22. Cinta Bersemi dari SMA

81.3K 11.2K 2.2K
                                    

2015

"Halo, Pa? Hari ini enggak usah jemput ya, ada kerja kelompok lagi." Andina berkata melalui telepon tab-nya. "Kayaknya sampai malam, tapi enggak bakal malam banget."

Untuk sesaat, ia menunggu ayahnya selesai bicara di seberang sana.

"Iya, tab dinyalain terus, kok," lanjutnya. "Yaudah, dadaah..."

Gadis itu memasukkan tab-nya ke dalam tas. Ia menuruti perintah orang tuanya untuk membawanya ke sekolah agar mudah dihubungi. Begitu ia mengangkat kepalanya lagi, sebuah helm sudah tersodorkan padanya.

Pemandangan Rafa yang sudah siap di atas motor sedang tersenyum manis kepada Andina. Andina menerima helm tersebut dan naik ke motor Rafa. Ia lalu menengok ke sebelah kanan di mana Vanessa juga sudah siap bersama Rafi.

Mereka akan pergi menonton berempat. Karena ini hari Jumat, mal yang akan mereka kunjungi sudah memperbolehkan anak sekolah masuk di atas jam satu siang.

"Lo duluan." Rafi menggerakkan dagunya agar kembarannya itu jalan terlebih dulu.

Rafa menyalakan mesin motornya dan mulai melaju keluar dari area sekolah. Andina juga menyempatkan melambai tangan saat berpapasan dengan Ica dan Debby yang hendak pergi bimbel.

Semenjak makan di McDonald's, Andina jadi sering pergi berdua dengan Rafa. Kebanyakan karena lelaki itu memiliki rekomendasi tempat makan yang enak atau karena Vanessa dan Rafi juga ikut pergi sehingga menjadi lebih ramai. Dan tentu saja, ia selalu beralasan izin pergi kerja kelompok kepada orang tuanya.

"Din, lo kali-kali enggak mau ke mana gitu?" tanya Rafa agak kencang di tengah terpaan angin. "Enggak enak nih, masa gue mulu yang BM."

Andina sedikit maju mendekatkan wajahnya. "Gue jarang pergi-pergi, jadi enggak tahu banyak tempat."

Itu benar. Ia jarang pergi bersama kedua orang tuanya, mungkin hanya pergi ke pernikahan kerabat sesekali. Karena itu juga, ia senang-senang saja diajak pergi oleh Rafa.

"Tempat apa gitu yang lo tahu, Din. Ke mana aja gue pasti temenin, kok."

"Hm..." Gadis itu berpikir sejenak. "Selesai nonton, ke Fun World mau enggak? Kartu gue udah lama enggak dipake."

Rafa tersenyum di balik helmnya. "Oke, siap, Ndoro."

Terlalu fokus pada Andina, lelaki itu sampai tak sadar bahwa polisi tidur yang tinggi tengah menyambutnya. Sepeda motornya pun menghantam polisi tidur itu dengan rem terlambat, mengakibatkan Andina terdorong ke arah Rafa.

"Eh, sori, sori, Din!" seru Rafa. "Gue enggak lihat beneran!" Ia berkata dengan tak enak hati

Andina berdecak. Untung saja ia dan Rafa masih terhalang tas lelaki itu. Jika tidak, keadaan akan menjadi bahaya baginya maupun Rafa. Gadis itu memundurkan dirinya lagi.

"Iya. Enggak apa-apa."

***

Setelah film yang mereka tonton selesai, Andina langsung melesat menuju Fun World mendahului teman-temannya. Ia sudah lama tak main di sini dan sekarang ia akhirnya dapat menggunakan kartunya lagi. Rafa di belakang tertawa melihat tingkahnya. Ia ikut berlari kecil menyusul Andina yang cepat. Gadis itu pergi ke kasir untuk menambah saldo kartu.

"Din, tunggu." Rafa menyentuh pundaknya.

Lelaki itu mengeluarkan dompetnya. Ia mengambil uang pecahan 50 ribu untuk membayarkan tambahan saldo kartu Andina.

Garis SinggungWhere stories live. Discover now