08 - Lembaran baru

304K 25.6K 504
                                    

Assalamualaikum teman-teman, jangan lupa tekan bintang dan koment owki!
.
.
.

Genna memijit pundaknya yang sedikit pegal karena gaun yanh dipakainya saat resepsi sedikit berat, ia juga memijit kakinya lelah harus berdiri menyalami tamu yang banyak ditambah ia menggunnakan heels.

Genna membersihkan make up diwajahnya, lalu melepas jarum pentul yang bersarang dihijabnya satu persatu. Sedangkan gevan belum kembali dari gedung resepsi karena harus berbincang dulu dengan teman lamanya.

Setelah selesai melepas hijabnya genna menyisir rambutnya sejenak, rambutnya kusut jadi sedikit sulit untuk disisir. Kulit kepalanya seakan ingin kepas dari kerangka saking kusutnya.

Tiba-tiba pintu kamar terbuka, genna membulatkan matanya ketika gevan menatapnya.

"KAK GEVAN KOK MASUK!?" Genna buru-buru menutup kepalanya menggunakan hijab yang terletak diatas mejanya.

Gevan mengernyit pelan lalu menutup pintu kamar. "Memangnya kenapa?"

"Gennakan lepas hijab."

Gevan menghampri genna yang sedang menunduk dibawah meja riasnya dengan kepala yang tertutup kain hijab. "Saya suami kamu, Kenapa kamu menutupinya dari saya?" Ucap gevan dengan tangan yang masuk kedalam saku celananya.

Genna tertunduk ditempatnya, rasanya gevan sedang menyindirnya karena setelah mereka menjadi pasangan halal genna belum membuka hijabnya untuk gevan.

Bukannya tidak mau gemma hanya belum siap, selama ini ia tidak pernah membuka hijabnya untuk siapapun kecuali abi dan abangnya. Ia merasa canggung jika haru melepas hijabnya.

"Maaf." Cicitnya pelan.

Gevan menghela nafasnya merasa bersalah karena harus menyinggung perasaan genna. Ia berjongkok mensejajarkan tubuhnya dengan genna yang duduk dibawah meja.

"Maaf, saya paham jika kamu belum siap. Saya akan keluar dulu." Ujarnya sembari berdiri, lalu melangkahkan kakinya hendak keluar dari kamar.

"Kak gevan." Pergerakannya terhenti ketika genna memanggilnya dengan sedikit isak tangis. Gevan membalik tubuhnya melihat genna yang menangis membuatnya semakin merasa bersalah.

Gevan menghampiri genna, ia memeluknya sembari mengelus kepala genna. "Saya minta maaf, saya tidak bermaksud seperti itu." Disini sadar satu kelemahan genna yaitu mudah menangis.

Genna menggelengkan kepalanya dipelukan gevan. "Nana yang minta maaf udah bikin kakak kecewa, padahal baru 4 hari tapi genna udah  buat kakak marah." Ucapnya disela isak tangisnya.

"Saya tidak marah, saya hanya bertanya kenapa kamu menutupinya dari saya? Saya sudah jadi mahram kamu jadi tidak menimbulkan dosa jika saya melihat." Terang gevan.

Genna menganggukkan kepalanya, lalu melepas pelukannya. Matanya masih mengalir air mata, ia jadi cengeng hanya karna masalah sepele. "Nana cuman canggung kalau buka hijab."

Gevan tersenyum kecil, ia menyeka air mata genna yang terus berjatuhan. "Saya tahu, kamu perlu adaptasi. Jangan menangis lagi, mandi." Ucap gevan dibalas anggukan kepala dari genna.

Gevan membantu genna berdiri ia mengelus pucuk kepala genna lalu membiarkan genna dengan kegiatannya. Ia merebahkan tubuhnya sejenak diatas kasur, mencoba merilexkan tubuhnya yang pegal.

Jodoh Dari Allah [ Terbit ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang