Bunuh Dia

1.5K 178 66
                                    

Bel pulang sekolah baru saja berbunyi beberapa saat yang lalu. Jisu bersama murid yang lain mulai berhamburan keluar dari lorong utama sekolah. Di sampingnya berjalan Taewu dengan langkah santai.

"Sungguh, kukira dia itu saudara kembarmu. Kalian ini terlihat mirip sekali. Aku sedikit terkejut saat datang ke rumahmu dan melihatnya keluar." ungkap Taewu menceritakan kakak Jisu yang pertama kali ia lihat kemarin.

Jisu tergelak. "Memang banyak yang bilang begitu. Kata mereka Jiyun eonnie lebih cocok jadi saudara kembarku daripada kakakku."

"Oh iya, ummm... ngomong-omong apa kau sibuk akhir pekan ini?" tanya Taewu dengan cara bicara yang sedikit berbeda dari sebelumnya.

Jisu menoleh cepat. "Memangnya kenapa?"

"Sekolah kita akan mengadakan perayaan karena tim sepakbola kita memenangkan pertandingan kemarin. Ini adalah pertama kalinya sekolah kita memenangkannya tiga kali berturut-turut. Jadi pihak sekolah ingin membuat pesta untuk tim sepakbola SMA Chungdam." jelas Taewu.

"Aku tidak terlalu suka hal-hal seperti itu, tapi mereka bilang aku harus datang. Daripada aku mati gaya di sana lebih baik aku mengajakmu, bagaimana?" lanjut Taewu.

Jisu diam menimbang-nimbang sambil tetap berjalan bersama Taewu menuju gerbang sekolah.

"Tapi tenang saja. Itu acara tertutup. Hanya ada pihak sekolah kita saja. Tidak akan ada wartawan di sana." ungkap Taewu meyakinkan agar gadis itu mau menerima ajakannya.

Taewu mengangkat alis menunggu jawaban Jisu. "Jadi bagaimana?"

Jisu masih diam sambil menimbang-nimbang. Setelah beberapa saat ia berkata dengan yakin. "Baiklah, aku tidak akan menolak jika kau yang meminta."

Senyum lebar langsung mengembang di wajah Taewu saat mendengar jawaban itu. Tapi senyum itu tak bertahan lama. Senyum itu langsung hilang begitu mereka berdua keluar gerbang sekolah.

Tak jauh dari sana ada direktur Chongsu yang berdiri di samping sedan miliknya sambil mengamati satu per satu murid yang keluar dari gerbang. Tak lama kemudian direktur Chongsu melihat ke arah Jisu. Ia tersenyum sambil berjalan mendekat. Spontan Taewu langsung menarik tangan Jisu dan membawa gadis itu ke belakang tubuhnya.

"Ada apa?" tanya Jisu tidak mengerti kenapa Taewu tiba-tiba menariknya.

Taewu tidak merespon pertanyaan Jisu. Ia masih memperhatikan direktur Chongsu sambil mengamati gerak-gerik yang dilakukan pria itu. Jisu ikut melihat kemana Taewu sedang mengarahkan pandangannya. Ia ingin tahu apa yang menarik perhatian Taewu hingga tidak menjawab pertanyaannya. Saat itu juga ia menyadari ada direktur Chongsu yang menghampiri mereka.

"Oppa?"

Jisu baru saja ingin mendekat ke arah direktur Chongsu namun buru-buru ditahan oleh Taewu.

"Tetap di sini."

"Ya, kau ini kenapa?"

"Kubilang tetap di sini!" tegas Taewu mengulangi kata-katanya.

Taewu lalu berjalan menuju direktur Chongsu dan bertanya dengan dingin. "Untuk apa kau ada di sini?"

Direktur Chongsu hanya menatap Taewu tanpa merespon kalimatnya. Ia berjalan memutari Taewu yang berdiri menghalangi untuk menghampiri Jisu.

"Kenapa kau tidak ada di minimarket tadi malam?" tanya direktur Chongsu pada Jisu tanpa basa-basi.

"Aku sedang tidak enak badan kemarin. Jadi aku memutuskan untuk tidak bekerja dulu." jawab Jisu santai.

Direktur Chongsu mengamati wajah Jisu lalu mengarahkan tangannya pada kening gadis itu dan berkata dengan khawatir. "Tidak enak badan? Kau sakit? Sakit apa? Kenapa tidak bilang padaku? Bukankah kau menyimpan nomorku?"

Dua WarnaWhere stories live. Discover now