3. Curi Hati

119K 16.9K 2.8K
                                    

2012

"Woy, kuping gue bisa gerak sendiri, nih." Fadil memeragakan bagaimana kedua telinganya bisa bergerak-gerak tanpa ia sentuh, yang lantas mengundang gelak tawa Andina. "Bisa enggak lo?" tanyanya pada Daffa.

Daffa mengikuti bagaimana Fadil melakukannya. Alih-alih telinga yang bergerak, Daffa justru menggerak-gerakkan keningnya. "Susah, anjir."

"Ah, payah. Lo bisa enggak?" tanya Fadil pada Andina, sekali lagi menggerakkan telinganya agar Andina mengikuti.

"Bisa, dong," jawab Andina. Ia menyibak rambutnya dan menirukan Fadil menggerakkan telinga, membuat lelaki itu terkekeh.

Semenjak Fadil berpindah tempat duduk, pertemanan Andina dengannya menjadi lebih dekat karena lelaki itu seringkali bercanda atau bermain-main dengan Daffa dan Andina selalu ikut menertawakannya sehingga ia mengajaknya bicara juga.

Perilaku-perilaku kecil Fadil terhadapnya selalu membuat Andina senang bukan main. Seperti bagaimana Fadil selalu meminjam pulpennya—namun kini ia langsung mengambil sendiri dari tempat pensil Andina, bagaimana Fadil terkadang menggunakan barang-barang gadis itu selagi mereka bertiga bermain-main, dan Andina rasa selera humornya semakin anjlok saat menertawakan Fadil berteriak-teriak menirukan ibu Ikal di Laskar Pelangi menggosok pakaiannya, namun menggunakan seragam olahraga dan tempat pensil.

Semua perhatian yang Andina berikan kepada Dirga, kini beralih menjadi kepada Fadil. Ia sering mencuri-curi pandang padanya di tengah pelajaran. Pada waktu istirahat, matanya tak bisa diam melihat ke sekeliling kantin hanya untuk menemukan sosok Fadil. Andina tak lagi repot berjinjit untuk melihat Dirga di baris paling depan setiap apel pagi karena ia cukup menoleh ke kanan dan menemukan sosok Fadil berbaris di sampingnya.

Jika Fadil sedang berada di dekatnya, maka bukan kornea matanya yang bekerja, melainkan ekor matanya yang bekerja memperhatikan gerak-gerik Fadil—ia tentu saja tak bisa terang-terangan memandanginya. Karena kelihaian ekor matanya jugalah, Andina berdelusi dan selalu percaya bahwa Fadil sedang memperhatikannya juga.

Semua kebiasaan Fadil, Andina rekam di dalam ingatannya. Fadil suka menyibak dasi birunya ke pundak, maka Andina juga melakukan itu agar sama. Ia sering melihat Fadil berjalan mengendap-endap sebelum mengagetkan Martin dan Abidzar dari belakang, maka Andina pun melakukannya juga pada Risa, Dela, dan Nadine.

Andina sengaja menertawakan candaan Fadil pada Daffa agar diajak bermain juga. Ia terkadang sengaja berlaku iseng pada mereka agar dapat berinteraksi dengan Fadil. Hal tersebut tak pernah ia lakukan sebelumnya pada orang yang disukainya, tapi kini ia berani melakukannya pada Fadil.

Tentu saja, satu hal yang membuat Andina semakin menyukainya adalah Fadil menanggapinya sesuai dengan harapan. Seperti saat ia iseng menjepret kaki lelaki itu dari jauh dengan kertas dan karet, Andina berhasil mendapatkan perhatiannya dan lelaki itu justru mengambil karetnya untuk bermain-main juga.

Jujur saja, saat menyukai Dirga, Andina selalu merasa was-was setiap berangkat sekolah karena ia takut Dirga mengetahui perasaannya—yang pada akhirnya memang benar. Tapi kini saat ia menyukai Fadil, semangatnya justru meletup-letup dan ia selalu merasa tak sabar masuk sekolah lagi hanya untuk bertemu dengannya.

"Cerah banget ya lo, Din, akhir-akhir ini." Risa berucap dengan nada sarkastik setelah berganti dengan baju olahraga.

"Iyalah, deket-deket ayang beb mulu," sahut Dela, yang merupakan saksi penyebab kebahagiaan Andina sehari-hari. Andina hanya menyeringai menanggapi teman-temannya seraya melipat rok ke tas.

"Eh, tapi Fadil belom punya julukan. Nanti kita susah kalo ghibahin dia." Nadine baru ingat akan hal itu.

"Oh, iya, bener juga. Apa ya kira-kira yang cocok?"

Garis SinggungWhere stories live. Discover now