39 - Absurd

150K 13.5K 1.2K
                                    

Jangan lupa vote dan comment !

Jangan jadi Silent readers :(

.
.
.
.
.

Genna membuka matanya perlahan tatkala gerakan tangan Dinda mengusik tidurnya. Ia mengerjabkan matanya sejenak, menatap Dinda yang tersenyum kepadanya. Hampir seharian Genna menjaga Dinda dirumah sakit, walah Gevan sempat melarangnya tapi ia berhasil membujuknya.

"Dinda perlu sesuatu?" Tanya Genna dengan suara parau.

Dinda menggeleng pelan, "Kekeuh banget sih mau jagain aku Na, lagi hamil juga."

Genna terkikik kecil melihat raut wajah Dinda yang nampak kesal. "Aku gak mau kamu kenapa-kenapa lagi," Ucap Genna sembari menggenggam jemari Dinda erat.

Terhitung sudah 2 hari Dinda dirawat selain fisik, Dinda juga perlu perawatan untuk mentalnya. Trauma sebelumnya belum sembuh dan ditambah trauma baru, Dinda masih bisa mengendalikan rasa traumanya tapi jika malam tiba ia biasanya akan berteriak histeris.

Cklek!

Pintu kamar rawat terbuka menampilkak Ilham dan Gevan yang masih dengan kemeja kerja, tak lupa tas jinjing yang ada ditangan mereka. Genna menghampiri Gevan, mencium lembut punggung tangan sang suami sedangkan Ilham mendekat pada Dinda.

"Mas, udah makan?"

"Udah," Balas Gevan seraya menggulung lengan kemejanya. Lalu menarik lengan Genna untuk duduk disofa yang berada dipojok ruangan.

"Pak Ilham! Jangan terlalu dekat sama Dinda, belum mahram!" Pekik Genna membuat Ilham segera memundurkan kursinya sedikit menjauh dari Dinda.

"Udah jauh ini Na," Ujar Ilham dengan decakan pelan.

"Masih deket itu, mundur lagi!"

Ilham memundurkan kursinya lagi, Dinda terkikik geli melihat raut wajah Ilham yang menahan kesal.

Gevan tersenyum kecil melihat Genna yang begitu protektif pada Dinda, "Temen-temen kamu mau kesini katanya, jenguk Dinda."

"Mereka tau Dinda sakit?"

Gevan menghendikkan bahunya, menyenderkan kepalanya kebahu Genna seraya mengelus perut besarnya.

"Mas cape? Kenapa gak pulang aja tadi," Ucap Genna sembari menepuk pelan kepala Gevan.

"Hmm, kalau kamu disini ngapain mas pulang."

"Ya, mandi atau ganti baju dulu. Bukan langsung kesini,"

Gevan tak menghiraukan celotehan Genna, ia memejamkan matanya menikmati usapan lembut tangan Genna pada kepalanya.

"Mas kenapa jadi lucu gini sih," Celetuk Genna dengan tawa ringannya.

Gevan melingkarkan tangannya pada pinggang Genna, memeluknya dari samping. "Mas emang lucu Na,"

"Dih, jadi pede!" Sungut Genna.

Tok! Tok! Tok!

Suara ketukan pintu itu mengalihkan atensi mereka, beberapa detik setelah itu pintu terbuka. Kehadiran Helvi dan Intan membuat Dinda sedikit terkejut, pasalnya ia tidak memberitahu jika ia sedang dirawat dirumah sakit.

"Assalamualaikum," Ucap Helvi dan Inta bersamaan.

"Wa'alaikumsalam," Balas mereka.

Helvin dan Intan masuk kedalam dengan kikuk, memghampiri Dinda seraya menaruh keranjang buah keatas meja. Ilham beranjak dari kursi yang ia tempati memberi ruang untuk Helvi dan Intan.

Jodoh Dari Allah [ Terbit ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang