• Chapter 9

4.1K 427 90
                                    

Hari demi hari berlalu. Sudah terhitung satu minggu Sooyeon bekerja di Kim Corp. Selama satu minggu itu pun hal yang dirasakannya masih sama dan tidak pernah berubah. Kim Taehyung si pria menyebalkan yang notabene atasannya itu tak ada habis-habisnya menjahili dan memancing emosinya. Membuat Sooyeon geram dan berulang kali menahan sabar agar emosinya tidak meledak.

Omong-omong tentang Taehyung, kakinya yang cedera itu telah pulih tiga hari yang lalu. Tentu saja berkat bantuan Sooyeon yang setiap harinya rutin merawat kaki pria itu. Itu memang bukan kemauan Sooyeon, tapi mau bagaimana lagi? Terpaksa ia harus menuruti semua perintah pria bermarga Kim tersebut jika tidak ingin menerima resikonya. Mungkin jika karyawan lain yang menjadi dirinya sudah mengundurkan diri dari perusahaan Kim Corp tersebut. Tapi, Sooyeon tidak ingin seperti itu. Ia berpikir ulang kembali dan merenungkan resiko yang lebih berat jika ia harus mengundurkan diri dari perusahaan. Mencari pekerjaan tidaklah mudah. Butuh waktu dan tenaga yang banyak untuk memperoleh suatu pekerjaan pikirnya.

Pagi ini, Sooyeon berencana untuk jogging di sekitaran taman yang tidak jauh dari apartemennya selagi hari ini adalah hari minggu yang berarti libur bekerja. Ia sudah rapi dengan setelan olahraganya. Sooyeon mengenakan kaus berlengan pendek polos berwarna abu-abu muda dengan celana training hitam panjang bergaris putih di sampingnya.

Kini Sooyeon tengah menunggu kedatangan Jaera di salah satu bangku taman. Semalam ia menelepon sahabatnya itu dan mengajaknya untuk jogging bersama. Jaera pun menyetujuinya. Sudah hampir sebulan lamanya mereka tidak bertemu dan bertatap muka karena kesibukan masing-masing. Selama ini keduanya berkomunikasi hanya lewat ponsel untuk melakukan videocall. Itu pun jika ada waktu senggang, jika tidak sempat mereka hanya akan bertukar pesan saja. Beruntung hari ini mereka tidak ada kegiatan apapun sehingga mereka bisa bertemu kembali untuk melepas rindu.

Beberapa menit kemudian, dari arah kejauhan terlihat Jaera melambaikan tangannya lalu berjalan menghampiri Sooyeon. Namun, Jaera tidak datang sendiri. Terlihat seorang pria bertopi hitam dengan pakaian casualnya yang mengekori Jaera dari belakang.

"Sooyeon-ah!"

"Jaera-ya!"

Keduanya menyerukan nama secara bersamaan lalu berpelukan sambil melompat-lompat kecil.

"Akhirnya kita bisa bertemu lagi. Sudah lama sekali kita tidak olahraga bersama seperti ini. Aku sangat merindukanmu, Sooyeon-ah."

"Iya, aku juga."

"Ck, kalian ini masih saja seperti anak kecil berpelukan seperti itu. Apa kalian tidak malu dilihat orang-orang?" ucap pria yang tadi datang bersama Jaera.

Sooyeon dan Jaera lantas melepaskan pelukan mereka.

"Mana? Mereka tidak melihat ke arah kami. Bilang saja kau iri karena sudah lama tidak bertemu dengan teman-temanmu oppa," balas Jaera sedikit mengejek.

Pria itu memilih diam tidak menanggapi perkataan Jaera daripada akhirnya hanya akan menimbulkan debat yang tidak berguna.

"Annyeong haseyo. Bagaimana kabarmu, Yoongi oppa?" sapa Sooyeon pada pria yang diketahui bernama Yoongi itu.

"Baik. Bagaimana denganmu?"

"Seperti yang kau lihat, oppa. Aku juga baik." Yoongi hanya menganggukan kepalanya sebagai respon.

"Sepertinya kalian semakin menempel saja," goda Sooyeon sedikit menyenggol bahu Jaera.

"Itu karena appaku. Ia selalu saja menyuruhnya menemaniku kemana pun aku pergi. Aku kan bukan anak kecil lagi."

"Ya, kau memang bukan anak kecil. Tapi kau sangat merepotkan seperti bocah." Yoongi menyahut dan langsung membuat Jaera mengerucutkan bibirnya kesal karena ucapan Yoongi yang agak sarkastis.

My Lovely Assistant - KTHWhere stories live. Discover now