12. Namun Aku Jatuh Hati

77.1K 13K 1.2K
                                    

2012

"MARTEN ANJENG!"

Alih-alih membuka pintu belakang mobil, Andina menarik pintu depan dan menyambar kerah seragam Martin tanpa peringatan. Ia melontarkan sumpah-sumpah serapah yang terdengar frontal untuk seukuran anak SMP sambil mengguncang-guncangkan lelaki itu dengan murka.

Apa yang Abidzar katakan? Semua dari Abidzar sampai Daffa tahu bahwa Andina menyukai Fadil? Fakta bahwa Fadil tahu Andina menyukainya jauh sejak masih kelas tujuh seakan mengubur wajahnya dalam-dalam yang sudah tak ada harganya lagi akibat hal-hal konyol yang gadis itu lakukan di depannya.

Lalu apakah saat insiden dirinya jatuh dari angkot di depan mereka bertiga, Fadil dan Abidzar sudah mengetahui hal itu? Dilihat dari raut wajah Martin yang memelas minta ampun, tampaknya hal itu benar. Oke, setelah wajah Andina terkubur dalam-dalam, pusara itu seakan diinjak-injak lagi oleh Fadil and the gang.

Atau jangan-jangan, ketika Andina terbakar api cemburu atas kedekatan Fadil dan Dela, lelaki itu juga mendeteksinya dan memang sengaja melakukannya agar membuat gadis itu gondok? Setelah diinjak-injak oleh Fadil and the gang, kini pusara wajah Andina seakan dibantai beramai-ramai oleh orang suruhan mereka. Rest not-so-in peace: Andina's pride.

"Yaa, sori, Din! Lagian pilihan gebetan lo aneh banget!!" Martin masih juga membela dirinya di tengah cekikan yang ia dapatkan. "Pilih cowok yang beneran dikit kenapa? Kaya Dirga, noh! Udah ganteng, baik pula!"

Baik? Cuih. Martin belum tahu saja rasanya ditolak mentah-mentah bahkan sebelum mulutnya terbuka.

Tunggu sebentar...

"Dirga tahu?!" Andina yang dilanda rasa panik mengecangkan cengkramannya.

"Enggak, enggak! Kita-kita doang!" Martin meringis kesakitan.

Mendengar jawaban Martin, gadis itu dapat bernapas lega. Meski Andina ingin Dirga tahu bahwa ia sudah move on sejak jauh hari kepada orang lain, ia dapat membayangkan bagaimana wajah angkuh dan senyum sinis menyebalkan lelaki itu karena berpikir Andina punya mangsa pengganti untuk dikuntit.

Nyatanya, memang hanya Fadil dan Abidzar yang pertama mengetahui hal itu. Raka, teman satu grup inti pramuka Fadil dan Abidzar, mungkin mendapat bocoran langsung dari mereka berdua dan Daffa juga pastilah mengetahui hal itu dari Fadil.

Sebenarnya Martin tak berniat untuk membocorkannya. Tapi ketika ia melihat Fadil memasuki kelasnya dan Abidzar yang sudah kosong seusai jam sekolah, lelaki itu tak dapat menahan tawanya. Pemikiran bahwa makhluk abnormal bernama Fadil itu memiliki penggemar masih tak dapat diterima akal sehatnya.

"Lo kenapa, Tin?" tanya Fadil saat itu, mengernyit heran karena temannya tiba-tiba saja tertawa.

Martin segera mengatupkan mulutnya. "Enggak apa-apa."

Fadil lalu mengedikkan bahu masa bodoh.

"Bijar, sayang~"

Ia melangkah riang menghampiri Abidzar untuk menagih pinjaman video game yang ia pesan. Namun, melihat Fadil berjingkat-jingkat dan bersikap lembek seperti itu, lagi-lagi tawa Martin pecah. Akankah Fadil tetap bertingkah menye-menye mengetahui ada orang lain yang mengaguminya?

Perhatian Abidzar dan Fadil, yang sedang merangkul mesra temannya itu demi dipinjamkan video game, teralih lagi kepada Martin. Mereka sama-sama mengernyit heran, tak mengerti apa yang sedang Martin tertawakan karena di kelas ini hanya ada mereka bertiga.

"Lo kenapa, sih? Jangan bikin gue takut, Tin." Fadil kembali bertanya.

"Tin, lo enggak kemasukan, kan?"

Garis SinggungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang