04 - Perjodohan

295K 30.2K 1.2K
                                    

Klik bintang !
.
.
.

"Ummi nana gak mau dijodohin." Genna merengek pada uminya agar tidak dijodohkan.

"Nana, dengerin ummi. Ummi sama abi mau yang terbaik buat kamu. Kamu mau salah pilih orang? Lalu terjerumus dalam maksiat? Engga mau kan, ummi sama abi udah dapat calon yang luar biasa buat kamu." Lea memberi pengertian pada anak gadis satu-satunya ini.

"Tapi ummi, kalo orang tua gimana? Nana gak mau meskipun orangnya taat dalam agama." Ucapnya yang direspon tawa kecio dari uminya.

Lea menarik hidung putrinya. "Katanya gak mau, sekarang malah protes jangan sama yang tua."

"Ihh ummii!" Genna memasang wajah sebalnya.

"Bercanda nana. Orang gak tua kok cuman 4 tahun diatas kamu seumuran sama abangmu."

Genna ber'oh' ria sembari menganggukkan kepalanya. "Emang siapa mi? Kalo nanti dia gak tahan sama nana gimana? Kan nana bawel, cerewet, suka ngambek, banyak tingkah gak kalem." Ujar genna panjang lebar.

"Astaghfirullah na, kamu belum apa-apa udah nething! Udah, sekarang siap-siap! Kita mau pertemuan resmi!" Lea mendorong tubuh genna pelan.

"Hah?" Genna terngaga ditempatnya.

"Mau lihat calonnya kan? Jangan lupa pakai cadar, harus istiqomah!" Titah lea.

"Kok cepet banget mi?"

"Sengaja dipercepat biar kamu ada yang jagain, ummi udah gak kuat nampung kamu." Lea berucap sembari menahan tawanya.

"Kok ummi tega sih." Jawab genna dengan bibir manyunnya.

Lea terkekeh kecil. "Bercanda anak ummi, udah sana!"

"Iyaa iyaa."

Genna melangkahkan kakinya menuju kamarnya, ia masuk disana sudah tergantung sebuah gamis berwarna maroon dengan khimar dan juga cadarnya.

Genna menghela nafasnya, tentang perjodohannya ia baru saja mengetahui tadi pagi itupun jika ferlan tidak keceplosan membahas tentang perjodahannya.

Genna membawa gamis dan yang lainnya masuk kedalam kamar mandi. Ia mematut pantulannya didepan cermin besar disana, bismillah na! Batinnya.

🌦

Genna mengekor dibelakang tubuh ummi dan abinya, sedangkan ferlan berjalan disebelahnya. Genna benar-benar gugup, ini tidak sebanding dengam menghadapi pak gevan.

Genna duduk disamping abinya, ia menunduk karena takut melihat orang yang berada dihadapannya.

"Ini anak mu dam?" Pertanyaan itu terlontar dari seorang pria paruh baya yang terlihat seumuran dengan abinya.

"Iya, dia agak pemalu kalau sama orang baru." Jelas adam sembari terkekeh.

Nana kan gak pemalu, cuman gak kebiasa aja. Batinnya.

"Gevannya mana om?" Ferlan bertanya dengan tidak tahu malunya.

Tunggu? Gevan? Gevanno? Dosen killernya? Orang yang dikaguminya? Atensi genna beralih menatap ferlan, umi dan abinya meminta penjelasan. Lagi-lagi uminya menahan kesal karena mulut ferlan yang tidak bisa diajak kompromi.

"Maaf mi, keceplosan lagi." Ujar ferlan sembari menutup mulutnya.

"Gevan agak telat, ngurus kampus dulu katanya." Kini istrinya yang menyahut.

Jodoh Dari Allah [ Terbit ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang