41 - Patah hati

145K 12.3K 973
                                    

Vote comment readers ♡

Jangan jadi siders :((
.
.
.
.
.
.

"Dinda, kamu udah sehat?" Genna memasuki kelasnya dengan keterkejutan melihat Dinda yang sudah berada dibangkunya.

Dinda tersenyum kecil dengan anggukan kepala. "Aku udah gakpapa, lagian aku gak mau larut dalam rasa trauma Na. Aku harus bisa melawan,"

Genna menatap haru pada Dinda, sahabatnya ini sudah banyak melewati masa sulit. "Alhamdulillah kalau kamu udah gakpapa."

Genna duduk dibangkunya, sambil menunggu dosen selanjutnya datang mereka berbincang-bincang sebentar.

"Na, kandungan kamu udah berapa bulan?" Tanya Dinda seraya menatap perut besar Genna yang tercetak jelas saar sedang duduk sekarang.

"Udah 7 bulan, dia suka gerak-gerak bikin aku takut sekaligus kaget," Balas Genna dengan kekehan kecil.

"Udah USG belum Na? Cari tau gitu jenis kelaminnya apa,"

Genna menggeleng pelan. "Gak mau tau jenis kelaminnya apa, biar surprise."

Dinda terkekeh kecil, jikan orang lain sangat ingin tahu jenis kelamin anaknya Genna malah sebaliknya. "Akau tunggu kejutannya Na," Canda Dinda.

■ ■ ■ ■ ■ ■

Sejak Jaya tahu kalau Dinda sudah kembali masuk kampus, pria itu semakin gencar ingin mendekati Dinda bahkan sekarang saja Jaya cs sedang mengikuti Genna dan Dinda dari belakang.

Dinda berdesis geram seraya membalik tubuhnya menatap Jaya dengan tajam. "Ngapain ngikutin gue?!"

Jaya menyengir lebar. "Mau jagain lo, siapa tau gue bisa rebut lo dari pak Ilham." Ternyata manusia fucek boy ini belum menyerah.

"Gak perlu dan gak akan pernah gue berpaling!" Sungut Dinda.

"Bisa aja kan lo berpaling ke gue, Allah maha membolak-balikkan hati dan  perasaan seseorang." Ujar Jaya dengan senyum songongnya.

Dinda hendak menyahut lagi, namun ditahan oleh Genna yang menarik lengannya untuk kembali melangkahkan kaki menuju tujuan awal.

Sesaat setelah sampai dikantin Genna dan Dinda duduk dimeja yang biasa mereka tempati, Jaya cs tetap mengikuti bahkan duduk tepat dibagian belakang mereka. Genna hanya menggelengkan kepalanya.

Dinda kembali dengan membawa nampan berisi makanan dan minuman, Dinda duduk didepan Genna setelah meletakkan makanan dan minuman yang ia bawa tadi. Melirik Jaya sebentar dengan sinis.

"Na, usir Jaya dong." Pinta Dinda memelas.

Genna terkekeh pelan. "Biarin aja Din, lagian mereka gak ganggu kita."

"Tapi kan Na--"

"Udah, mending makan. Kalau mereka ganggu baru aku suruh pergi."

Dinda mendengus, ia mengaduk baksonya dengan kesal menghasilkan bunyi antar sendok dan mangkok yang betabrakan. Genna hanya terkikik geli melihatnya.

Genn dan Dinda mulai melahap makanannya, mengabaikan Jaya cs yang sesekali memanggil mereka dari belakang.

"Na, pak Gevan gak samperin lo kesini?" Tanya Dinda disela makannya.

"Kesini kok, nunggu pak Ilham dulu katanya,"

"Ohh, gitu."

Genna menyipitkan matanya curiga pada Dinda. "Kenapa? Mau ketemu pak Ilham ya?" Tudingnya.

Jodoh Dari Allah [ Terbit ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang