20. Boy 🍁

1.3K 183 12
                                    


Boy : Treasure
_______

20.

"Apa mengetahui sebagian rahasia ku membuatmu merasa mengenal diriku?" Adisena tersenyum miring, "Itu tidak akan berhasil, hatiku sudah lama membeku."

Adisena meninggalkan Laras di tengah kebisuan, kali ini benar-benar pergi. Bagaimana lagi menyadarkan pria itu jika ini semua salah? Dia semakin membuat dalam lubang dihatinya jika terus menyakiti orang-orang disekitarnya.

"Aku akan membuat tujuan mu berantakan, Sena."

Sayangnya Laras sudah bertekad dan jika dia sudah mengatakannya apapun harus dilakukan. Adisena menjadi berkali lipat lebih  menarik dan misterius di matanya.

***

Panas matahari dan peluh yang menetes tak menghentikan semangat mereka. Para ksatria berlatih semakin giat, mereka tidak bisa menunda lagi.

"Besok akan ada pergantian punggawa yang sudah tak kompeten, kita akan ajukan pasukan A sebagai pengganti," ucap Andaru.

"Jika Lokapala mengetahui mereka adalah murid dari padepokan ini apakah akan baik-baik saja?" Tanya Dewandaru.

"Kenapa mereka harus tahu?"

"Maksudmu?"

"Jangan biarkan Lokapala tahu jika kita mengirimkan orang ke istana."

Dewandaru mengangguk.

Sebentar lagi Rukma, tunggulah sebentar lagi.

Sementara Andaru yang duduk di kursi dengan secangkir teh madu, para pangeran lainnya sudah berbaur untuk berlatih pedang. Sedangkan Andaru malah bersantai. Memang kenapa? Andaru adalah petarung terbaik, menggunakan pedang bak makan baginya. Tak perlu susah payah kepanasan untuk berlatih.

Andaru memicing saat perhatiannya jatuh pada Adisena yang baru saja datang, pria itu menyeret dua ekor kijang.

"Wah! Malam ini tidak banyak hewan buruan" ucapnya lalu duduk di bawah pohon mangga di samping lapangan.

"Itu hanya cukup untukku," jawab Andaru.

"Heh," Adisena tertawa sarkas, "Menurutmu aku berjaga semalaman hanya untuk memberikan kijang ini pada mu? Jangan harap."

"Nanti juga kau berikan, kau ini tidak bisa egois. Terlalu mementingkan orang lain."

Adisena tersenyum samar mendengarnya, mungkin hanya dirinya yang tahu jika dia tengah tersenyum. Ia mengejek dirinya sendiri, selama ini sudah cukup dia selalu mengalah. Akan Adisena tunjukkan betapa menakutkannya jika dia sudah marah.

"Kali ini aku akan egois."

Andaru tersenyum, tidak tahu jika yang dimaksud Adisena adalah hal yang lain.

"Oh iya, kapan kau akan membawa Catur ke sini?" Tanya Adisena.

Andaru tak menjawab, rasanya jika melihat wajah Catur seperti membakar darahnya. Bocah sialan itu pantas di hukum sesekali.

"Sesuai janji ku."

Adisena tertawa keras, "kau sudah gila! Bagaimana dia bisa memenuhi permintaan konyolmu itu?"

"Kenapa?" Andaru mengedikkan bahunya bingung, "menguras air bukanlah hal yang sulit."

Adisena ingin menampar wajah Andaru yang tak terlihat bersalah sama sekali, pengawalnya itu sudah sekering cabai merah karenanya.

"Iya! Menguras air danau bukanlah hal sulit!" Teriaknya frustasi, Andaru memang definisi iblis berwajah malaikat yang sesungguhnya.

Benar, Andaru menyuruh Catur untuk menguras danau di belakang padepokan hingga habis, gila kan. Meskipun begitu Catur tetap mengiyakan, menurutnya masalah Rukma adalah akibat dari kelalaiannya saat bertugas. Begitulah Catur, dia akan bertanggung jawab atas semua yang berkaitan dengannya, meski bukan dia penyebabnya.

Turn Back Time Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang