8. Blood, Sweat and Tears🍁

1.8K 267 5
                                    

Blood, Sweat and Tears : BTS
_______

Rukma masih ingat dengan jelas bagaimana raut tegang Andaru, saat mereka berkunjung ke paviliun prabu Danaraja. Kebetulan disaat yang sama selir Anggit juga ada disana tatapan mereka terasa berbeda, bukan seperti ibu dan anak kebanyakan.

"Bagaimana keadaanmu putri? Apakah kau bisa menyesuaikan diri di istana sederhanaku ini?"

Prabu Danaraja menyeruput tehnya, disampingnya duduk pula Selir Anggit yang sejak awal mencuri pandang ke Andaru. Sadarkah dia disampingnya itu adalah suaminya sendiri? Dan sadarkah ia bahwa di samping Andaru ada istrinya?

"Iya, Prabu. Istana ini cukup makmur untuk ukuran sederhana,"

"Hahahaha, kau bisa saja. Jika ada yang kau butuhkan minta saja pada ku." Prabu Danaraja tergelak, kemudian di sahut Rukma yang tertawa sungkan.

Sedangkan kedua pasangan lama ini masih saling memandang, sepertinya ada banyak kesalahpahaman yang terjadi. Sesekali selir Anggit akan bertanya, dan sebelum Rukma menanggapi Andaru sudah menjawab terlebih dahulu. Padahal sejak tadi prabu bertanya pun tak dijawab olehnya.

Melihat perut bunci selir Anggit yang usianya hanya selisih dua tahun diatasnya membuat Rukma bertanya, apakah Andaru benar-benar bermain api dengan ibu tirinya?

"Jangan berpikir yang bahkan tidak ada hubungannya denganmu."

Itulah ucapan Andaru saat mereka telah sampai di bilik mereka sendiri. Tingkah laku kedua orang itu membuat Rukma semakin curiga, tidak mungkin jika mereka hanya sekedar teman.

Hal itu terbukti ketika dengan tidak sengaja nya Rukma memergoki keduanya duduk di ditaman. Kalau sore hari mungkin bisa Rukma pahami, lah ini mereka berduaan di taman malam hari! Tidak ada orang lain di tempat itu selain mereka.

"Jagad meminta ku datang untuk membahas strategi perang," jawabnya kala ditanya Rukma di pagi hari
Rupa-rupanya, pria ini tidak pandai berbohong, batinnya.

"Tidak mungkin pengawal seperti Jagad berani memanggilmu. Lagipula strategi apa yang membahas tentang berpegangan tangan?" Sengit Rukma
Hei! Dia sekarang seorang istri! Walaupun dia tidak meminta Andaru untuk mencintainya setidaknya biarkan orang lain tahu kalau mereka adalah pasangan yang harmonis.

Keluarganya di Medang akan sedih jika mengetahui suami putrinya berselingkuh dengan ibu tirinya sendiri. Apa kata dunia nanti? Rukma tidak akan membiarkan harga dirinya ternoda oleh siapapun.

Apa yang sedang mereka perjuangkan tidak lah benar, sekarang mereka sudah memiliki jalan hidup masing-masing. Tidak berpikirlah Andaru perut buncit selir Anggit adalah adiknya sendiri? Kenapa mereka berpikiran sempit sekali?

Namun, seperti hari sebelumnya. Andaru hanya menatapnya dalam sebelum pergi entah kemana. Selalu begitu, menghindar saat ada pembicaraan penting. Andaru sangat menyebalkan, apapun tentang dirinya kecuali wajahnya. Seandainya dia bisa menolak lamaran itu mungkin semuanya akan baik-baik saja, seandainya dia bisa memilih tapi sayangnya tidak. Sedari awal Rukma bahkan sudah tidak punya pilihan.

Tak berselang lama, seorang Kasim di luar memberitahu bahwa selir Dayu, ibu kandung Andaru datang untuk berkunjung.

"Bagaimana kabarmu, putri Rukma," kata yang keluar dari selir Dayu setelah keduanya duduk.

"Baik ibu, apakah gerangan hingga ibu sudi datang kemari?"
Rukma meringis dalam hati niatnya ingin berbicara dengan sopan, tapi malah belibet seperti itu.

Selir Dayu tersenyum, "Aku tahu kamu belum sepenuhnya menjadi seorang istri."

Rukma berusaha menelan ludah yang hampir membuatnya tersedak, maksudnya 'itu'?

"Malam ini adalah waktu yang tepat, besok aku akan datang lagi. Aku harap kamu mampu melaksanakan tugas pertama mu sebagai menantu Lokapala," ucap selir Dayu halus, namun penuh dengan keharusan.

