Bekerja Sebagai Tim

1.4K 192 46
                                    

Perhatian : Bab ini mengandung unsur kekerasan yang mungkin membuat sebagian pembaca kurang nyaman. Dimohon kebijaksanaannya sebelum membaca.

Pria itu membuka ke atas kaca helmnya sambil tetap mengarahkan pistolnya pada Juwon. Kini Juwon dapat melihat mata pria itu. Juwon mengamati gerak-gerik pria itu sambil berpikir. Jika ingin mengalahkannya, hal pertama yang harus ia lakukan adalah menjauhkan pistol milik pria itu.

"Hei ambil kertasnya di dalam mobil." perintah pria itu pada rekannya yang menodongkan pistol pada Taewu.

Juwon mengambil kesempatan saat pria itu bicara pada temannya untuk menyerang. Namun bahkan belum sempat Juwon menggerakkan kakinya, pria itu menatapanya dengan tajam sambil mengarahkan moncong pistolnya pada kaki Juwon. "Jangan mencoba melawan!"

Tak lama kemudian datang lagi delapan orang bermotor yang penampilannya sama dengan kedua pria itu namun wajah kedelapan orang itu hanya tertutup oleh kaca helm transparan sehingga siapapun bisa melihat wajah mereka. Salah satunya turun dan mendekat pada pria yang menodongkan pistol pada Juwon.

"Kenapa lama sekali?"

"Daripada hanya mengoceh bantu dia mengambil kertasnya." ujar pria yang menodongkan pistol pada Juwon sambil mengarahkan kepalanya pada pria yang menodongkan pistol pada Taewu.

Pria yang turun dari motornya tadi mendekat pada pria yang menodongkan pistol pada Taewu. "Biar aku saja yang mengambilnya.

Pria itu berjalan mendekat ke arah mobil. Ia berdiri di pintu mobil dimana di baliknya ada Jeni sedang duduk. Pria itu menarik pintu mobil. Spontan Jeni menjauhkan badannya sambil memeluk erat tas yang ia pegang.

Pria itu menatap Jeni. Jeni juga menatap pria itu. Wajahnya terlihat ketakutan. Pupil matanya mengecil. Ada keringat dingin yang mulai mengucur dari keningnya. Napasnya kini juga terasa sedikit berat.

Pria itu meraih tas yang dipeluk Jeni dan berusaha menariknya. "Berikan tasmu."

Jeni tak mau kalah. Ia memeluk tas itu makin erat sambil menahannya dengan sekuat yang ia bisa. Namun pria itu lebih kuat darinya. Pria itu berhasil mengambil tasnya dan membawanya keluar mobil.

Pria itu membuka resleting tas Jeni lalu mengobrak-abrik semua isi di dalamnya. Merasa tak menemukan apa yang ia cari, pria itu membalik tasnya dan memuntahkan isinya sambil memeriksanya sekali lagi.

"Siapa yang membawa kertas itu?" tanya pria itu pada pria yang menodongkan pistol pada Juwon setelah dirinya tak menemukan benda itu dalam tas Jeni.

"Gadis yang memakai masker dan mengucir rambutnya ke belakang. Kertasnya ada di dalam tas milik gadis itu."

Pria itu mengarahkan pandangan ke dalam mobil. "Semuanya memakai masker, rambut mereka juga semua diikat ke belakang. Yang mana?"

"Geledah saja semuanya. Ambil juga ponsel mereka, atau laptop, atau alat elektronik apapun yang ada pada mereka. Kita harus memusnahkan bukti digitalnya juga." jawab pria yang menodongkan pistol pada Juwon.

Jeni mengamati semua pria yang ada di sana. Jika begini terus hanya masalah waktu sampai mereka menemukan kertas itu. Apabila mereka berhasil merebutnya, tidak ada lagi yang bisa mereka lakukan untuk meredam rumor itu.

Dari kursinya, Lisa juga memperhatikan semua pria yang ada di sana. Ia mengamati setiap tindak tanduk yang mereka lakukan. Ada sepuluh orang yang sekarang menghadang mereka. Tapi sepertinya hanya dua orang yang memegang senjata.

Lisa kemudian menoleh pada Rose dan berbicara dengan setengah berbisik, "Hei, kau bisa menyetir mobil?"

Rose mengangguk. "Iya, aku bisa. Kenapa?"

Dua WarnaWhere stories live. Discover now