03

2.7K 112 20
                                    

" Mas. "

" Hm. Ada apa Des? " tanya mas Juna yang duduk di atas sofa di ruang keluarga di rumah ku, sambil dirinya tetap sibuk dengan handphonenya dan sama sekali tak memperhatikan ku yang saat ini sedang berebah di sampingnya dan beralaskan pahanya sembari menonton tv di hadapan kami berdua.

Kebetulan, tadi siang ke dua orang tua ku dan juga Dellon baru saja berangkat untuk menginap di tempat salah satu tante ku yang akan mengadakan selamatan atas kelahiran anak ke tiganya nanti malam. Sehingga di rumah ku kini hanya ada aku dan mas Juna berdua saja. Mamih, papih dan Dellon berjanji paling lambat besok malam mereka sudah kembali ke rumah.

Padahal ini baru beberapa hari aku menikah dengan mas Juna. Tapi keluarga ku sudah berani meninggalkan ku dengan mas Juna di rumah ku hanya berdua saja. Di tambah lagi, tante ku sudah mewanti – wanti agar aku dan mas Juna di larang ikut ke tempat dirinya dan beliau lebih menyuruh ku untuk bermanja - manjaan dengan mas Juna selama kami masih di sini. Tante ku yang satu itu memang benar – benar sama persis dengan tipikal mamih.

Apalagi lusa aku sudah harus menginap di rumah mas Juna karena empat hari lagi kami harus sudah kembali ke Bandung. Karena pekerjaan dan kuliah mas Juna tak bisa di tinggalkan begitu lama. Dan lagi, aku harus menyiapkan segala keperluan ku untuk bekerja. Aku sudah memutuskan untuk menerima pekerjaan di Boscha dengan dukungan penuh yang ku dapat dari mas Juna.

Awalnya mas Juna ingin kami lebih lama menginap di sini dan sehari sebelum kami ke Bandung baru menginap di rumah dirinya dan menemui papanya juga tante Meri. Tapi aku langsung menegurnya dan memintanya untuk membiarkan kami berdua tinggal lebih lama di rumahnya.

Dan setelah ku rayu berkali - kali, mas Juna akhirnya mau menyetujui kemauan ku ini. Mas Juna mengiyakan ucapan ku kali ini pun bukan tanpa bayaran. Dirinya mengatakan akan meminta bayaran itu nanti saat dirinya sudah memikirkan apa yang dia inginkan.

Dan aku tau jika keinginannya itu mungkin saja akan membuat ku geleng – geleng kepala nantinya dan bertekuk lutut padanya.

*****

Aku yakin seratus persen, jika mas Juna saat ini sedang sibuk bermain satu game yang ada di dalam handphonenya. Dan aku yang kini sudah berstatus sebagai istri dari seorang Arjuna Wira Atmadja sama sekali tidak berminat untuk melarang atau membatasi mas Juna untuk bermain semua game yang ia miliki asalkan dirinya bisa membagi waktu dan tidak terlalu fokus pada semua game miliknya.

Dirinya saja tak pernah melarang atau membatasi ku dengan apa pun yang ingin aku kerjakan. Bahkan dirinya lah yang selalu mendorong ku untuk melakukan apa pun yang aku mau. Dan selama itu tak merugikan orang lain, aku tau jika mas Juna akan selalu mengizinkan ku. Bodoh rasanya jika aku yang sudah di perlakukannya sebegitu istimewanya justru membalas mengekang dirinya.

" Mas pernah ngerasa nyesel gak kenal sama Desyca? Sejak kita ketemu sampai sekarang? " tanya ku iseng pada dirinya yang masih saja terfokus dengan handphone miliknya.

Entah kenapa aku tiba – tiba saja ingin menanyakan pertanyaan barusan pada dirinya. Aku pun menengadahkan kepala ku agar aku bisa memandang wajah tampan miliknya yang masih sibuk dengan handphonenya. Aku merasa setelah aku menikah dengan mas Juna, mas Juna semakin ke sini semakin terlihat tampan dan dewasa di mata ku.

Pertanyaan ku barusan akhirnya berhasil membuat mas Juna langsung menghentikan aktivitas dirinya yang bermain games dan memandang ku dengan sorot mata tajam yang sedikit bingung dengan pertanyaan ku barusan.

" Apaan sih Des. Ngawur. Mana mungkin mas nyesel. Jangan punya pikiran yang aneh – aneh gitu dong Des. " jawab mas Juna menundukkan kepalanya sedikit sembari mencium lembut bibir ku singkat dan kembali sibuk dengan handphonenya. Tanpa dirinya sadari, perlakuannya kali ini yang mencium bibir ku walau sesaat, langsung membuat kedua pipi ku sedikit memerah.

304 TH STUDY ROOM 02 (FAN FICT) (Completed)Where stories live. Discover now