30. A Thousand Years🍁

2K 192 36
                                    

Sebelum baca part ini, aku mau mengucapkan banyak terima kasih untuk kalian, para pembaca PYM yang selalu mendukung aku. Banyak kekurangan dari cerita ini, tapi kalian tetap baca. Aku seneng banget, ini karya fiksi sejarah pertama ku dan respon kalian luar biasa. I love u guys ❤️ tencu somac 😽😭

Karena ini part terakhir, vote dan ramaikan kolom komentar berisi kesan pesan kalian selama baca cerita ini. Happy reading 🤗

With Love, penamimosa

(Seneng banget liat dia pake headband gini)

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

(Seneng banget liat dia pake headband gini)

*****

Rukma memandang sinis mbok Ngatiyah yang berdiri di ujung ranjang. Sedangkan mbok Ngatiyah mengalihkan pandangan ke segala arah, asal tidak menatap mata Rukma.

Setelah tabib pergi, Rukma berdiri di hadapan mbok Ngatiyah dengan tangan bertengger di pinggang.

Kalau bukan karena mbok Ngatiyah yang mengira Rukma hamil dan pergi memangil tabib, dia tidak akan terlalu berharap sampai seperti ini.

Kata-kata yang sudah di ujung lidah kembali tertelan saat Andaru berjalan dari luar bilik dengan tergesa-gesa, ini pasti ulah mbok Ngatiyah.

Sedangkan yang ditatap sinis hanya menunduk sambil tersenyum kikuk, kemudian melangkah pergi saat Andaru memasuki bilik.

"Apa kata tabib? Benar kau hamil?"

Andaru tersenyum sumringah, di wajahnya terpancar raut tidak percaya. Rukma menghela napas resah, dia tidak tega mengatakan yang sebenarnya jika sudah seperti ini keadaannya.

"Kau, tahu darimana?"

Pertanyaan bodoh, pasti mbok Ngatiyah yang sudah bercerita kesana kemari tentang dugaannya itu. Rukma berjanji akan memberikan hukuman untuk mbok Ngatiyah, lihat saja nanti.

"Mbok Ngatiyah yang bercerita, jadi apakah benar?"

Ya Tuhan, senyum Andaru bahkan belum pudar. Rukma membayangkan senyum itu luntur saat mendengar kebenarannya.

Rukma hanya mampu menggeleng lemah, dia berusaha tersenyum untuk Andaru.

Nah, benarkan. Wajah Andaru langsung kecut setelahnya. Rukma jadi merasa sangat bersalah.

"Heuhh"

Andaru mendudukkan dirinya di ranjang dengan raut lelah, tangannya menarik pergelangan Rukma untuk turut duduk di sampingnya.

"Maaf."

Rukma mendongak untuk menatap wajah sedih Andaru, kenapa dia yang minta maaf? Ini bukan salah Andaru

"Hey, tidak apa-apa. Ini bukan salah siapa pun, aku akan hamil jika saatnya hamil," Rukma menyentuh wajah Andaru.

"Kenapa jika kita sangat menginginkan sesuatu tapi hal itu tak kunjung kita dapatkan?"

Turn Back Time Where stories live. Discover now