40 - Kau Adalah Yang Terindah

126K 13.5K 9.6K
                                    

***

اوووه! هذه الصورة لا تتبع إرشادات المحتوى الخاصة بنا. لمتابعة النشر، يرجى إزالتها أو تحميل صورة أخرى.

***

"Yak! Dekatan lagi, Mas!" seru sang fotografer, mengarahkan wajah Fadil untuk mendekat pada Andina.

Fadil menuruti perintah itu dengan senang hati, memajukan wajahnya lebih dekat lagi pada Andina yang sedang menyeringai hingga menyisakan jarak beberapa senti.

"Op! Op! Yee, jangan nyosor, Mas! Belum halal!" tegur pria berambut panjang tersebut.

Fadil melirik sinis pada sang fotografer karena menyadari gesturnya yang hendak mencari kesempatan, membuat Andina tertawa dengan posisi masih mendekapnya erat.

Saat ini mereka berdua sedang melakukan sesi foto pre-wedding. Sedari tadi mereka diarahkan untuk bergaya begini dan begitu. Fadil merasa senang-senang saja karena itu artinya ia bisa dekat-dekat dengan Andina seperti ini.

"Oke, senyum ya biar kagak kelihatan kayak dipaksa kawin." Sang fotografer mulai membidikkan kamera. "Tiga... dua... satu!"

Klik!

"Saling lihat-lihatan, dong," pria itu mengganti instruksi, yang lalu diikuti oleh mereka.

Fadil dan Andina berpandangan. Lelaki itu merasa tak melakukan apapun, tetapi Andina tampak mengatupkan mulutnya menahan tawa karena wajah Fadil dari dekat terlihat sangat bloon—ia suka wajah bodoh itu.

Beberapa foto kembali diambil, kemudian sang fotografer mengacungkan ibu jarinya tertanda selesai karena hasilnya sudah bagus.

"Ketawa... ketawa..." Fadil mencubit pipi Andina saat sesi foto selesai.

"Sakit." Ia berdesis seraya menjauhkan dirinya.

Andina berjalan ke arah sang fotografer untuk melihat foto yang baru saja diambil. Kepalanya lantas mengangguk-angguk puas ketika melihat hasil tersebut.

"Mas nanti saya minta softcopy-nya langsung boleh enggak? Tapi beberapa aja yang sekiranya saya suka," tanya Andina, mengabaikan Fadil yang mengistirahatkan dagu lelaki itu di pundaknya.

"Bisa. Lewat e-mail aja ya, Mbak? Udah ada di data Mbak sama Mas."

"Iya, enggak apa-apa." Andina mengangguk.

Setelah berbicara pada sang fotografer, Andina menggandeng Fadil untuk duduk dan beristirahat. Beberapa minggu ini mereka disibukkan dengan persiapan pernikahan di tengah-tengah pekerjaan. Bertemu vendor ini dan vendor itu, belum lagi mengurus persyaratan nikah di KUA. Sekarang semua sudah ditentukan dan hanya tinggal menyebar undangan jika urusan foto ini selesai.

"Na," Fadil membuka botol air mineral dan menyerahkannya pada Andina. "Kemarin papa bilang ke aku."

"Bilang apa?"

"Papa mau hadiahin kita rumah. Tapi aku bilang ke papa kalo penginnya fifty-fifty, enggak semuanya papa yang bayar. Enggak apa-apa, kan?" tanyanya, memilih untuk mendiskusikan dulu dengan Andina.

Garis Singgungحيث تعيش القصص. اكتشف الآن