24

1.2K 63 31
                                    

" Mas Juna. " ujar ku bergelayut manja di lengannya sembari memamerkan senyum terbaik ku pada sosok mas Juna yang saat ini tengah memandang ku.

" Hhh. Mau apa Des? " tanya dirinya faham sembari menghela nafas. Dirinya pun langsung menutup laptopnya dengan cepat dan mulai mengalihkan dunianya pada ku.

Apalagi aku cukup sering meminta sesuatu pada dirinya saat kehamilan ku ini sehingga cukup membuat dirinya mengerti dengan ulah ku kali ini yang tengah merayu dirinya.

" He, tau aja aku lagi pengen sesuatu. " ujar ku tertawa renyah.

" Des, kamu nikah sama mas gak sehari dua hari. Jelas aja mas hafal kelakuan mu. Apalagi kamu hamil kayak begini. " ujarnya datar setengah waspada dengan permintaan ku yang terkadang di luar nalarnya.

Bahkan beberapa minggu yang lalu, aku sempat meminta dirinya untuk memakan masakan yang baru saja ku buat. Jika aku memasak seperti biasa, dirinya tak akan mungkin berkeberatan. Bahkan mungkin akan makan dengan amat lahap. Tapi masalahnya adalah, aku sama sekali tak memakai bumbu apa pun untuk memasak. Bahkan sekedar garam dan gula pun aku sama sekali tak memakainya. Sehingga masakan ku sama sekali tak ada rasanya.

Dirinya memang tak mengatakan apa pun mengenai masakan ku itu. Tapi di lihat dari wajahnya mas Juna yang susah payah mengunyah makanan buatan ku, aku sudah dapat menebak jika dirinya sangat terpaksa memakan itu semua. Beruntungnya, itu hanya sekali ku lakukan sampai saat ini. Sehingga, aku tak sering menyiksa mas Juna dengan kehamilan ku ini.

" Aku mau kue muffin kaya punya Reihan. Yang sering di bikin Reihan itu mas. " sahut ku dengan senyum tanpa rasa bersalah sembari merayu dirinya dan tetap bergelanyut manja di lengannya. Aku pun memandangnya dengan puppy eyes ku yang ku harap dapat meluluhkan suami ku ini.

" Ya udah, bikin lah Des. Kan kamu yang bisa bikin abis belajar sama Reihan dulu. " ujarnya datar. Tanpa ku tau jika di dalam hatinya dirinya sedikit bersyukur karena aku cuma ingin makan muffin.

" Gak mau. Maunya bikinan mas. Aku mau ngerasain muffin yang mas bikin. " ujar ku menolak mentah - mentah. Membuat mas Juna kembali waspada dengan permintaan ku ini.

" Des. Mas gak bisa bikinnya. Selama ini kan yang bikin kamu. " jawabnya pelan mencoba memberi ku pengertian mengenai hal ini.

" Jadi mas gak mau bikinin Dedes? " tanya ku dengan lirih dan mata berkaca - kaca.

" Bu... Bukan gitu. Kan mas gak bisa bikinnya. Beli aja ya? Mas beli sekarang. " bujuknya langsung khawatir.

Apalagi dirinya langsung melihat ke dua mata ku yang sudah berkaca - kaca. Selama kehamilan ku ini, memang ku akui aku sangat sensitif. Salah sedikit saja, aku bisa langsung menangis tersedu - sedu. Bahkan membuat badan ku langsung memanas.

" Gak mau. Maunya mas yang bikin. Persis olahannya Reihan. Please mas. " Ujar ku lagi dengan menggelengkan kepala ku cepat dan berhasil menjatuhkan beberapa bulir air mata ku. Membuat ku terisak tertahan karena permintaan ku di tolak oleh mas Juna.

" Jangan nangis dong Des. Reihan nya aja deh ya yang mas telpon suruh ke sini dari Pekanbaru, biar dia yang bikinin kamu muffin. Mas kirimin dia tiket buat ke Bandung sekarang ya? Flight terakhir. Biar kamu bisa makan langsung bikinan dari ahlinya aja ya Des. " rayu mas Juna sekali lagi pada ku mencoba untuk meluluhkan hati ku. Virus boros dan royal Hyunbin rupanya mulai tertular pada suami ku ini.

" Enggak mau. Biar Reihan ke sini juga, tetep aja mas yang ku suruh bikinin muffin buat aku. " tolak ku lagi dengan isakan yang semakin kencang.

" Astaga, Des. Udah dong. Jangan nangis sayang. Des? Hangat badan mu. Lagipula, kan mas gak bisa bikinnya Des? " ujarnya panik sembari mengelus ke dua lengan dan leher ku guna memastikan suhu tubuh ku yang memang mulai meningkat.

304 TH STUDY ROOM 02 (FAN FICT) (Completed)Kde žijí příběhy. Začni objevovat