25

1.2K 63 4
                                    

" Kamu kenapa, Des?! " tanya mas Juna dengan panik, begitu dirinya keluar kamar mandi dan masih berbalut handuk yang hanya menutupi sedikit area tubuhnya, justru menemukan ku yang hanya berbalut gaun tidur pendek, berdiri memandang ke arah luar jendela dengan tangan ku yang mengelus elus punggung ku perlahan dengan wajah yang sedikit meringis.

" Gak papa mas. Pinggang ku cuma pegel aja kok. Biasalah, ibu hamil mas. " sahut ku masih meringis dan tetap mengelus sisi pinggir pinggang ku.

Di tambah lagi, kehamilan ku yang sudah menginjak bulan ke sembilan, cukup membuat ku sering capek dan pegal jika berdiri atau berjalan terlalu lama. Apalagi rasa gugup yang sedikit muncul di hati ku karena persalinan ku tinggal menghitung hari saja lagi.

Bahkan mas Juna memindahkan seluruh kebutuhan kami berdua di bawah dan membuat kami akhirnya harus pindah tidur di kamar tamu yang berada di lantai satu semenjak kehamilan ku mulai membuat perut ku membesar. Sehingga kini lantai dua kosong tak berpehuni.

Kebersihan rumah pun mas Juna sendiri yang mengurusnya bersama dengan asisten rumah tangga yang kami berdua pekerjakan tanpa aku boleh ikut campur. Dan kalau aku melawan, tatapan tajam mas Juna yang menjadi hadiah untuk ku.

" Tiduran aja deh, Des. Jangan berdiri mulu. " ujarnya segera mendekati ku yang masih berdiri. Tanpa ku minta, dirinya berbaik hati membantu ku untuk mengurut pelan pinggang ku dan membuatnya jauh lebih baik.

Sejak kami berdua membuat acara tujuh bulanan untuk kehamilan ku, mas Juna langsung menyuruh ku untuk cuti hingga hari persalinan ku tiba dan menyuruh ku untuk beristirahat di rumah saja.

Bahkan dirinya juga jauh mengurangi kerjaannya di kantor agar bisa pulang lebih cepat dan menemani ku di rumah. Tak jarang, dirinya juga yang menggantikan tugas - tugas ku sebagai istri di rumah. Mas Juna benar - benar terlalu memanjakan ku saat ini.

Beruntungnya, semua tim kerja ku di Boscha langsung mengizinkan ku untuk cuti hingga beberapa bulan ke depan setelah aku melahirkan nanti. Bahkan mereka mengizinkan aku bekerja dari rumah hingga aku cukup kuat dan cukup mampu kembali ke sana.

" Capek mas. Bosen tiduran mulu. Kayak orang sakit aja. " sahut ku keras kepala.

Sifat ini lah yang kadang tak di sukai mas Juna dari diri ku. Beruntungnya kekerasan kepala ku sering masih bisa di tolerir oleh dirinya.

" Gimana pinggangnya? Masih pegel gak? " tanya mas Juna tetap mengurut pinggang ku dengan perlahan namun dalam ritme yang pas dan membuat ku keenakan.

" Udah mendingan kok mas. Lumayan berkurang pegel nya. " ucap ku tertawa. Namun, mas Juna terus saja memijat pinggang ku tak berhenti dan terus saja melirik wajah ku untuk memastikan aku tak terlalu kesakitan lagi.

*****

" Des. " panggil mas Juna.

" Hm? Kenapa mas? "

" Nanti, begitu baby lahir dan udah cukup bulan buat di ajak liburan, mas mau ngajak kalian pergi buat liburan dan seneng - seneng. Mas gak tega liat kamu kecapean kayak gini. Apalagi kamu sering kesusahan karena kehamilan kali ini. Mas Juga sama sekali gak bisa bantu apa - apa buat bantuin kamu. " ujar mas Juna perlahan seraya melingkarkan kedua tangannya untuk memeluk perut buncit ku dari belakang dan mengelus perut ku dengan penuh rasa sayang.

Dirinya sangat - sangat tidak tega melihat bagaimana kesusahannya aku selama kehamilan ini. Di tambah lagi, kehamilan ku kali ini juga berada di tengah - tengah pengobatan penyakit PCOS yang ku derita. Dan lagi, dirinya juga merasa bersalah karena tak bisa membantu ku banyak dalam kondisi ku seperti ini.

" Aku gak papa kok, mas. Lagian baby nya kuat kok. Dia juga ngerti kondisi Desyca kayak gini. Jadinya dia gak rewel. Mas juga udah bantuin aku banyak banget. Mas malah terlalu manjain aku banget selama aku hamil. Apa yang ku mau selalu di turutin. " sahut ku sembari aku megangkat salah satu tangan ku untuk mengelus pipinya yang masih saja kenyal seperti dulu.

304 TH STUDY ROOM 02 (FAN FICT) (Completed)Where stories live. Discover now