9. Cry For Me🍁

1.9K 267 15
                                    

Cry For Me : Twice
________

Kerjaan Rukma sedari pagi hanya tersenyum menampakkan deretan putih giginya sesekali pipinya merona merah. Celingukan melihat ke kanan dan ke kiri, takut ada yang memperhatikan dikira sakit jiwa nantinya.

Kedua tangannya merentangkan baju hasil jahitannya sendiri, entahlah dia juga tidak tahu mengapa ingin rasanya membuat baju bayi. Lucu, pikirnya.

"Bagus."

Rukma berjenggit kaget saat suara itu menusuk gendang kanan telinganya, Arum duduk bersimpuh disampingnya dengan tatapan ingin tahu.

"Arum!" Geramnya setelah melihat kekehan geli dari abdinya satu ini.

"Biasanya percobaan pertama belum langsung manjur."

Rukma mengernyit mendengar Arum, haha. Tahu apa gadis ini tentang begituan?

Perempuan ayu itu melipat pakaian tersebut dan tidak menghiraukan Arum yang menekuk wajahnya. Kalau dipikir-pikir apa tindakannya semalam benar? Mengingat Andaru bahkan belum menampakkan batang hidungnya hingga petang ini.

Gadis itu menghembuskan napasnya lelah, memikirkan hal itu kembali membuatnya ngelu. Sedikit angin sore mungkin akan membantunya menyingkirkan Andaru yang terus bercokol di kepalanya. Namun, tindakannya untuk berdiri di jendela bilik ternyata salah. Ada adegan yang seharusnya dia tidak tahu saja.

Sebenarnya cemburu itu tidak, namun rasa kecewa itu bersarang di sudut hatinya. Menyerahkan harta satu-satunya yang sangat dijaga hanya untuk seorang pria yang kini tengah tertawa bahagia dengan sang ibu tiri? Haha, salahkan kecerobohannya.

Semakin dilihat semakin nyeri itu terasa, pernahkah pria itu bahkan berpikir kalau sampai sekarang saja dia masih kesusahan untuk berjalan?

Dan lihat, lihat tangan pria yang memeluknya sangat erat tadi pagi itu tengah menuntun selir Anggit berjalan.

Wajah Rukma memerah, menutup jendela dengan keras hingga pintu jendela yang seharusnya tertutup menjadi terbuka lebar karena bantingannya itu. Dia ingin pulang, menumpahkan segala tangisnya kepada sang ibu. Setidaknya hanya ibunya lah yang tidak akan menyakitinya.

Kenapa rasa itu hadir? Sedikit rasa nyaman telah meruntuhkan benteng yang dibangunnya dengan ego.
Pergerakan di ranjang sampingnya membuat Rukma memberenggut kesal, tahu pulang juga lelaki ini. Mencoba mengabaikannya dengan tidur.

Tubuhnya menegang saat sebuah tangan memeluknya erat, kepala pria itu bahkan bersarang di pundak Rukma.

"Biarkan kali ini saja. Setidaknya jangan berpaling saat seluruh dunia bahkan memunggungi ku." ucap Andaru saat Rukma hendak bergerak menjauh.

Suara Andaru bergetar, bahkan Rukma ragu pria sedingin itu mengatakannya. Semakin erat pelukan Andaru, membuat Rukma berpikir yang iya-iya saja.

Namun kewarasan kembali mengambil alih kesadarannya, ingat. Pria ini yang tadi tertawa bersama mantan kekasih oh, atau bahkan masih kekasih.

"Aku memang putra pertama, tapi mereka memperlakukanku seakan aku bahkan tidak berhak untuk lahir. Mereka memperlakukan ibuku seakan ibuku lah penjahat satu-satunya di dunia ini. Seakan belum cukup, orang yang aku sangat percayai bahkan dengan mudahnya menutup mata dan menikahi orang yang sangat aku cintai. Seolah seluruh dunia dengan bangganya menghina diriku."

Rukma tidak tahu harus berbuat apa selain diam dan mendengarkan cerita Andaru, dia bahkan tidak tahu kalau malam ini Andaru akan terbuka dengannya.

"Aku mohon, tetaplah berdiri di sampingku saat seluruh dunia melemparkan tombak ke arahku."
Rukma membalikan tubuhnya, menatap Andaru. Entah kenapa Andaru terlihat rapuh? Saat ini. Mungkin itu lebih ke tatapan terluka.

Turn Back Time Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon