2. Wonderland🍁

3.4K 349 21
                                    

Wonderland : Ateez
______

Putri Rukma tampak mengedipkan matanya, menyesuaikan kadar cahaya yang masuk di retina mata. Setelahnya, pandangannya berkeliling, mengamati segala hal yang ada disekitarnya saat ini.

Rukma berdiri dari tidurnya. Berjalan mengelilingi kamarnya, tangannya terulur untuk menyentuh setiap barang yang ada di ruangan ini.

Tempat ini tidak pantas di sebut kamar, sangat luas untuk ukuran biasanya. Dindingnya masih dari kayu yang di ukir, dengan rak buku mengelilingi dinding bagian Utara. Aroma melati menguar sebagai pengharum ruangan.

"Ndara putri."

Seorang abdi masuk membawa ramuan obat,

"Mbok!" Teriaknya, meskipun tidak yakin diluar sana mbok Ngatiyah berdiri.

Apalagi yang akan dilakukannya, disini dia hanya mengenal mbok Ngatiyah seorang. Lagipula, dia masih ragu untuk mempercayai seorangpun disini.

"Nggih ndara putri!"

Putri Rukma cukup terkejut, benarkah mbok Ngatiyah berdiri didepan pintu sepanjang waktu?

"Wonten dhawuh¹ ndara?"

Putri Rukma tampak bernapas lega, untungnya dia juga bisa berbahasa Jawa. Kalau dia terlempar ke dinasti Joseon bagaimana? Tidakkah lucu nantinya?

"Minum obat ini untuk ku."

Loh, apa salahnya mengantisipasi? Di novel yang dibacanya, mereka biasa memasukkan racun dalam minuman ataupun obat. Rukma mau mencegahnya.

Rukma mengulurkan ramuan obat yang di bawa Arum, abdinya kepada mbok Ngatiyah. Meskipun terkejut dan ragu wanita tua itu tetap meneguknya hingga kandas.

"Kenapa ndara tidak meminumnya?" Tanya Arum.

"Memang dari awal aku tidak pernah meminumnya, buktinya tanpa ramuan itupun aku bisa pulih kan? Bahkan lebih cepat dari biasanya."

Hahaha, cuma alibi. Jangan percaya, batinnya.

Arum hanya menunduk, kemudian berlalu.

Suka-suka ndara saja lah.

"Mbok!" Teriak Rukma didepan wajah mbok Ngatiyah yang melamun.

"Nggih ndara?"

"Jangan melamun mbok, nanti kesambet setan."

Rukma duduk di dipannya sembari menghapalkan wajah-wajah para anggota kerajaan. Dia juga membaca sedikit biografi tentang keluarga kerajaan yang sudah disiapkan mbok Ngatiyah.

"Jangan kan setan, dukunnya saja takut sama saya. Jadi nggak mungkin saya kesambet ndara."

Rukma hanya menggeleng,

"Mbok, dukunnya ya?"

"Halah bisa saja ndara itu," mbok Ngatiyah tersenyum, "tahu dari mana ndara?" Lanjutnya .

Yah, dukun beneran!

"Benar dukun ya mbok?" Tanya Rukma tak percaya.

"Benar ndara, saya seorang dukun. Tapi dukun beranak," mbok Ngatiyah tertawa kencang karena guyonannya sendiri .

HEHEHE

Rukma kembali dengan biografi ditangannya,

"Iswari? Batari? Ibunda Tsu Yen, Prameswari Utari?, Lalu Prabu Kayuwangi."

Rukma mengangguk lagi, membacanya berulang dengan seksama.

"Ndara, kalau mau menyebutkan nama anggota kerajaan harus runtut. Dimulai dari Raja terlebih dahulu." sarannya.

Turn Back Time Where stories live. Discover now