18. From Home 🍁

1.4K 209 6
                                    

From Home : NCT U
______

"Nduk, Rama mu baik-baik saja. Jangan terlalu memikirkannya."

Setelah masuk ke pedesaan di tengah pulau, Rukma disambut dengan para warga yang tengah berpesta rakyat. Dugaannya salah, menurutnya pengasingan di desa Tirtowengi bagaikan penyiksaan ternyata tidak. Para pejabat pemerintahan yang kebanyakan terasingkan karena jebakan Prameswari malah menikmati hidup disini.

Mereka melakukan kegiatan yang tidak mereka lakukan di istana, malah kehidupan disini lebih makmur dan tenteram dibanding Medang sendiri. Saat Rukma datang, ibu suri dan mbok Ngatiyah lah yang menangis histeris. Entah karena haru atau merasa kasihan dengan hidup Rukma saat ini.

Mereka berada di rumah terbesar di desa ini, dimana prabu Kayuwangi dirawat karena sakitnya. Rukma tak henti menangis melihat kondisi Rama nya, Prameswari Utari memang iblis.

"Bagaimana mungkin kalian diperlakukan seperti ini?" Isak Rukma.

"Tidak apa-apa, lagipula kita bahagia di sini dan tidak ada yang perlu di khawatirkan lagi," jawab Ibu suri mengusap punggungnya.

Prabu tengah tertidur, kondisinya memang menyayat hati. Tubuhnya kurus dan seluruh kulitnya mengeluarkan nanah, kecuali wajahnya. Jika prabu tersadar dia selalu menggaruk tubuhnya membuat keadaan kulitnya makin memburuk.

"Kenapa Rama bisa seperti ini? Sebelum aku pergi Rama baik-baik saja."

"Sepertinya ada yang meracuni bak mandi prabu Kayuwangi, ndara," jawab mbok Ngatiyah.

"Siapa yang berani meracuni Rama? Kenapa keamanan istana begitu buruk hingga mereka bisa menyerang Rama?!"

"Sudah nduk, kau juga tahu jawabannya. Lebih baik kita mengikuti pesta rakyat, Rama mu juga butuh istirahat," saran ibu suri.

Rukma bukannya pergi ke jalanan dan mengikuti perayaan tapi malah pergi menuju ke bilik kakaknya, Batari. Menurut ibu suri, Batari baru saja menjanda karena ditinggal suami yang tak lain dibunuh oleh Buana iparnya sendiri.

Melihat Rukma datang, Batari segera menghambur memeluknya. Dia terisak dan bertambah menjerit, pertahanan yang dia bangun mulai runtuh perlahan. Maklum Batari sesedih ini, dia tengah mengandung dan harus kehilangan suaminya.

"Kenapa hidupku seperti ini, Rukma?! Apa salah anakku? Kenapa dia nanti harus lahir tanpa ayah?"

"Sudahlah kak, mungkin ini sudah ditakdirkan seperti ini. Kita harus menjalaninya dengan kuat dan sabar, ada kebahagiaan yang menanti kita di ujung kesedihan ini."

"Anakku, dia bahkan belum tahu seperti apa ayahnya. Dia harus menjadi anak tanpa ayah bahkan sebelum lahir, anakku yang malang."

"Kenapa harus sedih seperti ini? Kau hebat bukan? Jika kau begini bagaimana kau merawat anakmu nanti? Jika kau menangis siapa yang akan menghibur anakmu? Kau harus menggantikan kekosongan sosok ayah di hidupnya, kau harus kuat kak!"

Sebenarnya Rukma juga diliputi gelisah, dirinya saja tidak tahu bagaimana kabar Andaru. Dia juga masih sedih dengan kehilangan Arum, tapi keadaan disini tidak memungkinkannya untuk sedih. Dia harus bertahan untuk keluarganya.

Kira-kira bagaimana nasib Catur ya? Dia tidak salah apapun Rukma yang menyuruhnya pergi, tapi Andaru yang dingin itu mana mau mendengar Catur? Mungkin sekarang Catur harus istirahat ke tabib karena ulah Andaru.

"Kenapa kau sampai disini?"

Akhirnya ada juga yang menanyakan kehadirannya disini.

"Buana menangkap ku."

Turn Back Time Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang