41

594 45 19
                                    

Maaf ya lama banget updatenya.
Dari tadi siang ku publish
tapi gak bisa bisa.
Selalu di bilang lagi error...
🙏🙏🙏

" Akhirnya! Kita sampai di Korea juga. Bisa jalan - jalan walau tipis - tipis! " seru Reihan saat kami semua sampai di bandara Incheon, Seoul.

Dirinya benar - benar kegirangan karna bisa pergi liburan di tengah kesibukannya mengurus cafe dan restoran miliknya yang kini sudah membuka beberapa cabang di Jawa Timur dan Pekanbaru.

" Ini anak berdua, beruntung banget kecil - kecil udah naik pesawat jet pribadi. Keluar negeri pula. Perasaan gue dulu seumuran mereka palingan masih main peper peperan ingus. Boro - boro naik pesawat. " sindir Dirga pada Nata anak ku, dan Anna. Anak Reihan dan Irene.

Apalagi memang Nata dan Anna lah anak paling kecil di antara kami semua. Bahkan anak - anak pak Zam juga bu Nurul sudah beranjak besar. Tapi, ucapan dari Dirga ini membuat Nata memandang Dirga sebentar dan langsung membuang muka dari Dirga. Dan Nata lebih memilih untuk mengubur wajahnya di tubuh mas Juna sembari sesekali melirik ke arah diri ku.

" Ya Tuhan. Dia buang muka dong sama gue. Daddy. Ponakan daddy jahat sama gue. " ujar Dirga mengadu pada mas Bejo. Serta menggunakan panggilan kesayangan kami pada mas Bejo, Daddy. Dirga pun mulai menggoyang goyangkan lengan mas Bejo untuk meminta bantuan pria bule itu.

Dan Dirga berhasil membuat ku, Reihan, Irene pak Zam juga bu Nurul tertawa karena ulah nya ini. Sedangkan mas Juna sendiri justru sibuk mengelus kepala anaknya yang membuang muka pada Dirga. Mas Juna memang merasa percuma menegur Dirga untuk tidak mengusili Nata. Mengingat jika Dirga memang suka huru hara. Bahkan keluarga angkat Dirga juga ikut tersenyum lebar karena melihat Dirga yang menggoda anak ku.

" Makanya tho dek. Jangan usil tho. Anak mas Juna itu lho dek. Mosok lupa sih dek. " ujar mas Bejo tersenyum. Sembari menepuk bahu Dirga beberapa kali dengan pelan.

" Emang turunan mas Juna. Plek plekan mirip. Dinginnya aja mirip. Kasian Desyca harus ngurus dua cowok dingin sekarang. " gumam Reihan.

" Masih aja elo usil sama anaknya. Padahal udah tau bapaknya siapa. Kan gak lucu elo tinggal nama di sini. " balas Irene menambahkan ucapan suaminya, Reihan.

" Nda. Nda. " panggil Nata pada ku yang berdiri di samping mas Juna.

" Hm? Kenapa Nat? " tanya ku memandang Nata yang masih saja setia di gendongan mas Juna. Sembari mengelus lengannya yang tampak montok.

" Om galong sipit nakal. " celotehnya sembari menunjuk ke arah Dirga dan membuat sang empunya mendelik tak suka ke arah diri ku.

" Heh nyet! Elo racuni apaan anak elo. Pake acara manggil gue garong sipit segala. Ajaran elo pasti nih. Gak mungkin ajaran mas juntet. Wah minta di garuk ya muka elo Des??? " amuknya dan membuat mas Juna yang berdiri di samping ku langsung menarik ku ke belakang tubuhnya dengan satu tangan yang bebas dan tak menggendong Nata.

Dirinya lalu menatap Dirga dengan tatapan dinginnya. Karena mendengar ucapan Dirga yang menyebut dirinya dengan sebutan mas Juntet. Apalagi Dirga menyebut kata sakral itu di hadapan anak kami berdua. Nata. Padahal mas Juna ingin Nata tak terlalu sering mendengar ucapan - ucapan sejenis itu dalam masa tumbuh kembang Nata.

Mas Juna juga tak ingin aku ribut dengan Dirga saat ini. Karena aku baru saja turun dari pesawat dan mas Juna tak tega dengan ku yang memang semenjak berangkat sampai turun dari pesawat tadi masih saja bergantung pada dirinya. Aku sendiri merasa jika selama di perjalanan ini, aku selalu saja merepotkan mas Juna dalam hal apa pun. Sehingga dirinya langsung mode menyerang saat Dirga mulai mengajak ku ribut saat ini.

304 TH STUDY ROOM 02 (FAN FICT) (Completed)Where stories live. Discover now