11. Psycho🍁

1.7K 199 1
                                    


Psycho : Red Velvet
________

Sudah puluhan bahkan ratusan punggawa Lokapala telah dikerahkan hanya untuk mencari Raden Andaru, namun sampai detik ini hanya angin yang diterimanya.

"Kemarin ada kabar bahwa mereka masuk ke hutan di perbatasan kerajaan Medang."

Dewandaru berkata dengan kaki menyilang, salah satu tangannya ada di samping tubuh menjadi penopangnya, satunya lagi membawa buku tebal. Dia sedang membaca.

"Tidak ada jaminan mengenai kebenaran itu,  kita tidak boleh percaya pada kabar yang dibawa oleh orang lain. Kita harus memastikannya sendiri," ucap Adisena yang masih setia memainkan pedangnya.

"Berhentilah berlatih pedang! Memangnya kau akan berperang?"

Adisena tak mengindahkan teriakan Dewandaru, inilah cara menghilangkan penatnya.

"Kau mencemaskan Putri Rukma ya?"

Tepat setelah pertanyaan itu meluncur, perhatian Adisena hilang. Pedang Antasena menjatuhkan milik Adisena.

"Apa maksudmu? Tentu saja aku mensemaskan Andaru."

Antasena tersenyum kecut, putra mahkota ini tidak pintar berbohong sama sekali. Dia juga tahu bagaimana perasaan Adisena hanya dengan melihat bagaimana Adisena memandang Rukma.

Antasena mengambil pedang Adisena, menyerahkannya kepada empunya, "Kau tidak pandai berbohong," bisiknya.

"Ya! Kemari kau! Apa yang kau katakan?! Hah? Ulangi lagi."

Setelahnya Antasena lari terbirit-birit dengan Adisena yang mengejarnya dengan wajah memerah.

"Kau mencemaskan kakak ipar ku! Kau mencemaskan putri Rukma!"

Antasena masih berlarian dengan senyum tersungging di wajahnya.

"Sialan! Berhenti, Antasena!"

"Kau akan membunuhku kan? Tenang saja aku tidak akan bilang ke siapapun kalau kau menyukai Putri Rukma!" Teriak Antasena lantang.

Sekarang Adisena telah membulatkan tekad bahwa dia seharusnya merobek mulut Antasena sebelum dia terus berbuat kerusuhan.

Sementara mereka masih berlarian bak anak kecil, Dewandaru mengerutkan alis saat membaca suatu kalimat di dalam buku.

"Perjalanan waktu?" Matanya menyipit, "apakah mungkin ini bisa  terjadi?"

Daniswara yang sejak tadi berbaring disampingnya menggerakkan tangan dan kaki, rupanya dia baru saja bangun dari tidur singkatnya.

"Apa yang kau katakan? Jangan percaya pada buku itu, resi yang membuatnya sekarang di hukum di pakunjaran karena tidak waras."

Daniswara masih mengumpulkan sisa-sisa kesadarannya, setelah duduk dia kembali meregangkan seluruh tubuhnya.

"Tidak waras?"

Ada yang mengganjal, jika benar resi itu tidak waras kenapa tulisannya bisa masuk akal seperti ini? Dia mencocokkan semua rangkaian yang bisa membuat Dewandaru percaya.

"Dia bilang bahwa dirinya berasal dari masa depan. Dia juga bilang telah meninggalkan cucunya di suatu tempat, apa ya? Sulit untuk disebutkan. Iya! Mobil! Aku mendengarnya dengan jelas bahwa dia mengatakan mobil, apakah itu semacam rumah ya? Aku tidak begitu paham."

Mereka diam, bukan untuk berpikir melainkan tertawa menyaksikan Adisena yang masih mengejar Antasena. Mereka bahkan bisa melihat bayangan masa kecil mereka saat ini. Disaat semua masih baik-baik saja, mereka hanya memikirkan cara untuk lepas dari pelajaran memanah dan berusaha bermain sendiri.

Turn Back Time Where stories live. Discover now