21

1.2K 70 20
                                    

" Happy anniversary yang ke tiga, ya sayang. " ujar mas Juna tiba - tiba memeluk ku dari belakang saat aku sedang asik menenggelamkan diri ku dalam lamunan seraya memandang ke arah luar jendela besar di sudut kamar kami berdua. Dirinya pun tak lupa untuk mengecup ringan pipi ku.

" Mas! Ngagetin deh. " sahut ku kaget begitu tiba - tiba saja sepasang tangan mas Juna memeluk ku dari belakang dan melingkar dengan sangat erat. Apalagi, aku sama sekali tak merasa kehadiran dirinya di kamar tidur kami berdua sejak tadi.

" He he, kaget ya. " mas Juna hanya tertawa begitu dirinya melihat kekagetan ku dan tetap memeluk ku erat.

" Iya ih. Untung aku gak jantungan. " balas ku mengerucutkan bibir ku.

Membuat ku akhirnya bersandar nyaman di dadanya yang bidang saat ini. Bahkan saking dekatnya aku dan mas Juna saat ini, aku bisa mencium aroma tubuhnya yang begitu membius ku dan selalu menjadi candu untuk ku.

" Gak kerasa ya, udah tiga tahun mas nikahin kamu. Cewek Slebor. Yang dulu suka mas bantuin dari jaman SMA. "

" Iya ya. Gak kerasa ya mas, kita udah tiga tahun aja. Udah bertahun - tahun kenal, sekarang udah jadi suaminya Dedes. Semoga kita langgeng ya mas. Sampai maut memisahkan. " ucap ku sembari berdoa dengan setulus hati.

" Aamiin. Aamiin sayang. Aamiin. Semoga doa kamu di kabulkan Tuhan ya. " balasnya mengamini ucapan ku seraya meletakkan dagunya di bahu ku yang terekspose.

" Tapi, tumben banget pulangnya sore kayak gini? Gak malem? " tanya ku pada dirinya. Karena dirinya seringkali pulang malam hari. Lebih lama daripada aku yang pulang sore hari. Tapi hari ini, dirinya sudah di rumah tak lama setelah aku pulang dan selesai mandi.

" Iya. Kangen sama kamu. Makanya mas pulang cepet. Lagian di kantor gak terlalu banyak kerjaan. Jadi bisa cepet pulang. " sahutnya menjawab pertanyaan ku dengan senyumnya yang semakin lebar.

" Ish. Gombal banget. " ujar ku cemberut dan semakin membuat dirinya tertawa.

" Gombal - gombal gini suami kamu sayang. " ujar mas Juna mengecup pipi ku lagi.

" Mas Juna salah makan apa gimana sih? Kok tumben begini? " tanya ku heran melihat dirinya seperti ini.

" ya gak papa dong. Sekali - kali kan gak masalah. " ucap mas Juna tertawa.

" ampun deh mas. " balas ku ikut tertawa dengan dirinya.

" Des. Mas ada sesuatu buat kamu. Mas mau ngasih hadiah pernikahan kita. Buat kamu, Desyca Taniadi Atmadja. " bisik mas Juna pelan tepat di samping telinga kiri ku sembari dirinya mengecup leher ku lama.

" Hadiah buat ku, mas? " tanya ku penasaran dan langsung di jawab oleh mas Juna dengan anggukan kepala dengan wajahnya yang di hiasi senyum tipis yang menjadi kebiasaan dirinya.

" Iya. Hadiah buat istri cantiknya mas. " ucapnya pada ku dan membuat tersenyum tersipu malu.

" Mau. Mana hadiahnya? " tanya ku lagi seraya berbalik menghadap dirinya dengan mata yang berbinar dan tersenyum senang begitu mendengar ucapan yang terlontar dari bibir mas Juna. Dan bahkan aku tetap berada di dalam pelukan mas Juna.

" Kenapa kamu makin hari makin cantik sih Des? Makin hari, gue, makin bersyukur jadi suami elo. Elo udah bikin gue bener - bener takluk sama elo, Des. " bisik mas Juna dalam hatinya begitu melihat wajah ku yang memandang dirinya sedemikian rupa dengan sangat sumringah. Tanpa sadar, dirinya pun memandang diri ku dalam diamnya seraya tersenyum tipis dengan ke dua matanya yang menyusuri seluruh wajah ku.

" Keluar yuk. Hadiah kamu ada di halaman luar. " ujar mas Juna akhirnya menarik tangan ku perlahan untuk keluar kamar menuju ke luar.

" Apa sih mas? Jangan bikin Desyca penasaran gitu, sih. Pake acara di taruh di luar segala. " ujar ku tetap dengan rasa penasaran dan mengikuti keinginannya untuk keluar menuju ruang tamu.

304 TH STUDY ROOM 02 (FAN FICT) (Completed)Where stories live. Discover now