27. Its Definitely You🍁

1.2K 183 21
                                    


It's Definitely You : V and Jin of BTS
_______

Awalnya Andaru mengira ini hanyalah candaan belaka, tapi melihat wajah serius Rukma dia diliputi kekalutan. Apakah yang dibicarakan ini adalah perpisahan? Dia dan Rukma berpisah? Andaru sama sekali tidak mengerti, lebih tepatnya dia tidak mau mengerti.

Rukma merasakannya beberapa hari belakangan, dia datang ke dimensi ini tanpa ada yang tahu. Tidak ada pemberitahuan sebelum dia tergeletak di kamar asing, bukankah hal itu akan kembali terjadi? Bukan hal yang mustahil bukan?

Saat melihat ke belakang terlalu banyak kenangan yang terlalu indah untuk dilupakan, dia tidak akan tahu kapan dia akan bangun. Lebih baik jika dia sempat mengucapkan selamat tinggal pada orang di depannya ini, her true love.

"Apa maksudmu?"

Meskipun Andaru berusaha mengelak nya dia tidak mampu menutupi kekalutan dimatanya, pria satu ini lemah dalam mengontrol emosi di depan Rukma. Di usapnya wajah cemas Andaru, jika saja Rukma bisa memilih. Tapi sayangnya, dia tidak pernah diberi pilihan.

"Tidak ada," Rukma menggeleng, "kau boleh bersedih nanti, luapkan semua yang ada di hatimu, jangan kau pendam ya? Tapi ingat, seberat apapun hidupmu, masih ada orang lain yang harus kau urus. Dia salah satunya." Kepala Rukma mengedik ke arah Cakra yang tengah tertawa lepas karena pedangnya patah.

"Kau sakit?"

Andaru menyentuh dahi Rukma dengan punggung tangannya, wanita ini terlalu banyak bicara omong kosong. Jujur, itu menciptakan ruang bernama ketakutan di dalam hatinya.

"Remember this one." Suara Rukma bergetar, "Even if I die, it's definitely you."

BODO AMAT YA MAS KALO NGGAK TAU ARTINYA

"Kamu bicara apa?" Andaru meninggikan suaranya, "Apa ada tabib disini?! Cepat panggil tabib!" Suara Andaru bergetar meskipun cukup melengking.

Sekuat tenaga Rukma menahan rintik air mata yang bersikeras membobol pertahanannya. Tolong jangan menangis, jika menangispun jangan sampai Andaru melihatnya.

***

Kegelisahan itu pun berlanjut, dari yang awalnya hanya terpikirkan lalu berlanjut ke terbayang-bayang hingga sekarang susah tidur. Berulang kali membenarkan letak posisi hingga menepuk alas yang ia gunakan.

Hingga gemas, Andaru menarik pinggang Rukma mendekat. Mata Andaru masih terpejam, sementara Rukma berkedip beberapa kali. Harus dia akui, berada didekapannya dengan menghidu aroma tubuh Andaru membuatnya lebih tenang.

"Kau ingin pergi menemui keluarga mu? Mungkin bisa membuatmu lebih tenang."

"Aku ingin menghabiskan waktu bersama mu."

"Kau bisa menghabiskan seluruh hidupmu bersama ku. Setelah perebutan kekuasaan berakhir aku akan mengantarmu ke Medang."

Rukma mengangguk, mungkin benar yang dikatakan Andaru. Rukma menutup matanya, mencoba tidur untuk kesekian kalinya. Entah memikirkan apa tiba-tiba percakapannya dengan Cakra waktu itu terputar di ingatannya.

Cakra tengah memakan hidangan ayam yang dia tangkap dengan Jagad—hanya Jagad yang berburu, dia hanya melihat dari kejauhan.

"Kau sangat suka ayam ya?"

"Hemm! Aku belum pernah makan daging ayam yang seenak ini!"

Cakra mengatakannya dengan mulut penuh, setelah menelan semua makanan dia menyengir pada Rukma. Astaga, Rukma ingin menggigit pipi gembul Cakra sekarang.

"Kau bisa memakan ini setiap hari mulai sekarang."

"Benarkah? Kau memang hebat!, ehm?" Cakra mengamati wajah Rukma, "Aku harus memanggilmu apa? Putri? Prameswari? Ah iya! Aku pernah mendengar prabu memanggilmu begini, Adinda. Boleh aku memanggilmu sama?"

Rukma segera membekap mulut Cakra, anak ini, kapan dia mendengarnya? Rukma menoleh sekeliling, cemas bila ada yang mendengar ucapan Cakra.

Cakra meronta, dia masih ingin memakan ayam ini dibandingkan ditutup mulutnya oleh Rukma. Setelah Cakra mengedipkan matanya gemas, Rukma melepaskannya dengan hati-hati.

"Ssst! Panggil aku ibu."

Cakra mendelik pada Rukma, baru melanjutkan memakan ayam gendut kecoklatan di depannya. "Ibu ku sudah mati."

"Benarkah? Siapa ibu mu? Kapan dia tiada?"

Cakra menggeleng, "Aku tidak tahu, orang-orang yang mengatakannya padaku. Mereka menunjuk ku seperti ini, lalu berteriak 'Kenapa kau tidak mati saja bersama ibu mu?!' "

Cakra memperagakan setelah meletakkan paha ayamnya. Dengan telunjuk kanan menghardik dan tangan kiri bertolak pinggang. Bibirnya tertarik mengejek serta matanya yang turut melotot.

Rukma ingin tertawa lepas melihat ekspresi Cakra, tapi melihat betapa seriusnya percakapan ini dia bungkam. Cakra masih sangat kecil tapi hinaan dan makian adalah kesehariannya.

"Maka dari itu, panggil aku ibu. Pikirkan saja jika aku ini dikirim Dewata untuk menggantikan ibu mu, aku akan merawat mu."

"Aku tidak mengerti apa yang kau katakan, tapi aku akan memanggilmu ibu."

"Katakan sekali lagi."

"Ibu."

"Aku tidak dengar."

"Ibu!"

Rukma tertawa, begini ya rasanya di panggil ibu?

***
"Bernapas lah dengan tenang, ada aku."

Rukma menggeleng, bagaimana dia bisa tenang di saat seperti ini? Tangannya menggenggam lengan Andaru erat, kukunya menancap dan meninggalkan bekas disana.

"Aku takut!!" Rukma rasanya ingin menangis.

"Tenanglah, ini bukan pertama kalinya bagi kita. Aku akan membawa mu ke tempat yang sangat indah."

"Tenang kata mu?! Bagaimana jika aku mati?!"

Rukma tidak habis pikir, Andaru ini memang luar biasa. Bagaimana bisa seorang raja sepertinya pergi tengah malam begini, menculiknya pula. Astaga.

Kuda Andaru semakin cepat berlari, menembus kabut tipis malam. Seharusnya Rukma kedinginan tapi karena rasa cemas, tubuhnya merinding ketakutan.

"Kau tidak akan mati jika jatuh dari kuda, kemungkinan paling buruk hanyalah patah tulang."

Rukma ingin mencakar senyum di wajah Andaru, untung ganteng. Untung sayang.
Derap kuda mulai melambat saat pohon lebat mulai menghilang di depannya, mereka tadi memasuki hutan dan kini tampak hamparan ilalang di depan mereka. Angin yang berhembus menggoyangkan daun ilalang, membentuk gelombang acak.
Saat angin perlahan pergi setitik cahaya muncul. Awalnya hanya satu, tapi kemudian di ikuti oleh cahaya kuning lainnya.

Kunang-kunang itu terbang dari hamparan ilalang menuju langit biru. Rukma melihat ke sekeliling bertepatan dengan langkah kuda yang berhenti di tengah padang ilalang.

Rukma tersenyum, bagaimana ya menggambarkannya? Jika melihat ke atas akan ada bentangan biru langit malam yang menghitam, jangan lupakan taburan bintang yang banyak itu. Ditambah lagi cahaya kuning dari puluhan, ralat ribuan kunang-kunang yang mengepak perlahan meninggalkan tanah.

*****

Udah jangan sedih, mereka nggak akan pisah kok. Tapi boong! Wkwk

Nggak deng, belom tahu nanti mereka pisah atau enggak. Baru update hari ini huhu, belum ada ide soalnya.

Siap untuk berpisah dengan kapal Andaru-Rukma?

Turn Back Time Where stories live. Discover now