26

1K 66 4
                                    

Mas Juna yang saat ini tengah memandang ke arah ku yang sedang memangku buah cinta kami hanya bisa mengulum senyumnya yang bahkan semenjak tadi tak pernah luntur. Perasaan hatinya terlalu membuncah bahagia. Hidup yang beberapa tahun lalu sangat di bencinya, bahkan begitu di hujatnya, kini amat sangat di syukuri nya.

Tak terhingga berapa kali dirinya bersyukur semenjak aku berhasil melahirkan anak laki - laki kami berdua dengan selamat walau harus bersusah payah dan air mata yang terus mengalir.

" Gue janji gak akan pernah nyakitin elo dan anak kita. Dan gue akan gak akan pernah ngebiarin orang lain nyakitin elo Des. Elo terlalu berharga untuk di sakiti. Bahkan oleh gue sekali pun. Seeing your smile is happiness for me. Meanwhile, having you is the most beautiful gift in my life. " gumamnya dalam hati tetap memandang ke arah ku yang masih sibuk belajar memangku buah cinta kami bersama mamih dan tante Meri.

Ke dua orang tua ku dan ke dua orang tua mas Juna ternyata langsung di hubungi oleh mas Juna saat dirinya baru saja di hubungi Irene perihal diri ku yang akan segera melahirkan. Itu sebabnya saat ini mami dan tante Meri bisa ada di samping ku guna mengajari ku semua tentang urusan yang menyangkut bayi ku dan mas Juna. Rupanya mereka berempat langsung mengambil penerbangan ke Bandung agar dapat segera menemui ku dan cucu pertama mereka.

" Wes tho mas. Ojo gitu mandangnya Mandang dek Desyca nya gitu banget. " tegur mas Bejo tersenyum yang berdiri di samping mas Juna. Dirinya tak menyangka jika aku dapat merubah watak sahabat nya ini begitu berubah dari jaman dulu.

Apalagi dirinya melihat dengan jelas bagaimana sahabatnya ini memandang ku dengan tatapan yang sangat bahagia. Reihan dan Irene yang melihat mas Bejo menegur mas Juna pun langsung cengegesan.

" Tau tuh. Mandang nya kayak apaan aja deh. " tambah Reihan tertawa pelan.

" Apaan sih elo Rei, Jo. Elo berdua juga pasti bakalan ngerasain apa yang gue rasain sekarang kalo elo nikah. Makanya nikah sekarang. " gumam mas Juna tetap memandang ke arah ku.

" Yah mas, piye tho. Mas kan tau aku nda ada pacar mas. " sahut mas Bejo memelas memandang sahabatnya satu ini dengan sayu.

" Au nih. Nyuruh orang nikah kayak beli permen aja. Enteng banget. " runtuk Reihan.

Aku yang merasa kalau saat ini sedang di perhatikan oleh mas Juna dan langsung memandang ke arah dirinya. Dan memang benar, aku justru menemukan mas Juna yang memandang ku lekat dengan senyumnya yang di kulum. Membuat ku tersenyum senang ke arahnya dan membuat dirinya membalas senyuman ku.

" Jo. "

" Nggih, ono opo mas? " tanya Bejo bingung karena mas Juna memanggil dirinya namun tetap memandang ke arah ku.

" Dari dulu, gue emang udah ngerasa Desyca itu cantik. Tapi kali ini, gue bener bener ngerasa dia begitu cantik. Ada yang berubah dari dia, Jo. " ujar mas Juna tak mau mengalihkan pandangannya dari diri ku.

" Yah mas, jangan tanya Bejo. Bejo nda mudeng masalah begitu. Ora ngerti wes Bejo, mas. Aku lho belum ada pacar eh mas. Kok yo di tanya masalah begitu tho. Wes mas. Bingung aku. " sahutnya.

" Ya elah Jo. Elo udah tinggal di Inggris berapa tahun, bolak balik luar negeri ngurus hotel, tetep aja gak ilang tuh mendok. " ujar mas Juna cepat kembali datar melirik sahabatnya yang mendhok satu ini.

" Yo gimana mas. Wes tho. Nda usah di ledek aku. " ujar mas Bejo tersipu malu karna ucapan sahabatnya itu.

" Aura nya kan udah beda mas. Udah jadi ibu sekarang. Moga aja gak slebor lagi ya mas. Kasian elo kalo ngurus emaknya sekalian anaknya. " sahut Reihan kali ini buka suara menimpali pembicaraan mas Juna dan mas Bejo.

304 TH STUDY ROOM 02 (FAN FICT) (Completed)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant