28. Ayah Dengarlah

80.3K 13.4K 5.7K
                                    

2017

Nadine Faustina
Din, hari Sabtu jalan, yuk.

Andina Raia
Sabtu gue ada les, Nad.

Nadine Faustina
Enggak apa-apa, gue tungguin pulangnya.

"Andina, Mama Sabtu pagi ke papa, ya. Minggu Insya Allah papa udah boleh pulang soalnya. Jadi dirujuk ke Rumah Sakit Persahabatan kalo untuk kemo, segala macam."

Andina memutus perhatian dari ponselnya kepada ibunya yang sedang melihat-lihat surat tagihan kartu kredit yang masuk.

"Kamu enggak mau ikut?" Ibunya bertanya untuk yang kesekian kalinya.

Andina terdiam memandangi ibunya. Ibu jarinya ia biarkan menggantung di atas layar ponsel dan belum membalas lagi chat dari Nadine.

It's been a long time.

Ayahnya sudah dirawat begitu lama dan Andina sudah sangat lama tak bertemu dengannya. Ia tak tahu bagaimana keadaan ayahnya sekarang kecuali hanya mendengar info-info dari mulut ibunya. Ayahnya merasa begini dan begitu, melakukan ini dan itu, dan yang sering ibunya katakan adalah psikis mereka berdua cukup terguncang saat mengetahui hasil CT Scan beberapa waktu lalu.

Andina menghela napas pelan.

"Iya..."

Ia menjawab pada akhirnya.

"Iya?" Raut wajah ibu Andina berubah berseri. "Kamu mau ikut ke papa?"

"Hm."

Andina menunduk lagi menatap layar ponselnya, mengetikkan balasan baru pada Nadine.

Andina Raia
Gue mau jenguk papa pulangnya.

Nadine Faustina
Iya, Din, nanti bareng gue aja. Sebelum ke mal kita rumah sakit dulu.

Andina Raia
Serius mau ikut?

Nadine Faustina
Iyaa.

"Yaudah, besok pagi-pagi kita pesan GoCar. Kamu tidurnya jangan malam-malam supaya bisa bangun pagi." Ibu Andina menaruh tumpukkan tagihan tersebut di atas meja. "Wah, Papa senang banget nanti. Udah lama kan enggak ketemu anaknya."

Andina Raia
-Nad, jangan pulangnya.
-Sesi kedua aja gue skip.

Nadine Faustina
GO lo yang dekat SMA lo, kan? Gue jemput situ ya nanti.

Andina Raia
Oke.

"Ma," panggil Andina. "Sabtu ada les. Bisanya siang."

Wanita di hadapannya tersenyum dan mengangguk. "Pulang les enggak apa-apa. Nanti Mama WA kamarnya yang mana."

"Nadine mau ikut katanya," ia berkata lagi. "Pulangnya mau jalan sama Nadine soalnya."

"Oh, yaudah, enggak apa-apa. Nadine ikut aja."

Andina hanya bergumam pelan, lalu beranjak untuk kembali ke kamar.

***

"Din!"

Seruan dan tepukkan di tangannya oleh Ica menyadarkannya dari lamunan. Mereka sedang berada di kelas bimbel menunggu bel masuk.

Garis SinggungWhere stories live. Discover now