Gemini? Siapa Gemini?

1.2K 154 8
                                    

Seorang perempuan berponi samping dengan rambut bagian belakang digelung ke atas itu masuk ke dalam studio musik sambil membawa bass miliknya.

Di dalam studio itu sudah ada laki-laki dengan kaos hitam tanpa lengan sedang duduk di belakang drum menunggunya sambil mengatur tinggi hit-hat* yang ada di sebelah kirinya.

"Mana yang lain?" tanya perempuan yang baru datang itu dalam bahasa Jepang sambil mencoba suara bass-nya setelah ia menyambungkannya pada amplifier yang ada di sana.

"Belum datang." jawab laki-laki itu dalam bahasa Jepang pula.

"Kita pemanasan saja dulu sambil menunggu yang lain."

Perempuan itu mencoba kembali bass-nya lalu berkata dengan semangat setelah suara yang dikeluarlan bass itu sesuai dengan yang ia inginkan. "Yosh! Hajimemashou!*"

Perempuan itu kemudian mulai menggerakkan jarinya kesana-kemari diatas senar bass memainkan intro lagu Hysteria dari Muse. Ia menggerakkan kepalanya begitu hentakan suara drum mulai masuk mengiringi suara bass yang ia mainkan.

Mendadak perempuan itu menghentikan permainannya. Laki-laki yang memainkan drum itu juga ikut berhenti.

"Sebentar, bisa turunkan temponya? Bagian ini sedikit sulit untukku." pinta perempuan itu.

Laki-kali itu kembali memukul drumnya dengan ketukan lebih lambat. "Seperti ini?"

"Iya seper-"

Tiba-tiba ponsel perempuan itu berbunyi. Ia menoleh pada ponselnya yang ia letakkan di atas amplifier.

"Tunggu sebentar." gumam perempuan itu sambil berjalan mengambil ponselnya. Ada panggilan masuk dari Leo. Tanpa membuang waktu perempuan itu langsung mengangkatnya.

"Halo? Ada apa Leo?... Aku ada di studio sekarang... Baiklah... Telpon aku jika kau sudah sampai."

*****

Jeni, Jisu, Lisa, dan Rose berjalan terpisah setelah mereka melambaikan tangan satu sama lain di depan asrama. Lisa dan Rose berjalan menuju stasiun bawah tanah sementara Jeni dan Jisu berjalan menuju halte bus tempat biasa mereka menunggu bus menuju sekolah.

Aku akan menjemputmu di halte biasa.

Jeni memasukkan kembali ponselnya ke dalam kantong setelah membaca pesan dari Juwon itu.

"Kau yakin tak ingin berangkat bersamaku?" tanya Jisu yang berjalan di samping Jeni.

"Iya." sahut Jeni singkat.

Jisu memiringkan kepalanya. "Bukankah ini sedikit konyol? Kita sekolah di tempat yang sama. Tujuan kita sama. Tapi kenapa kita berangkat secara terpisah?"

"Aku juga berpikir seperti itu. Tapi Juwon melarangku untuk naik angkutan umum sekarang. Dia ingin aku berangkat bersamanya." jawab Jeni.

Tak lama kemudian datang sebuah bus dan berhenti di halte itu. Jisu mempercepat langkahnya menuju halte sebelum bus itu pergi.

"Sampai bertemu di sekolah, Jendukie." ujar Jisu sambil melambai pada Jeni.

Jisu masuk ke dalam bus itu. Ia duduk di salah satu kursi di dalam bus yang berada di dekat jendela. Bus itu mulai bergerak setelah semua penumpang di halte itu naik. Jisu mengambil earphone dari dalan tasnya lalu memasangnya pada ponsel dan memutar lagu yang sama yang sejak beberapa hari ini ia dengar. Ia mendengarkan lagu itu sambil mengamati jalanan di luar jendela bus.

Bus itu berhenti lagi di depan sebuah halte lalu kembali bergerak selang beberapa saat. Jisu masih mendengarkan lagu itu sambil menatap pemandangan dari balik kaca bus.

Dua WarnaOnde histórias criam vida. Descubra agora