Gadis Dengan Analisa Tajam

1.5K 180 11
                                    

Jeni sedang duduk di salah satu kursi penonton yang ada di dalam gedung serbaguna SMA Chungdam. Ia sedang memperhatikan Juwon yang mengenakan baju serba putih dengan sabuk biru sedang berdiri di atas matras merah tua yang menutupi sebagian besar lantai gedung itu. Juwon kemudian menendang-nendangkan kakinya ke udara beberapa kali setelah seorang pria berbaju putih bersabuk hitam menghampirinya dan berkata sesuatu padanya.

Juwon sedang berlatih untuk ujian kenaikan tingkat sabuk taekwondo yang akan diadakan beberapa pekan lagi. Ia memiliki jadwal latihan sebanyak empat kali dalam satu pekan. Dua hari sepulang sekolah dan dua hari di malam hari. Juwon berlatih bersama 11 orang lainnya di sana. Namun hanya dia yang memakai sabuk biru di antara yang lain.

Dia memang memiliki tingkat sabuk paling tinggi di antara semua atlet taekwondo yang dimiliki SMA Chungdam. Juwon saat ini memegang sabuk biru strip merah yang artinya dia hanya perlu dua ujian lagi sebelum mendapatkan tingkat sabuk tertinggi dalam taekwondo, yaitu ujian sabuk merah dan ujian sabuk hitam.

"Chu Chom Seogi!*" teriak pria yang tadi berdiri di samping Juwon sambil berjalan meninggalkan Juwon dan kembali ke depan barisan. Pria itu adalah pelatih taekwondo di SMA Chungdam.

"Ha!" Seru para taekwondoin* di sana sembari membentangkan kaki lebar dalam posisi setengah ditekuk dan tangan mengepal di pinggang.

Pelatih itu memberikan aba-aba lagi lalu para taekwondoin langsung melakukan gerakan meninju dan menangkis selama 15 menit. Pelatih kemudian mengganti aba-aba dan para taekwondoin langsung memperagakan gerakan menangkis dan mengelak selama 15 menit. Setelah itu para taekwondoin berbaris 2 banjar saling berhadapan lalu melakukan tendangan dan pukulan ke arah benda berbentuk seperti raket bulutangkis namun lebih tebal dan gagangnya lebih pendek sebagai sasaran. Benda itu dipegang oleh rekan mereka yang berhadapan. Mereka melakukannya secara bergantian selama 30 menit.

Jeni yang duduk memperhatikan mereka selama satu jam lebih kini mulai merasa bosan. Ia tidak mengira bahwa ia harus menunggu Juwon selama ini. Sebenarnya ia ke sini hanya ingin bertemu dengan Juwon untuk menanyakan sesuatu. Bukan untuk melihat Juwon berlatih hingga satu jam.

Jeni hanya ingin mengetahui apakah memang Juwon yang menyerang kakak Jisu atau kebetulan saja Juwon memiliki stiker yang sama dengan penyerang kakak Jisu. Walaupun ia tahu bahwa Juwon belum tentu mau menjawabnya tapi hanya itu yang bisa Jeni lakukan untuk saat ini.

Jeni menyandarkan punggungnya ke kursi penonton sambil melenguh bosan. Ia sudah menunggu selama ini tapi mereka belum selesai latihan juga. Apa sebaiknya dia menanyakannya besok saja? Toh mereka juga setiap hari bertemu karena satu kelas. Tapi dia terlanjur di sini dan menunggu selama ini. Lagipula jadwal latihan trainee-nya juga lebih lengang bulan ini jadi Jeni tidak terlalu terburu-buru untuk meninggalkan tempat itu.

Jeni membuang napas setelah ia memutuskan untuk menunggu Juwon sedikit lebih lama lagi. Ia mengambil ponsel dari dalam sakunya lalu menggerakkan jari-jarinya di layar membuka internet untuk mencari berita, artikel atau semacamnya yang bisa mengusir rasa bosannya.

Tanpa ia rencanakan, jari Jeni berakhir pada sebuah artikel di internet yang memuat berita tentang Jisu yang akan bermain sebagai kameo dalam sebuah drama. Artikel itu dimuat pada tanggal 14 September, yang artinya sudah beberapa hari yang lalu. Jeni akhir-akhir ini jarang mengikuti berita di internet. Sejak Pink Punk mendapat misi busking dari sajangnim Jeni memang lebih jarang membuka internet sehingga ia sering tertinggal berita.

Jeni tersenyum saat selesai membaca artikel itu. "Kau memang hebat, baru beberapa bulan saja menjadi trainee sudah bisa bermain drama. Sedangkan aku yang hampir dua tahun paling bagus hanya menjadi model video klip."

Dua WarnaWhere stories live. Discover now