam lingkaran tangannya.

" Hei, bundanya Nata kenapa? Dari tadi ayah panggil gak nyahut. " ujar mas Juna mengerti. Jika ada sesuatu hal yang mengganjal di fikiran ku saat ini. Seraya dirinya mencoba bercanda dengan melakukan panggilan ayah bunda terhadap diri ku.

" Enggak. Bunda gak papa. " jawab ku menggeleng pelan. Tak berani melirik ke arah mas Juna. Karna aku tau, aku tak akan bisa menyembunyikan sesuatu dari dirinya. Aku paham betul hal itu.

" Bunda tau kan, bunda paling gak bisa bohong sama ayah. Jadi percuma bunda bilang gak ada apa apa. Kalau gak mau cerita sekarang sama ayah ya gak papa. Tapi jangan di pendem sendiri bunda. Ayah gak suka. " ujar mas Juna serius.

Tak lupa mengecup sisi kepala ku dengan lembut. Dengan tangannya yang mengelus lembut ke dua tangan ku di depan perut ku. Membuat ku tanpa sadar menutup ke dua mata ku untuk meresapi perlakuan mas Juna ini.

" Aku takut mas. " ujar ku akhirnya.

Setelah sekian lama dan mulai membuka ke dua mata ku. Sembari aku berbalik dan menubruk dadanya dengan sedikit kencang. Menyembunyikan wajah ku di dadanya.

" Ada apa? Bunda tadi mimpi buruk? Atau kenapa? Ada sesuatu? " tanya mas Juna mengelus kepala ku dan punggung ku. Mencoba mengikis rasa ketidaknyaman ku saat ini yang begitu kental di rasakan oleh mas Juna.

" Besok lusa kita pergi ke Korea kan. Ke tempat Laoshi sama Gege. Aku takut mas. " ucap ku lirih. Membuat kening mas Juna berkerut.

" Takut apa? Ada masalah apa Des? " tanya mas Juna serius. Mencoba tak bercanda karena mendengar ucapan ku yang lirih saat ini. Dirinya mencoba menyikapi sikap ku kali ini dengan serius.

" Pesawat. Ke luar Indonesia kan. Kayak mas dulu. Aku takut. " ujar ku akhirnya terisak.

Setelah semuanya tertahan, aku sudah tak sanggup menahannya. Aku sudah menyerah menyembunyikan ketakutan ku saat ini. Membuat mas Juna semakin mengetatkan pelukannya terhadap diri ku. Dirinya tau betul apa yang menjadi ketakutan ku saat ini.

Akibat dari kecelakaan pesawat yang di alami oleh mas Juna beberapa tahun lalu, aku memang cukup takut untuk naik pesawat. Tapi berkat dukungan mas Juna, aku mencoba untuk memberanikan diri menaiki pesawat. Dan itu berhasil. Aku berhasil tak takut saat aku beberapa kali menaiki pesawat bolak balik Pekanbaru Bandung. Tapi kali ini berbeda. Ini kali pertama aku menaiki pesawat untuk ke luar negeri. Persis seperti mas Juna saat kecelakaan. Dan itu ternyata masih menghantui ku.

Aku juga tak mungkin memilih untuk tidak datang ke acara pernikahan Hyunbin dan Laoshi. Apalagi mereka sudah meminta kami semua untuk datang dari jauh - jauh hari yang lalu. Laoshi dan Hyunbin juga sudah mengurus persiapan kami semua untuk ke Korea. Tak mungkin tiba - tiba aku memilih tidak datang karena ketakutan ku ini.

" Kalau gitu, kita gak usah pergi ya? Mas gak bisa pergi dengan keadaan kamu gini Des. Kita batalin aja ya? " ucap mas Juna mencoba memberi ku saran, yang langsung saja ku tolak. Membuat ku menggeleng beberapa kali.

" Gak bisa mas. Kita udah janji dateng sama mereka semua kan. Mana mungkin tiba - tiba kita batalin. Aku gak mau ngecewain Laoshi dan Gege, mas. Mereka udah sering bantuin kita. " ujar ku di sela - sela isakan ku. Tetap mengubur wajah ku di tubuhnya.

" Tapi keadaan mu lagi gini, Des. Mana tega mas biarin kamu ketakutan gini. Enggak Des. Mas gak mau. " balas mas Juna menggeleng. Di tambah lagi, ketakutan ku ini karena kecelakaan yang terjadi pada dirinya bertahun - tahun lalu. Mas Juna merasa, karena dirinya lah, aku mengalami ketakutan yang amat sangat saat ini.

304 TH STUDY ROOM 02 (FAN FICT) (Completed)Onde as histórias ganham vida. Descobre agora