04

2.4K 105 40
                                    

" Arjuna, kalian habis dari rumah mu akan langsung ke Bandung? " tanya papih pada mas Juna saat dirinya melepaskan aku dan mas Juna menuju ke rumahnya.

Mas Juna baru saja memasukkan barang - barang ku dan miliknya ke dalam bagasi mobil yang notabene di milik papa mas Juna yang di pinjam mas Juna karena mobil mas Juna sendiri berada di Bandung.

" Iya pih. Soalnya bentar lagi Juna sudah harus masuk kerja. Kuliah ku juga masih harus masuk. " balas mas Juna.

Dirinya sengaja tak mengungkit aku yang bekerja setelah kami berdua menikah karena tak ingin membuat kami berdua ribut dengan mamih yang saat ini berdiri di samping papih.

" Yah, gak bisa main game lagi deh sama mas Juna. " sahut Dellon merengut ke arah mas Juna dan membuat mas Juna tertawa lebar.

" Next time ya. Ntar kita battle lagi. Kamu kan udah mau masuk kuliah. Jadi bener - bener aja dulu kuliahnya. Nanti kalo liburan, kamu ke Bandung aja biar kita berdua bisa main lagi. " janji mas Juna pada Dellon dan membuat Dellon langsung menganggukkan kepala. Sangat - sangat antusias dengan janji yang mas Juna berikan padanya.

" Janji ya mas. Pokoknya Dellon kalo liburan kuliah nanti mau ke tempat mas Juna. " balas Dellon seraya tertawa.

" Kakak mu itu mbak apa mas Juna sih. Kamu kenapa malah lebih gak rela mas Juna pergi ketimbang mbak. " protes ku pada Dellon dan di balas dengan cibiran tak perduli dari dirinya.

" Bosen ah sama mbak Dedes mulu. " sahut Dellon kurang ajar, membuat ku langsung menekukkan wajah ku dan membuat mas Juna tertawa karena melihat ulah ku dan Dellon yang seperti kucing dan anjing.

" Juna, Desyca. Mamih masih gak setuju ya sama keputusan kalian berdua yang memutuskan buat Desyca bekerja. " ujar mamih tiba - tiba dan membuat bibir mas Juna yang awalnya tertawa langsung terkatup rapat.

Dan dapat ku rasakan aura mas Juna sedikit agak menggelap dan menakutkan.

Entah kenapa mamih lagi - lagi kembali membahas ini dengan aku dan mas Juna. Padahal baik aku atau pun mas Juna sama sekali tak mengungkit masalah ini.

" Sudah lah mih. Biarkan Desyca dan Juna memilih. Mereka sudah dewasa dan bisa mengambil keputusan sendiri. kita hanya perlu mendoakan apa yang jadi keputusan mereka berdua. " papih kali ini menegur mamih dan membela ku.

Aku yang merasa masalah ini tak akan mendapatkan titik temu pun hanya menghela nafas panjang dan justru membuat ku kembali memikirkan hal yang tidak - tidak. Tanpa sadar, ulah ku menarik perhatian mas Juna dan membuat dirinya melirik ku penuh arti.

Dan baru saja mamih hendak membalas ucapan papih, mas Juna langsung menyambar ucapan papih dan membuat mamih tak meneruskan niatnya untuk bicara.

" Kalau gitu, Juna sama Desyca berangkat dulu ya mih, pih. Lon, titip mamih sama papih. " ujar mas Juna mencoba untuk menghindari pertikaian baru antara kami dengan mamih karena masalah ini dan langsung di balas dengan anggukan kepala dari mamih, papih juga Dellon.

Mas Juna sepertinya tak ingin membuat ku semakin tak enak hati karena ucapan mamih yang akan semakin menjadi - jadi jika aku dan mas Juna menanggapi ucapan beliau tadi mengenai aku yang bekerja di Bandung.

" Barang - barang mu yang mau kamu kirim ke Bandung sudah kamu kirim semua kan Des? " tanya papih pada ku sebelum aku memasuki mobil dan ikut mengalihkan pembicaraan. Papih juga sepertinya paham dengan keinginan mas Juna yang tak ingin aku semakin di sudutkan oleh mamih.

" Sudah kok pih. Sudah semua. Desyca pergi ya. Mamih, papih sama Dellon sehat - sehat ya di sini. " ujar ku berpamitan pada mereka dan lagi - lagi di balas anggukan kepala oleh mereka bertiga.

304 TH STUDY ROOM 02 (FAN FICT) (Completed)Kde žijí příběhy. Začni objevovat