38 - Erick!

138K 13.8K 268
                                    

Jangan lupa vote dan comment harus wkwk !

Semoga yang jadi silent readers segera sadar :)

Happy Reading ♡
.
.
.
.
.
.

Sesuai perintah Ilham mereka bertiga berpencar, Gevan kebagian belakang, Ilham masuk lewat depan dan Ferdy berjaga-jaga didepan. Mereka juga saling menyambungkan saluran telfon group untuk mengetahui pergerakan masing-masing.

Ilham mengintip bagian dalam rumah lewat jendela, memastikan jika tidak ada orang didalam bisa dipastikan Dinda sedang ditenpat tersembunyi didalam sana.

"Ilham."

Suara Gevan terdengar dari sambungan telfon, "Kenapa Van?"

"Gue lihat Erick, dia keluar dari salah satu ruangan. Lo sembunyi!"

"Oke,"

Dengan cepat Ilham mencari tempat persembunyian, beruntung juga Ferdy sudah membawa mobil mereka untuk parkir diparkiran kampus.

Ilham melihat Erick yang keluar dari rumah membawa sebuah gaun pengantin berwarna putih dengan sebuket bunga, ia bertanya-tanya untuk apa itu semua?

"Ham!"

Suara Gevan kembali terdengar, "Kenapa?"

"Rencana Erick hari ini mau bawa Dinda buat nikah, gue baru dikasih tahu Nana. Isi surat itu, Dinda pamit karna gak mau orang terdekatnya dilukai sama Erick."

"Brengsek!" Umpatnya seraya menatap tajam Erick yang sedang menghias Mobilnya.

"Kita tuker posisi, lo kesini gue kesana sekarang!"

Ilham mengawasi gerak-gerik Erick terlebih dahulu, dirasa aman ia segera melangkahkan kakinya perlahan menuju belakang rumah begitu juga Gevan yang berjalan dengan penuh hati-hati menuju bagian depan rumah.

Sesaat setelah mereka bertukar posisi, Ilham mencoba membuka pintunya. Yap! Pintu tidak terkunci segera ia masuk kedalam mencari keberadaan Dinda.

"Van, gue masuk kedalam." Ucapnya pada sambungan telfon.

"Oke."

Ilham membuka satu persatu ruangan disana, namun ia belum menemukan keberadaan Dinda. Ia sangat gugup sekarang, ia kembali menyusuri setiap ruangan salah satu ruangan yang berada dipojok berhasil membuatnya penasaran. Mengikuti insting jika ada Dinda didalam sana, dengan perlahan ia mengahampiri ruangan tersebut membuka pintunya dengan pelan.

Benar saja, Dinda ada disana dengan keadaan terikat disebuah kursi. Ia hampir menangis melihat kondisi Dinda yang begitu acak-acakan.

"Dinda?" Panggilnya pelan.

Dinda mendongakkan kepalanya, air mata sudah membasahi kedua pipinya. Mulutnya yang tertutupi kain membuatnya tak bisa berteriak, hanya gumaman-gumaman meronta yang keluar dari mulutnya.

"Astagfirullahal'adzim,"  Ilham membuka kain yang menutupi mulut Dinda.

"Pak Ilham," Lirih Dinda tatapannya begitu sayu. Ilham membuka ikatan tali yang mengikat tubuh, tangan dan kaki Dinda. Ikatannya cukup kencang membuat Ilham sedikit kesulitan untuk membukanya.

Jodoh Dari Allah [ Terbit ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang