• Chapter 37

964 127 11
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak^^
Happy Reading!~

***

Wanita itu terbangun dari tidurnya yang bahkan ia pun tak sadar sejak kapan dirinya mulai tertidur. Punggung tangannya yang ia gunakan sebagai alas kepalanya itu terlihat lembap karena air mata. Ia menengadah lantas mengangkat sebelah tangannya menghapus sisa bulir bening itu yang masih berlinang di kedua sudut mata juga pipinya. Tak lupa dengan hidungnya yang kini memerah, akibat terlalu banyak menangis hingga salah satu lubangnya terasa mampat. Tangannya bergerak ke atas nakas yang berada di depannya, mengambil kertas tisu untuk mengelap hidungnya yang berlendir.

Park Sooyeon. Wanita itu bangkit dari posisinya yang menelungkup, meraih ponsel yang sedari pulang ia letakkan sembarangan masih di atas tempat tidurnya. Dan betapa terkejutnya ia melihat jam yang terpampang di layar ponselnya.

"Astaga, ini sudah lebih dari dua jam aku tertidur."

Jemarinya kemudian bergerak membuka room chat dan menekan pada salah satu nama.

To : Jungkook

Maaf, aku tidak bisa malam ini. Karena ada beberapa pekerjaan yang harus diselesaikan untuk besok

Bohong. Tentu saja, itu hanya alibinya. Dengan terpaksa ia melakukannya sebab, malam ini dirinya tidak ingin diganggu dahulu dan hanya ingin sendiri untuk menenangkan pikirannya.

Tak lama, ponselnya bergetar menandakan pesan masuk.

From : Jungkook

Iya, tidak apa. Aku mengerti. Terima kasih sudah mengabariku

Baru saja Sooyeon ingin bangkit dari tempat tidurnya, getaran ponselnya membuat ia mengurungkan hal itu. Itu sebuah pesan dari nama yang sama.

From : Jungkook

Maaf, kalau besok malam bagaimana? Apa kau kosong?

"Tidak enak jika aku kembali menolak. Baiklah, lagipula aku tidak kemana-mana besok."

Sooyeon kembali mengetik, membalas pesan dari pria Jeon itu.

Baiklah, besok malam aku akan usahakan

Setelah menekan tombol mengirim pesan pada Jungkook, ia segera bangkit dari tempatnya menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Sebelum itu, Sooyeon menyempatkan diri untuk melihat wajahnya di meja riasnya. Kunciran belakang rambutnya sudah tak beraturan, mata yang sembab, hidung merah dan pipi yang masih nampak basah, membuat ia merutuki dirinya sendiri.

Selesai membersihkan diri, Sooyeon melangkah menuju dapur untuk makan malam. Dirinya bukan lagi anak remaja yang jika sedang dalam suasana hati yang buruk sampai melewatkan makan malamnya. Ia tak ingin dirinya tiba-tiba sakit hanya karena memikirkan pertengkarannya dengan sang kekasih. Itu bukan gayanya. Beruntungnya Sooyeon berpikir seperti itu.

Sooyeon memutuskan membuat satu bungkus ramen. Malam ini ia terlalu malas untuk memasak makanan lain. Toh, ramen pun bisa mengenyangkan, pikirnya. Hanya butuh sekitar lima menit akhirnya ramen buatannya telah matang. Sooyeon membawa panci kecil berisi ramen ke atas meja makannya. Tidak ada yang spesial makan malam kali ini. Tidak ada suara bariton yang biasa menemaninya makan malam.

"Hah... Berhentilah memikirkan dirinya! Dia juga sudah tidak peduli padamu, Park Sooyeon."

Wanita itu kembali melanjutkan makan malamnya dan menghabiskan ramennya.

***

Keesokan paginya, Sooyeon kembali bekerja. Hari ini ia memutuskan untuk menaiki bus. Setelah berjalan sekitar lima menit dari apartemennya, akhirnya ia sampai. Lantas ia mendudukkan dirinya di kursi halte bus yang cukup sepi.

My Lovely Assistant - KTHWhere stories live. Discover now