Perkelahian

1.6K 200 7
                                    

Langit sore telah berubah menjadi gelap. Lampu-lampu pertokoan dan deretan lampu jalan mulai mengambil alih penerangan jalanan Hongdae petang itu. Lisa dan Rose sedang berjalan diantara lalu-lalang orang-orang menuju stasiun Hongdae. Mereka akan kembali ke asrama setelah sejak siang menjelajahi kawasan ini.

"Biar aku saja yang membawa gitarku." ujar Rose yang berjalan di samping Lisa.

"Tidak apa-apa biar aku saja." sahut Lisa sambil tetap berjalan dan menatap ke depan.

"Kau sudah membawanya dari tadi, pasti itu merepotkan. Biar aku saja yang membawanya."

Lisa menghentikan langkah sambil melepas tas gitar Rose dari pungggungnya. "Baiklah jika kau memaksa."

"Ini." Lisa memberikan tas gitar itu pada Rose. Mereka berdua lanjut berjalan setelah Rose memakai tas gitarnya.

Lisa berjalan sambil mengamati tas gitar milik Rose. "Hei Park Chaeyoung, jika merepotkan kenapa tak kau tinggalkan saja gitarmu di bistro? Kau kesana hampir setiap hari bukan? Bukankah lebih mudah meninggalkannya di sana daripada selalu membawanya kemana-mana seperti ini?"

"Di sana tidak ada tempat untuk menaruh gitarku. Ini gitarku satu-satunya. Jika hilang atau rusak aku tidak bisa bekerja lagi." jawab Rose.

"Bukankah ada loker atau semacamnya?"

"Aku tidak diberi jatah loker karena kontrakku hanya satu bulan di sana."

"Apa mereka tidak menyediakan gitar? Kenapa kau tidak menggunakan gitar mereka saja daripada selalu membawa gitarmu sendiri?"

"Mereka hanya punya gitar listrik. Aku lebih suka membawakan lagu dengan gitar akustik, suaranya lebih bersih dan jernih."

Tiba-tiba ponsel Lisa bergetar. Ia mengambil ponselnya dari dalam saku dan melihat ada panggilan masuk dari Jeni.

"Halo Jeni? Ada apa?... iya ini kami akan pulang.... gochujang?....mmmmm... baiklah aku akan membelinya nanti. Mau titip apa lagi?... oke... baiklah...iya aku mengerti.... sampai jumpa." Lisa menutup telponnya dan memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku.

"Ada apa?" tanya Rose begitu tahu bahwa Lisa baru saja mendapat telepon dari Jeni.

"Jeni ingin kita membeli gochujang sebelum pulang." Mata Lisa kemudian menangkap ada sebuah minimarket di ujung perempatan.

"Ayo ke sana." ajak Lisa sambil menggerakkan kepalanya ke arah yang dimaksud.

*****

"Semuanya 30.700 won." kata perempuan yang berdiri di belakang mesin kasir.

Perempuan itu kemudian memasukkan semua barang yang baru saja dibeli oleh Rose dan Lisa ke dalam kantong plastik putih. Setelah membayar, Lisa dan Rose berjalan menuju pintu minimarket. Rose membuka kembali kantong plastik berisi belanjaan itu dan mengambil struk yang ada di dalamnya untuk memastikan bahwa barang belanjaan mereka sesuai dengan yang ada di dalam struk sebelum benar-benar meninggalkan minimarket itu. Saat membuka pintu minimarket tiba-tiba Rose merasakan badannya menabrak sesuatu. Matanya yang semula tertuju pada struk kini beralih pada sesosok laki-laki berseragam SMA yang berdiri sambil menatapnya dengan tajam. Ada dua orang siswa lainnya yang berdiri di kiri dan kanan laki-laki itu.

Menyadari bahwa dirinya baru saja menabrak seseorang, Rose buru-buru membungkukkan badan. "Maafkan aku, aku tidak senga-"

Rose menghentikan kata-katanya begitu melihat ada sebuah ponsel tergeletak tepat di bawahnya. Apa ini ponsel laki-laki itu? Apa ponselnya terjatuh saat ia menabraknya? Apa ponselnya rusak? Apa dia akan menuntut ganti rugi? Apa laki-laki itu akan menghajarnya karena menjatuhkan ponselnya? Tiba-tiba saja kepala Rose dipenuhi oleh pikiran-pikiran buruk.

Dua WarnaWhere stories live. Discover now