14

958 57 12
                                    

" Gimana kak Irene? " tanya Dellon khawatir begitu melihat Irene menutup teleponnya tak berapa lama. Mau bagaimana pun juga, kini hanya dirinya yang bisa di andalkan dalam urusan ini. apalagi ke dua orang tua kami tak berada di sini untuk menemani dirinya guna menjaga ku.

" Bentar lagi dokternya ke sini. Elo tenang aja. Desyca akan baik – baik aja. Mas Juna juga pasti akan baik - aja. Pihak kepolisian dan pihak maskapai juga masih belum mengatakan jika seluruh korban meninggal dunia kan. Masih ada kemungkinan kalo mas Juna bisa selamat dari kecelakaan itu. " ujar Irene mencoba menenangkan Dellon walau dirinya juga sedikit tak yakin sembari membuka kotak P3K untuk mengobati luka yang ada di kaki ku.

Apalagi dirinya mengingat jika jatuhnya pesawat berada di teluk Jakarta dan keadaan pesawat yang sangat mengenaskan. Di tambah lagi, Irene hanya melihat dan mengikuti berita itu dari media sosial saja, sehingga dirinya masih belum bisa memastikan bagaimana keadaan di sana.

" Tapi, mas Juna gak akan apa – apa kan kak Irene? Mas Juna bakal pulang ke sini kan? " tanya Dellon skeptis. Dirinya sedikit pucat mengingat bagaimana kondisi ku nanti jika sesuatu yang buruk terjadi dengan mas Juna. Apalagi dirinya sudah dekat dengan kakak iparnya yang satu itu.

" Huss. Doakan saja mas Juna gak papa. Jangan punya pikiran yang enggak – enggak Lon. Ntar pikiran buruk mu malah bikin Desyca makin kepikiran. Kamu udah ngubungin orang tua mu dan orang tua mas Juna? " tanya Irene pada Dellon yang langsung mendapat anggukan kepala dari Dellon.

" Udah kak. Mungkin nanti malam mereka semua sampe sini. Soalnya mereka cuma dapet tiket pesawat terakhir. " sahut Dellon yang membuat Irene menganggukkan kepala.

" Ya sudah kalo gitu. Gim... "

Baru saja Irene hendak bicara dengan Dellon, mereka berdua di kejutkan oleh suara ketukan pintu yang tergesa – gesa dan bertubi – tubi. Membuat Irene dan Dellon dengan segera keluar untuk mencari tau siapa yang datang saat ini.

*****

" Gimana keadaan dek Desyca? "

" Desyca baik – baik aja kan Lon? Tadi begitu elo telepon, gue langsung nyari tiket pesawat ke sini sama mas Bejo. Untung dapet yang langsung berangkat ke Bandung. " begitu Irene dan Dellon membuka kan pintu, mas Bejo dan Reihan langsung buka suara bergantian dengan nafas ngos - ngosan. Bahkan mereka berdua hanya membawa satu tas ransel saja yang sedikit agak menggembung.

" Dek Irene? "

" Lho? Irene? " gumam Mas Bejo dan Reihan bersamaan.

Mas Bejo dan Reihan sebenarnya sedikit kaget karena menemukan Irene sudah ada di sini karena yang menghubungi mereka berdua adalah Dellon. Apalagi  setau mereka, Irene berada di Pekanbaru seperti mereka berdua. Tapi kekagetan mereka berdua tak terlalu di ambil pusing oleh mereka karena mereka sangat mengkhawatirkan kondisi ku saat ini.

Dellon dan Irene pun mengajak Mas Bejo juga Reihan ke kamar tamu yang saat ini menjadi kamar Dellon sembari memberitahu kan keadaan ku pada mereka berdua. Termasuk dengan kedatangan orang tua ku juga orang tua mas Juna nanti.

" Dirga gimana mas? Perlu di kasih tau masalah ini gak? " tanya Reihan tiba - tiba setelah mereka terdiam cukup lama.

" Mas rasa perlu dek. Bagaimana pun Dirga juga berhak tau. " sahut mas Bejo dan di ikuti anggukan kepala Irene dan Dellon yang langsung menyetujui ucapan mas Bejo barusan. Membuat Reihan segera mengeluarkan handphonenya untuk menelepon Dirga dan mengabarkannya pada Dirga perihal kecelakaan yang terjadi.

" Lho Rei kenapa video call gue? Eh ada Irene sama mas Bejo juga. Kenapa nih? Tumben amat pada ngumpul semua. " tanya Dirga beruntun begitu dirinya mengangkat telepon dari Reihan.

304 TH STUDY ROOM 02 (FAN FICT) (Completed)Where stories live. Discover now