40

642 50 29
                                    

" Des? Udah siap? " tanya mas Juna begitu dirinya memasuki kamar kami berdua. Sehabis dirinya membantu Nata untuk bersiap - siap.

Mas Juna memang sengaja tak membiarkan ku untuk mengurus Nata kali ini. Agar aku bisa menguatkan hati ku dan merileks kan fikiran ku sebelum kami beranjak pergi ke Korea. Walau pun di hadapan mas Juna, aku sudah menyetujui untuk pergi ke Korea hari ini. Tapi dirinya tau, jika aku masih mencoba memberanikan diri ku untuk pergi.

Kini, akhirnya tiba. Hari ini aku, mas Juna dan Nata akan berangkat ke Korea bersama dengan yang lain. Dengan di jemput Dirga menggunakan pesawat pribadi milik ke dua pamannya. Bergantian dengan semua yang menunggu di Pekanbaru. Sedangkan Laoshi dan Hyunbin akan menunggu kami semua di rumah mereka di Seoul. Karena mereka berdua masih mengurus perintilan pernikahan mereka berdua.

" Jangan ngelamun Des. Kesambet kamu nanti. " tegur mas Juna bersuara lagi dengan lembut pada ku saat dirinya kini sudah berdiri di dekat ku. Tak lupa dirinya mengelus puncak kepala ku dengan perlahan.

" Aku gak ngelamun kok mas. " jawab ku pelan seraya berbalik sambil menghadap dirinya. Dan ulah ku yang memandang dirinya ini langsung membuat mas Juna memandang ku dengan tajam.

" Muka kamu kenapa pucet banget Des? " tanya mas Juna khawatir. Bahkan kini ke dua tangannya mulai menangkup wajah ku sembari memandang ku dengan lekat.

" Aku gak papa mas. Nata udah siap ya? " ujar ku mulai mencoba mengalihkan perhatian mas Juna dengan menggunakan Nata. Tapi ternyata ulah ku ini di sadari oleh mas Juna dan sama sekali tak membuat mas Juna terpengaruh.

" Jangan coba alihin pembicaraan Des. Mas udah kenal kamu. Kamu pucet banget ini. Kamu mulai takut lagi? Iya? " tanya mas Juna memastikan. Membuat ku yang sebenarnya ingin mengelak pun merasa percuma.

" Sedikit. " ujar ku jujur. Sembari mengenggam tangannya yang masih saja bertengger di wajah ku. Hangat. Itulah yang ku rasakan saat mengenggam ke dua tangan miliknya saat ini.

*****

" Apa yang harus mas lakuin biar kamu tenang? " tanya mas Juna lagi pada ku.

Tetap dengan dirinya yang memasang raut wajah yang begitu khawatir memandang ku. Apalagi, tinggal beberapa saat lagi, Dirga menjemput kami bertiga sehabis dari Pekanbaru untuk menjemput pak Zam dan yang lainnya.

" Gak usah mas. Aku gak papa. " jawab ku mencoba tersenyum di hadapan suami ku ini. Walau ku tau, itu akan percuma.

" Bener mas. Aku gak papa. " tambah ku sekali lagi agar aku bisa meyakinkan dirinya. Karena mas Juna masih saja memandang ku dalam diam dan tetap dengan raut wajah yang masih saja khawatir.

" Ya udah, tapi kalo ada sesuatu. Atau ada yang gak nyaman, bilang sama mas. Jangan diem. Ya? " pinta mas Juna akhirnya pada diri ku.

Hal itu pun dengan berat hati mas Juna ucapkan karena aku yang mengatakan tak ada apa - apa dan mencoba tersenyum ke arah dirinya. Membuat dirinya tak bisa memaksa ku untuk berterus terang kepada dirinya mengenai apa yang ku rasakan saat ini.

" Iya. Tentu aja aku akan bilang. Aku cuma bisa bergantung sama mas nanti. " ujar ku menganggukkan kepala ku.

" Hm. Baiklah. Janji mas akan tetep sama. Mas akan jagain kamu sama Nata. Jadi, jangan takut ya. " ujarnya lagi. Dan kembali membuat ku menganggukkan kepala ku untuk ke dua kalinya.

*****

" Ya udah, gih ajak Nata turun. Mas tadi udah pesen mobil online buat nganter kita ke bandara. Nanti mas yang akan bawa koper kita turun. Kamu sama Nata duluan aja. " ucap mas Juna lagi setelah memastikan aku sudah baik - baik saja.

304 TH STUDY ROOM 02 (FAN FICT) (Completed)Where stories live. Discover now