Aku Tidak Baik-Baik Saja

739 82 15
                                    

Came a time
(Tibalah saatnya)
When every star fall brought you to tears again
(Kala bintang yang berjatuhan membuatmu kembali berlinang)
We are the very hurt you sold
(Kami adalah luka yang kau jual)

And what's the worst you take
(Dan hal terburuk yang telah kau renggut)
From every heart you break
(Dari tiap-tiap hati yang kau patahkan)
And like the blade you stain
(Layaknya belati yang kau nodai)
Well, I've been holding on tonight
(Benar, aku sudah menahannya semalaman)

What's the worst that I can say?
(Hal terburuk apa yang bisa keluar dari mulutku?)
Things are better if I stay
(Semua lebih baik jika ada aku)
So long and goodnight
(Selamat malam dan selamat tinggal)
So long and goodnight
(Selamat malam dan selamat tinggal)

Suara lagu Helena dari My Chemical Romance itu terdengar dari studio di lantai dua. Disertai suara gebukan snare, tom tom dan simbal yang saling bersahutan dengan ketukan rapat dalam tempo yang cepat. Suara-suara itu bersatu membentuk irama hentakan yang padu. Namun suara itu tak terdengar begitu jelas dari luar karena ruangan tersebut dilengkapi dengan peredam suara.

Jeni mengintip sebentar lewat kaca bundar yang ada di pintunya. Terlihat Jun yang sedang bermain drum seorang diri di ruangan itu. Jeni yang saat itu telah mengenakan seragam sekolah rapi, berdiri di samping pintu menunggu Jun menyelesaikan permainannya. Ia memang datang ke tempat ini pagi-pagi sekali untuk bicara dengan Gemini. Ia ingin menanyakan soal Juwon pada gadis itu.

Ini adalah hari ketiga sejak Juwon menghilang. Laki-laki itu belakangan ini tak pernah terlihat. Bahkan di sekolah pun ia juga tidak datang. Terakhir kali Jeni bertemu dengan Juwon adalah di pagi itu. Pagi saat Juwon mengantarnya kembali ke asrama. Setelah itu ia tak pernah melihat laki-laki tersebut lagi. Ia sudah mencoba menghubungi atau mengirim pesan pada Juwon. Tapi tidak ada satupun yang dibalas. Ia mulai khawatir. Ia takut terjadi sesuatu pada laki-laki itu. Terlebih lagi akhir-akhir ini ada perasaan tidak nyaman yang terus menjalari dirinya tanpa alasan jelas. Ia bermaksud menemui Gemini barangkali gadis itu tahu keberadaan Juwon.

Lagu itu berhenti berputar. Suara drum juga tak terdengar lagi di sana. Sepertinya Jun sudah selesai. Jeni mengintip sekali lagi untuk memastikan lalu mengetuk pintu. Tak lama kemudian Jun muncul dari balik pintu.

"Jeni-san? Doushite koko ni?" tanya Jun setengah terkejut.
("Jeni? Sedang apa di sini?")

"Ano... Gemini wa doko ni irun desu ka?"
("Umm... Apa Gemini ada?")

"Gemini? Ah, Patricia? Patricia ga inai yo."
("Gemini? Oh, maksudmu Patricia? Dia sedang tidak ada.")

Raut Jeni berubah sedikit kecewa. "Sou desuka...."
("Oh begitu...")

"Ja, hanashi ga arimasukara chotto ii?" lanjut Jeni.
("Kalau begitu aku ingin bicara denganmu sebentar. Tidak apa-apa bukan?")

"Ii yo. Chotto matte." sahut Jun santai.
("Tentu saja. Tunggu sebentar.")

Jun kembali masuk ke studio untuk mematikan beberapa peralatan kemudian mematikan lampu ruangan. Ia menutup pintunya lalu berjalan menuruni tangga kayu bersama Jeni di belakangnya. Kini mereka berdua berada di lantai satu studio tempat Gemini -dimana Juwon pernah mengajak Jeni kemari dulu-, meskipun sebenarnya lantai satu bangunan itu lebih mirip kafe daripada studio.

Jun berjalan menghampiri meja tempat mesin kopi dan mesin penggiling berada. "Jeni-san, mau kopi?" tawar Jun dalam bahasa Jepang.

Jeni melihat jam di ponselnya sekilas. Ia lalu menyahut ringan dalam bahasa Jepang saat dirasa masih banyak waktu sebelum jam pelajaran pertama dimulai. "Boleh."

Dua WarnaWhere stories live. Discover now