Perhatian Aizawa jatuh ke murid-muridnya sepersekian detik, namun itu cukup bagi Dabi untuk sanggup kembali berdiri. Aizawa sontak memegang menarik syalnya erat.

"Hei, hero. Apa murid-muridmu itu penting? " tanya Dabi dengan seringaian kecil.

Aizawa menggertakkan giginya dan menarik syalnya, namun villain itu melebur menjadi gumpalan tanah liat.

"Tiruan? Apa dia punya quirk membelah diri? Bukankah api tadi quirknya? "

"Se, sensei... bukankah tadi itu... "

Aizawa berlari memasuki hutan tanpa menghiraukan pertanyaan murid-muridnya. "Masuk ke penginapan!" serunya saat berlari.

.
.
.
.
.

Di salah satu tebing yang berada dalam lingkungan hutan milik pussycats, seorang anak kecil, Kota, melihat pemandangan didepan tebing tempat dia biasa bersembunyi dari orang-orang dengan ngeri. Hutan terbakar disana sini oleh api biru yang membara.

"A, apa yang terjadi...?" gumamnya yang panik serta bingung.

Saat itu, terdengar langkah berat dari arah kirinya. Ketika Kota menoleh, dia mendapati sosok tinggi besar mengenakan jubah dan topeng tengah berjalan menuju dirinya. Entah sejak kapan sosok itu tiba di tebing, dia tidak menyadarinya.

"Wah wah, aku tidak menyangka akan menemukan seseorang di tempat seperti ini. " ujarnya dengan suara berat yang membuat Kota gemetar.

Anak itu berniat lari menyelamatkan diri, namun sosok besar itu menghadangnya dengan mendaratkan lompatan didepannya. "Hei, jangan kasar begitu. Temani dulu aku bermain."

Kota benar-benar gemetar hebat dan air matanya sudah mengalir sejak tadi. Hal itu membuat sosok besar itu justru tertawa senang melihat raut ketakutannya.

Tinju sosok itu mulai terangkat dan nampak mengepal kuat untuk menghantam apapun yang dia incar dengan sangat bertenaga.

Kota tidak bisa pergi, jalan satu-satunya untuk turun dari tebing telah diblokir oleh tubuh besar itu. Dia hanya bisa menutup matanya yang terus menangis. Menggertak giginya kuat-kuat.

Sosok itu menyeringai lebar, tinjunya siap untuk meluncur dan meremukkan mangsa didepannya. Senyuman lebarnya terpasang ketika dia bersiap untuk melihat korban pertamanya tercipta.

"Muscular-san, hentikan. "

Suara pelan itu menghentikan tinjunya jatuh menghantam Kota. Sosok besar itu menoleh pada sumber suara yang ada dibelakangnya.

"Dia jelas bukan tandinganmu, apa kau buta? "

"Hah? " Muscular membatalkan tinjunya dan menghadapkan tubuhnya kepada sosok itu. "Apa urusanmu? Bocah? "

"Mencegahmu berbuat bodoh. "

"Heh, kau berani juga, bocah. Jangan kira karena kau spesial aku juga akan memperlakukanmu demikian. Kau bisa kuremukkan sekarang juga jika aku mau. " seringainya.

"Terserah saja. " responnya datar. "Aku tidak keberatan dibunuh, dan kemudian kau juga akan dibunuh setelah misi selesai. "

Muscular menggertakkan giginya kesal. Dia hendak melayangkan tinjunya pada sosok itu. Namun ketika manik hijau tua itu menatapnya dingin, pergerakannya terhenti.

"Ada apa? " tanya Midoriya. "Silakan bunuh tanpa ragu. " ujarnya datar.

Tatapan dingin itu begitu menusuk, bahkan muscular ragu untuk menjatuhkan pukulannya. Padahal yang ada didepannya hanyalah seorang gadis quirkless.

Melihat Muscular tidak kunjung bergerak, Midoriya mendengus pelan. "Hei, kau. " panggilnya pada anak kecil yang berada di belakang tubuh Muscular.

Kota tersentak ketika Midoriya memanggilnya. Dia semakin gemetar ketakutan.

Heroes - BnHA Fanfict (Completed) Where stories live. Discover now