EPILOG🍁

2.5K 207 39
                                    

Life Goes On : BTS
_______

Dalam keadaan gelap gulita bisa gadis itu dengar dengan jelas bising suara yang memenuhi pendengarannya. Hingga saat gadis itu tersentak, duduk dan membuka matanya dengan napas tak beraturan. Bisa di lihatnya banyak pasang mata yang sembab menatapnya, tangannya terpasang infus juga di tubuhnya yang terdapat banyak alat yang terhubung ke monitor.

Napasnya memburu, ada yang salah. Rasanya dia melupakan separuh kenangan hingga membuat dadanya sesak, tanpa sadar melelehkan air mata yang sudah di pelupuk mata.

"Kirana!" Pekik wanita paruh baya di iringi isakan, itu ibunya.

"Ya Allah nak, akhirnya kamu sadar. Ibu nggak tahu harus ngomong apalagi."

Suaranya bergetar dan Kirana tidak bisa mendengar jelas karena tangisnya yang makin menjadi. Pria yang tadi memeluk ibunya berlari keluar ruangan dan berteriak memanggil dokter.

"Alhamdulillah, nduk. Alhamdulillah."

Sejak kapan kakek dan neneknya berada disini? Juga di belakangnya om, Tante serta banyak sepupu yang mengucapkan syukur tanpa henti.
Kirana masih menutup rapat mulutnya, pikirannya tidak sejalan dengan hatinya. Apa yang salah dengan dirinya? Dengan ingatannya? Sejak kapan dia berada disini?

"Bu, Kirana kenapa?"

Kalimat pertama yang meluncur setelah banyak gejolak di hati. Tentu saja membuat ibunya mengernyit, dengan kasar menghapus air matanya baru menggenggam telapak tangan putrinya.

"Kamu jatuh, dari jembatan. Padahal seminggu lagi kamu wisuda."

"Aku? Wisuda?"

Ayolah yang benar saja. Dia bahkan sudah wisuda saat lulus sekolah menengah beberapa bulan lalu.

"Iya, akhirnya wisuda kamu di undur. Pihak universitas menjadwalkan ulang wisuda kamu."

Sebentar, ini tidak benar. Siapa yang kuliah? Padahal baru kemarin ibunya berteriak minta calon mantu. Rukma tersenyum samar, ini yang salah ibunya atau ingatannya? Saat retinanya memutar, ternyata keluarganya menyetujui ucapan ibunya.

"Ibu, Kirana nggak paham. Siapa yang kuliah? Padahal baru lulus sekolah beberapa bulan," tuturnya.

Kepalanya pening memikirkan semua ini, tidak mungkin di bisa men-skip kehidupan kan? Matanya berkeliling mencari kalender yang mungkin terpasang, yang membuatnya dua kali lipat pusing. Tertulis dengan jelas angka 2022 di dinding rumah sakit.

Ayah datang dengan dokter dan beberapa perawat, meminta seluruh keluarga untuk menunggu di luar.

"Yah, ada yang salah sama Kirana."

Ibunya menggigiti kuku jari, kakinya terus berjalan mondar-mandir. Dia sendiri tidak paham apa yang dikatakan anaknya barusan.

"Tunggu Bu, nanti kita tanya sama dokternya, mungkin Kirana masih shock," ucapnya mengusap bahu sang istri.

"Benar, dia masih bingung. Sudah tiga hari dia ndak sadarkan diri," nenek Kirana berucap dengan penuh keyakinan.

***

Ponselnya berdering, menimbulkan nakas besi di sampingnya bergetar. Kirana sudah dipindahkan ke ruang rawat biasa, begitupun alat yang tinggal infus. Dengan tangan bergetar diraihnya ponsel itu, nama Dava tertera di layar.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam, ini siapa ya."

Tidak ada sahutan di ujung sana, entah mungkin terlalu pelan suaranya atau kaget karena Kirana tidak mengenali dirinya. Gadis itu sudah akan mematikan sambungan hingga tidak ada sahutan.

Turn Back Time Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang