33 - Uwu terus!

169K 14.6K 623
                                    

Vote dulu sebelum baca hehe
.
.
.
.
.
.
.

Gevan menautkan jemarinya pada jemari Genna setelah mereka memasuki area caffe, mereka duduk disalah satu bangku yang ada disana. Mentari menatap sekelilingnya, caffe ini selalu ramai pengunjung kebanyakan para mahasiswa/i sepertinya dan beberapa anak remaja lainnya yang sedang berkumpul.

"Mau pesan apa kak?" Seorang waiters datang menghampiri meja mereka sembari menanyakan pesanan.

Gevan menatap Genna yang sedang melihat sekelilingnya. "Kamu mau pesan apa Na?"

Genna menoleh pada Gevan yang tengah menatapnya, ia membuka buku menu didepannya lalu membolak-balik halamannya. "Ice coklat sama cheseecake,"

"Saya jus alpukat aja,"

Waiters tersebut tersenyum singkat, "Ditunggu pesanannya kak,"

Gevan mengangguk singkat, ia menatap Genna yang kembali melihat sekeliling caffe. "Kamu kenapa Na?"

Genna menggelengkan kepalanya sembari menatap Gevan. "Gakpapa kok,"

"Maaf," Gevan paham dengan apa dirasakan Genna, mengorbankan masa mudanya untuk menikah memang cukup sulit. Yang mestinya bisa berkumpul dan hangout bersama teman Genna malah mengurus suami dan sudah mengandung sekarang.

"Loh, mas kenapa minta maaf?" Tanya Genna bigung.

Gevan menggenggam tangan Genna diatas meja, "Mengorbankan masa mudamu untuk menikah." Ujarnya.

Genna terkekeh pelan, "Apaan sih mas, Nana gakpapa kok. Nana bersyukur, mas jadi pendamping hidup Nana."

"Saya gak larang kamu buat hangout sama temen kamu kok Na," Ucap Gevan.

"Iyaa mas iyaa," Genna melirik arloji ditangan Gevan. "Kita nunggu siapa sih mas?"

Ah, iya Gevan lupa memberitahu Genna kalau mereka sedang menunggu teman lamanya semasa kuliah dulu Gevan yang sudah lama tidak ia temui. Temannya itu tidak sempat datang keacara pernikahan jadi ia memutuskan untuk bertemu hanya sekedar memberi selamat dan berbincang sebentar.


"Temen kuliah dulu, gak sempat datang waktu nikahan." Ujar Gevan sembari menyeruput jus-nya.

"Cowo atau cewe?"

"Suami istri,"

Genna mengangguk-anggukan kepalanya, "Temen dekat?" Genna jadi canggung sekarang.

Gevan mengangguk singkat, tak lama setelah itu ssseorang datang menghampiri meja mereka. Gevan mendongakkan kepalanya tatkala orang iu menepuk pundaknya.

"Assalamualaikum!"

Gevan mendongakkan kepalanya seraya berdiri bersamaan dengan Genna. "Wa'alaikumsalam." Jawab mereka berdua.

Gevan tersenyum singkat, "Datang juga akhirnya," Ujarnya sembari bersalaman.

"Sorry, gue ngaret," Balasnya dengan kekehan. Mereka duduk kembali dengan Farhan yanh berada didepannya dan sang istri disamping Farhan.

Jodoh Dari Allah [ Terbit ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang