12. Hello Stranger🍁

1.5K 212 3
                                    

Hello Stranger : Stray Kids
_______

Laras memanjangkan langkahnya, dia hanya perlu tidurkan? Tidak harus melakukan hal yang diluar akal sehat. Dia hanya harus menggali fakta yang membuatnya penasaran, memberikan tuak hingga pria itu tak sadarkan diri dan tidur. Benar, ini sangat mudah.

Laras sudah berdiri di depan pintu, tangannya terulur untuk mengetuk pintu di depannya. Namun rencana hanya tinggal rencana, tangannya hanya menggantung di udara tanpa pernah terdengar ketukan. Rasa cemas membuncah di dadanya, takut dan khawatir atau apapun yang bisa menjelaskan kondisinya saat ini.

Sudah ketiga kalinya Laras berbalik menjauhi pintu dan kembali lagi untuk berdiri di depan pintu.

"Terserah, biar saja aku di sini beberapa Minggu lagi daripada harus mengahadapi pria sepertinya."

Laras berbalik namun kepalanya membentur dada bidang seseorang. Dia mengaduh tapi tak berani mendongak, pakaian pria ini mirip milik dengan pria bercadar tadi. Laras hanya menutup mata dan ingin melangkah pergi.

"Pria sepertinya? Siapa yang kau maksud? Itu pujian atau hinaan?"

Laras tak bisa mengelak, rontok nanti harga dirinya jika dia pergi dengan menunduk malu. Dia Laras, penari paling ayu yang dimiliki Sekar mas.

Gadis itu sedikit menaikkan dagunya, dan pundak pria ini yang dilihatnya. Dia mendongak lagi untuk menatap mata pria itu.

"Sepertinya kau sedang dalam masalah, tuan?"

Laras memberanikan diri berbicara, dicoba saja dulu.

"Apa pentingnya untuk mu?"

"Ya itu penting, laki-laki normal tidak biasanya menolak wanita secantik Nawang," Laras tersenyum, "Hanya ada dua alasan mengenai itu, entah kau tidak suka wanita atau kau sudah punya wanita. "

Pria itu masih terdiam memandang Laras dengan tatapan enggan. Pria itu mengerutkan dahinya, pasti yang dimaksud adalah gundik yang tadi menggodanya kan?

"Kurasa bukan keduanya, kenapa sulit sekali membaca dirimu? "

"Jangan di baca kalau sulit, cukup amati saja dan kau akan tahu."

Pria itu melewati Laras untuk menuju ke biliknya, saat akan menutup pintu Laras turut masuk ke dalam. Dia membiarkannya, nanti kalau sudah lelah pasti dia akan pergi dengan sendirinya.

"Wah! Aku kebetulan suka pria yang tidak normal."

Pria itu duduk di kursi anyaman rotan dan menuang tuak ke dalam gelas bambu. Diminumnya dalam sekali teguk.

Laras menduduki kursi dihadapannya, ditatapnya pria itu tepat di manik matanya. Dilihat seperti ini Laras jadi berimajinasi tentang bagaimana bentuk wajahnya. Dan yang hadir hanyalah wajah tampan, tapi tidak mungkin pria tampan mau menutupi wajahnya. Bukankah aneh sekali?

"Tuan ini punya uang tidak?"

Pria itu menaruh tuaknya di meja, matanya mulai sayu padahal belun sekendi tuak yang diminumnya. Rupanya pria ini tidak begitu tahan dengan tuak.

"Kau mengejekku?" Suaranya mulai serak, "Bahkan aku bisa membeli tempat ini hanya dengan mengangkat jari ku!"

Laras mengibaskan tangannya di depan hidung, mulutnya bau sekali.

"Seberapa kaya tuan? Apakah kau menteri di Lokapala?"

"Kenapa kau ingin tahu sekali?"

Laras menuang tuak lagi, "Hanya memastikan, jika aku benar memilih tuan. Bagaimana jika kau hanya gelandangan?! "

"Aku adalah pangeran Lokapala!"

Laras sedikit terkejut bukan salah lagi, tetapi dia akan mati jika dia berbuat kesalahan dalam bicara, tapi cepat dia hilangkan raut itu dari wajahnya. Mungkin dia berbohong.

"Aku tidak mudah ditipu tuan!"

Pria itu membuka cadarnya, membuat Laras membatu di tempat. Pria ini luar biasa tampan. Entah benar dia pangeran Lokapala atau bukan yang penting dia tampan dan punya kekuasaan. Dia adalah Arang Geni, pemimpinnya pula. Dia akan sangat membantu Laras keluar dari sini.

"Siapa nama tuan?"

"Panggil aku Sena! Aku Adisena!"

Laras tahu jika dia akan berdosa karena memanfaatkan pria yang mabuk ini, tapi dia tak punya pilihan lain. Dia harus keluar dari sini secepatnya. Laras mengulurkan kendi tuak kepada Adisena. Dia meneguknya dengan rakus.

"Kenapa tuan, maksudku pangeran menjadi punggawa bayaran? Padahal pangeran merupakan Raden di kerajaan besar."

"Menurutmu kenapa?" Tubuh Adisena mulai lunglai, dia menyandarkan kepalanya di paha Laras.

"Aku punya tujuan yang tidak bisa ku capai hanya dengan menjadi pangeran Lokapala, aku hanya bisa mencapainya jika orang lain tidak tahu siapa aku sebenarnya."

Adisena menutup matanya, kesadaran mulai hilang perlahan. Dia mulai tertidur.

"Cinta, aku tidak bisa menemukannya bahkan sampai detik ini."

Laras mengangguk, "Jadi itu tujuanmu?"

"Bukan!" Sahutnya lemah, "Aku harus melindungi orang yang ku cintai sebelum terlambat. Aku tidak bisa melindungi mereka hanya dengan duduk di singgasana."

"Ada pepatah yang mengatakan jangan pernah jatuh cinta, karena jika kau jatuh sekali kau tidak akan bisa bangkit. Kau akan mulai melakukan apapun yang bahkan di luar batas kendalimu. "

"Siapa yang mengatakannya?"

"Aku juga hanya mendengarnya," Laras menggeleng.

"Kau tahu? Jika tidak akan ku beri tahu."

"Apa? Kau belum memberitahu ku bagaimana aku bisa tahu!"

Laras mengusap pangkal hidungnya, bahkan orang sepertinya pun akan bodoh jika mabuk.

"Kita tidak bisa memilih pada siapa kita jatuh cinta, pada siapa kita akan bahagia. Semua itu hanyalah permainan takdir."

"Begini Raden, memang benar kita tidak bisa memilih, tapi sebelum jatuh cinta itu dipikir dulu kita bisa memilikinya atau tidak? "

Adisena bangkit duduk dan sedikit membuka matanya, tampak kesal dengan jawaban Laras.

"Bagaimana bisa berpikir jika cinta itu datangnya dari sini?" ucapnya seraya menyentuh dada kiri.

"Coba cari satu pria yang baik, cintai dia dengan tulus lalu kau akan menemukan jawabannya sendiri," lanjutnya.

******

Siapa yang udah nebak dari awal kalau Arang Geni ini miliknya Adisena? Menurut kalian Adisena bakal berakhir baik atau jahat?

Telah melalui tahap revisi pada
31/10/2020

Turn Back Time Where stories live. Discover now