37

791 54 19
                                    

" Des? Tumben kamu belum bangun. " panggil mas Juna saat aku masih bergelung di dalam selimut dengan tak nyaman. Apalagi hingga dirinya selesai mandi saat ini, aku masih tetap di posisi seperti ini.

" Ergh. Mas. " sahut ku tak enak.

" Kenapa? Sakit kamu? Lemes banget suara mu? " tanya mas Juna lagi bergegas duduk di samping ku dan mengusap pipi juga kening ku.

" Pusing banget mas kepala ku. " jawab ku tetap menutup mata dengan kening yang berkerut.

Dan ulah ku ini berhasil membuat mas Juna begitu khawatir. Apalagi aku juga tak memandang dirinya saat ini dan lebih memilih tetap memejamkan mata. Membuat mas Juna terus saja memandang ku.

" Jangan masuk kerja dulu ya. Ini badanmu panas banget Des. " ucap mas Juna memegang seluruh tubuh ku guna memeriksa suhu badan ku yang ku rasakan membakar tubuh ku saat ini.

Jika di lain waktu, aku akan menolak dan menentang keras permintaannya untuk tidak bekerja. Maka tidak kali ini. Aku yang memang merasa badan ku sangat tidak nyaman hanya bisa mengiyakan ucapan suami ku ini.

" Iya. Aku izin aja. Tolong kabarin anak - anak Boscha ya mas? Chat aja di handphone ku. " pinta ku seraya membuka ke dua mata ku dan menatap sayu mas Juna.

" Hm, nanti mas kabarin mereka. Sekalian mas izin ngantor juga. " ujar mas Juna mengiyakan ucapan ku. Sembari memandang ku dengan tatapan tak tega karena melihat ku yang sedang tak berdaya seperti saat ini. Sangat bukan seperti diri ku biasanya.

" Kenapa mas malah izin kerja juga? " tanya ku pelan dengan bersusah payah.

" Kamu sakit gini, mas gak tega ninggalin. Apalagi ada Nata juga. Kasian kalo kamu ngurusin Nata sama rumah juga. Mending mas jagain kamu sama Nata. " jawabnya sambil mengutak atik handphonenya dengan sebelah tangan.

Sedangkan sebelah tangannya lagi menggenggam tangan ku dengan begitu erat. Tak lupa mas Juna juga mengelusi tangan ku dengan ibu jarinya. Membuat ku nyaman dan sedikit tenang. Aku yang mulai tenang pun kembali menutup ke dua mata ku dan mencoba untuk beristirahat. Sepertinya dirinya mulai mengabari teman - teman ku di Boscha dan teman - temannya di kantor.

" Hmm. " ucap ku bergumam pelan. Tak berapa lama, aku merasakan sebelah tangan mas Juna yang tadi memegang handphone kini mulai mengelusi kening ku.

" Mas? " ucap ku membuka mata dengan perlahan karena merasa tangannya yang berada di kening ku.

" Masih pusing Des? " tanya mas Juna.

" Iya. Masih myut - nyutan mas. " jawab ku melenguh dan semakin mengeratkan genggaman tangan ku pada sebelah tangan mas Juna yang semenjak tadi tak pernah terlepas.

" Tidur lagi deh ya, Des? Nanti mas masakin makanan buat mu. Baru bangun trus makan. " ujarnya memandang ku dengan fokus. Setelah mengabari mereka semua. Aku yang lemah pun sekali lagi hanya bisa menganggukkan kepala.

" Iya. Aku mau tidur lagi ya. " sahut ku dan mulai menutup ke dua mata ku. Mencoba untuk terlelap kembali. Membuat dirinya menghela nafas tak tenang karena melihat ku sakit dan tak berdaya seperti ini.

*****

" Des? Sayang? Bangun dulu yuk. " ujar mas Juna mengelus wajah ku dengan perlahan guna membangunkan ku.

" Hmm... Mas. " ujar ku sedikit terusik dan mulai membuka mata dengan perlahan.

" Masih pusing kamu? " tanya mas Juna menundukkan wajahnya dan mulai mengecup kening ku lama. Dirinya merasa suhu badan ku yang masih memanas.

" Iya. Masih pusing. Gak enak mas. " jawab ku kembali menutup mata, menikmati ulah romantis suami ku ini.

" Makan dulu ya? Tadi mas bikin bubur buat mu, sekalian buat Nata juga. " ujarnya mencoba meminta ku untuk makan. Membuat akhirnya membuka mata. Aku yang memang sudah tak ada tenaga untuk protes atau melawan mas Juna pun hanya bisa mengiyakan ucapannya ini.

304 TH STUDY ROOM 02 (FAN FICT) (Completed)Where stories live. Discover now