"Jika aku bisa memberimu nasihat, coba ajak dia berbicara. Dia memang anak yang keras kepala dan jarang menggunakan bibirnya untuk bicara. Dia akan memilih diam jika apa yang dikatakannya tidak berarti."

Rukma mengangguk, "Pada awalnya dia banyak bicara, ibu. Tapi akhir-akhir ini dia selalu pergi dengan diam entah kemana," curhatnya.

Selir Dayu mengelus bahunya, "Sabarlah sebentar. Dia hanya perlu waktu, juga jangan percaya rumor yang beredar di istana. Akulah yang tahu anak ku itu seperti apa, dia tidak akan menyakiti ibunya hanya demi wanita itu."

"Tapi, apakah mereka pernah berhubungan sebelumnya?"

"Memang benar, tapi itu sudah lama sekali. Semuanya juga hancur karena ketamakan wanita gila itu. Aku bersyukur Andaru tidak berakhir ditangannya."

Selir Dayu tersenyum, layaknya seorang ibu yang berterimakasih padanya karena telah menerima Andaru.

"Jangan lupa yang aku katakan tadi, lakukan segera mungkin."

Bukan pertama kalinya selir Dayu meminta Rukma melakukannya, kalau dihitung mungkin ini sudah ketiga kalinya dia mendengar ini dari ibu Andaru.

Setelah perbincangan yang lumayan membuatnya risi sekaligus lebih membuka pikirannya, malam akhirnya datang. Menagih janji yang telah dibuatnya dengan selir Dayu.

Sedang dirinya dirundung cemas, pria dingin itu tengah duduk dibawah jendela. Padahal dingin tengah melilit kulit, bagaimana dia tahan diterpa angin malam? Bahkan tanpa berkutik sedikitpun.

"Kenapa? Apa ibu membicarakan sesuatu yang buruk?"

Andaru akhirnya bertanya, walaupun dengan mata tertutup dan tanpa menoleh kearahnya.

"Iya! Sangat buruk!"
Rukma berjalan dan duduk di hadapan Andaru, membuat Andaru terlonjak karena wajahnya yang pucat.

"Apa?"

"Itu, katanya, anu," Rukma meremas telapak tangannya, rasanya seperti ketahuan mencuri,
"Ibumemintakitamelakukanitumalamini."

Andaru membuka mulutnya takjub, wanita ini benar-benar warbyasah! Bagaimana bicara secepat itu dalam satu tarikan napas?

"Kau ini bicara apa? Katakan sekali lagi."

Rukma mengerucutkan bibirnya, masa dia yang ngomong? Dia kan gengsi.

Akhirnya Rukma hanya menghentakkan kakinya kemudian naik ke tempat tidur dan menarik kain selimut untuk menutupi wajahnya. Memang Andaru tidak peka sama sekali.

Gadis itu merapatkan selimutnya kala sisi ranjangnya bergerak, mencoba abai dengan pria dingin ini.

Setidaknya kalau hati dan sikapnya dingin, bisa lebih peka sedikit kan? Kenapa bisa ada manusia seperti Andaru di bumi ini? Memang benar Tuhan adil, boleh saja dia tampan tapi semua tentang dirinya adalah kosong belaka. Kalaupun-

"Mari lakukan."

Rukma membuka matanya, "Apa maksudmu?" Menghentikan sesi keluhannya di dalam hati.

Andaru menarik Rukma untuk menghadapnya, keduanya saling beradu pandang.

"Ibu tidak akan berhenti menggangu sebelum kita melakukannya, setiap hari selalu menanyakan hal yang sama padaku," mungkin, ini kalimat terpanjang yang pernah dia dengar dari seorang seperti Andaru.

Mereka bertukar pandang, dan kemudian alur yang membawanya pada pagi yang berbeda. Situasi yang berbeda dengan perasaan yang mulai menghangat. Dibawah sinar bulan yang temaram dan dinginnya semilir angin. Bau minyak dari obor penerang ruangan juga suara desiran jangkrik malam. Mereka menjadi saksi bisu heningnya malam ini.

Walaupun ada keraguan Rukma di setiap langkahnya, bagaimana nasibnya nanti? Apakah masih ada selir Anggit diantara mereka berdua nanti?

*****

KAJJAAA!!

Mohon maaf aku tidak bisaaaaaa meneruskan huaaaa. Aku masih suci wkwkwk.

Waktu dan tempat dipersilahkan.

Positif thinking saja, mereka itu lagi tidur. Besok mau garap sawah.

Versi asli dan setelah revisi mengalami perubahan ya, beruntunglah yang membaca sebelum revisi. hihi

Telah melalui proses revisi pada
23/10/2020

Turn Back Time Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang