5. Reveal🍁

2.1K 304 11
                                    

Reveal : The Boyz
_________

Adisena mengendap-endap diantara rimbunan pohon, kedua tangannya berpegang pada sebuah batang kokoh. Kepalanya terjulur untuk mengamati pintu bilik yang sedikit terbuka. Matanya terus fokus mengamati kegiatan di bilik tersebut.

Dirinya menghela napas kala banyak semut yang mengerubungi tangannya, pria itu bahkan mencak-mencak saat semut itu malah menggigitnya. Saat itu dia tersadar, apa yang dilakukannya? Dia sedang apa sampai rela melakukan ini? Demi seorang gadis?!

Merasa hal yang dilakukannya sia-sia dia segera memutar tubuhnya, melangkahkan kaki pergi dari tempat itu. Sepanjang jalan dirinya hanya berdumel tidak jelas, bahkan saat Adisena sudah terbaring di peraduannya dia masih menggerutu. Dia? Adisena? Mengintip seorang gadis? HAHAHA, tidak mungkin!

"Raden, apakah ada yang salah?" Tanya Catur, pengawal setianya

"Apa maksudmu?!" Sentak Adisena

"Ampun Raden, tadi Raden berteriak."

Adisena mengedipkan matanya beberapa kali, dia duduk di atas dipan. "Aku berteriak?"

"Nggih, Raden."

Adisena bersidekap, "Hahah, tidak mungkin. Bagaimana aku berteriak?"

Catur meregangkan ototnya yang membuat Adisena tersenyum geli.

"Begini Raden," Catur menarik napasnya dalam, "Aku? Adisena? Mengintip seorang--"

"Berhenti!" Potong Adisena cepat. Terkadang dia bertanya kenapa susah sekali mengontrol bibirnya itu.

Sialan, dia menahan malu. Segera mungkin di mengusir pengawal sok tahunya agar pergi dari biliknya.

"Seharusnya aku mengusirnya dari dulu."

Sementara sang Candra mulai bersinar, angin malam berhembus mengirimkan hawa dingin yang menusuk tulang. Di tempat lain dengan waktu yang sama.

Rombongan masih terus berjalan, menghiraukan bulu kuduk yang berdiri karena dingin. Setelah pasukan Birawa terpecah, ada yang pulang kembali ke istana Lokapala dan ada yang mendampingi ketiga pangeran untuk mengikuti sayembara di kerajaan Medang.

Daniswara terus merengek meminta kakak sulungnya untuk istirahat sebentar, dia terus mengeluh kedinginan. Inilah mengapa Andaru lebih senang bepergian sendirian, dia hanya perlu mengurus dirinya sendiri. Tidak ada yang menghambat perjalanan.

"Sabarlah sebentar, kita akan sampai sebelum baskara naik," ucap Antasena .

Namun, Daniswara masih terus merengek meminta rehat sejenak. Andaru memandang Daniswara dengan tatapan tajam, tapi melihat wajahnya yang pucat dia tak sampai hati. Sebeku apapun dirinya, Andaru masih seorang kakak bukan?

"Kita menepi dulu, mari lanjutkan perjalanan setelah matahari terbit."

Daniswara mengangguk, rasanya punggungnya hampir patah duduk diatas kuda seharian. Sebenarnya mereka hanya berempat, ditemani Jagad, sang jendral Birawa.

Andaru mengikat kuda sementara Antasena mencari kayu bakar untuk menghangatkan tubuh. Jagad mencari dedaunan untuk mereka gunakan sebagai alas tidur malam ini. Hawa dingin mulai menyelimuti, mereka memilih telat yang dekat dengan sungai.

"Cepatlah! Rasanya seluruh tulang ku membeku," ucap Daniswara dengan suara bergetar.

"Gunakan ini."

Andaru menyerahkan kain yang dibawanya, dia merasa bersalah membuat Daniswara dalam keadaan seperti ini. Seandainya mereka sampai di Medang sebelum gelap, tapi semuanya hanyalah sebuah pengandaian.

Turn Back Time Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang