24. Found You🍁

1.2K 184 22
                                    

Without Me : Halsey
______

Mata pedang mengayun bersamaan dengan suara iris nyaring dan bau anyir darah. Gemeletuk tulang dan jeritan menjadi lagu latar belakang, langit yang kelam menjadi tambah suram. Perlahan rintik gerimis mulai menetes, membasahi tubuh dengan darah mengalir.

Saat hujan mulai deras menghajar mulai terbentuk genangan air berwarna merah. Mereka yang masih bertahan sekuat tenaga untuk berdiri, meski rasa haus terasa mengoyak kerongkongan.

Waktu mulai bergulir, malam akan segera tiba dan bala bantuan akan segera datang. Mata Andaru mengedar mengamati keadaan sekelilingnya, dia harus bergegas. Sebelum semuanya terlambat dan perpisahannya dengan Rukma hanya akan menjadi sia-sia.

"Dimana pasukan mu!" Teriak Andaru, guyuran hujan membuatnya mengusap wajah beberapa kali.

"Mereka sudah berada di sini, tinggal menunggu perintahku untuk bergerak."

Adisena mencengkeram busurnya erat, ketika seseorang berusaha menghunus Andaru dari belakang dilesatkannya panah itu tepat di paha. Pria itu jatuh berlutut kesakitan membuat Andaru membalik badan, segera disabetkan pedang berdarah itu ke lehernya.

Slusshhh!

Kepala tanpa leher jatuh menggelinding tepat dibawah kaki Andaru, bahkan matanya masih terbuka lebar. Pedang Andaru telah mengambil ribuan nyawa, meskipun itu semua di medan perang. Segelintir perasaan was-was merambati perasaannya, dia selalu mengambil suatu keputusan dengan emosi. Bagaimana jika ia menjadi raja nanti? Apakah dia akan menjadi tiran seperti yang ia khawatirkan?

"Aku belum bisa menemukan Prabu Danaraja."

Adisena mendekat, Mereka saling membelakangi dengan punggung menempel. Beberapa prajurit musuh mengelilingi mereka dan membuat kedua kakak beradik itu harus waspada untuk bertahan.

"Sudah kau cari di ruang rahasianya?" Andaru mulai menyerang.

"Sudah, bahkan di pakunjaran juga tidak ada."

"Kau sudah memblokir semua pintu keluar istana bukan?"

"Aku tidak memblokirnya, tapi punggawa Arang Geni berjaga mengelilingi istana."

"Mustahil untuk melewati mereka," lanjut Adisena.

"Masih ada satu tempat yang belum kau periksa."

"Dimana?"

"Ada jalan bawah tanah yang menuju langsung ke hutan." Andaru menyerang membabi buta."Kau tetap disini, untuk masalah itu serahkan padaku,"lanjutnya.

"Kenapa?" Adisena mengernyit.

"Calon raja Lokapala harus tetap berada di dalam istana."

***

"Koe Ra isoh mlayu saka kasalahan, aji ning diri ana ing lathi." Dewandaru menaruh pedangnya di pundak, berjalan dengan tatapan congkak.

Didepannya rombongan ayahnya dan para pengikutnya terlihat ketakutan. Prabu Danaraja mencengkeram erat tangan selir Anggit, wajahnya terlihat pucat bak mayat hidup.

"Kau mau membunuh ayah kandung mu sendiri?!" Teriaknya.

"Kenapa Rama? Apakah tidak boleh?" Dewandaru tersenyum mengejek.

"Lepaskan tanganku!"

Anggit melepas tangan prabu Danaraja saat melihat bayangan Andaru mendekat. Di dalam terowongan dengan cahaya obor pas-pasan dan hawa dingin menyeruak, Anggit menangis tersedu. Dia menjerit histeris memohon pengampunan Andaru.

"Kau tahu, cinta ku hanya untuk mu seorang. Andaru, percayalah!" Rengek Anggit.

"Wah! Diamlah kau gundik sialan!" Teriak Dewandaru takjub, melihat wajah Andaru yang tanpa ekspresi membuatnya kesulitan menebak. Jangan katakan hatinya akan goyah untuk Anggit?

"Andaru! Beri aku satu kali kesempatan, kita perbaiki semua. Aku akan berubah dan berjanji akan mengulang semuanya dari awal, tapi denganmu ya?"

"Diam setan sialan!" Dewandaru tak habis pikir, kebisuan Andaru tidak berarti dia goyah kan?

"Kau tidak percaya pada ku?" Mata Anggit merah berair, tangannya mengelus dadanya sendiri, "perlu ku buktikan sekarang?"

"Tutup mulutmu, Gundik sialan!" Geram Dewandaru mulai mengeratkan pedangnya.

Saat Dewandaru akan mengayunkan pedangnya, suara jeritan lain terdengar. Itu suara prabu Danaraja, Rama nya yang tengah berguling di tanah kesakitan. Anggit menyimpan sebilah pisau dibalik selendang dan menusukkannya di perut kiri prabu Danaraja.

Darah terus mengucur saat Anggit menarik kembali pisaunya, lolongan kesakitan terus keluar dari mulut ayahnya. Anggit mendekati Andaru setelah menjatuhkan pisaunya.

"Sekarang kau percaya padaku? Aku hanya mencintai mu seorang, aku sudah membantu membunuh musuhmu."

"Jangan percaya ucapannya kak! Ingat Rukma yang masih menunggu mu!"

"Rukma? Dia hanya pelampiasan bukan? Kau masih menyimpan ku dihati mu kan? Benar, wanita sialan itu hanya sesaat untukmu!"

Tanpa kata tanpa perantara, pedang yang selama ini digenggam dengan kasar oleh Andaru membabat habis Anggit. Darah kembali bercucuran, para pengikut mereka hanya mampu menutup mulut ketakutan. Mereka berusaha melarikan diri tapi terlambat, panah menghujam tubuh mereka satu per satu.

"Bahkan mulut kotormu tidak pantas menyebut nama Rukma!"

***

"Bagaimana Andaru?" Tanya Rukma dengan mata berkaca-kaca.

"Aku tidak tahu," Daniswara menggeleng lemah.

"Sebelum kau kesini apa yang dia katakan?"

"Aku tidak tahu." Daniswara menggeleng lagi.

Jemari Rukma menggenggam erat dengan gemetaran. Susah payah dia memendam air mata yang terus mendesak keluar.

"Bagaimana keadaan sekarang? Kau sudah mendapatkan kabar?" Tanya Rukma, kali ini bukan untuk Daniswara melainkan Jagad.

"Belum, tenanglah. Sebentar lagi kita sampai."

Kereta kencana yang membawa Rukma dipacu lebih cepat, Daniswara juga khawatit tapi melihat wajah Rukma yang pucat membuatnya sangat-sangat ketakutan. Diusapnya lengan Rukma untuk menguatkannya, dari bibir Rukma yang bergetar sudah membuktikan betapa takutnya dia jika terjadi sesuatu pada Andaru.

"Dia adalah ksatria terbaik, jangan khawatirkan dia."

"Lututmu juga bergetar dan tanganmu berkeringat, lebih baik kau pikirkan dirimu sendiri agar tidak takut."

Daniswara terkekeh, benar. Dia sedang ngewel sekarang.

"Bagaimana menurutmu, Jagad. Apa dia akan baik-baik saja?" Tanyanya penuh harap.

"Kau telah menikahi pria terbaik di negara ini, jangan pernah meragukan kemampuannya. Apapun keadaanya, dia akan baik-baik saja jika kau juga baik-baik saja."

Rukma mengangguk, diteguknya kendi air dengan rakus. Dia harus tenang agar Andaru juga bisa memenangkan pertarungan ini.

*****
Ngewel = gemetar yang hebat

Hallo guys, I'm kambek with dis story
Tahan lagi ya, janji bab 25 Rukma - Andaru meet, suwer ✌🏿

Aku mau menyampaikan sedikit pengumuman

Pertama, mungkin dalam waktu beberapa Minggu ini PYM nggak akan apdet dulu, coz penulisnya muk belajar utbk dulu. Mungkin ya, cuma kemungkinan. Jadi kalau aku sempet, bakal apdet nih cerita.

Kedua, aku minta doanya dari semua reader yang aku sayangi. Mohon doanya moga aku bisa masuk PTN favorit ku lewat sbm ini ya. Doakan penulis yang jarang apdet ini jadi maba 2020. Aamiin

Selamat membaca para readers yang Budiman ❤️

Turn Back Time Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora