21 - Diam

199K 17.3K 355
                                    

Jangan lupa tekan bintang, Happy Reading♥️

.
.
.
.
.
.

"Na, kamu kenapa?"

Gena tersenyum tipis sambil menggeleng kepalanya pelan. "Gakpapa,"

Gevan mengerutkan keningnya, sejak pagi Genna hanya diam tidak banyak bicara seperti biasanya membuat Gevam sedikit heran. Jika ditanya jawabannya selalu 'Gakpapa'

"Saya tau kamu bohong na," Sahutnya denganhelaan nafas. "Kasih tau saya,"

"Nana gakpapa, udah sana! Nana mau jahit dulu," Elaknya sambil mendorong badan Gevan menjauh dari meja mesin jahitnya.

Gevan menghembuskan nafasnya, ia melirik arlojinya. "Saya kerumah sakit dulu, ada operasi." Pamit Gevan sembari mengelus kepala Genna.

Genna mengangguk, ia mencium punggung tangan Gevan. "Hati-hati!"

"Assalamualaikum,"

"Waalaikumsalam."

Genna memghembuskan nafasnya, sedari tadi ia mencoba menahan air matanya. Rasanya masih sesak jika mengingat obrolan kemarin, ia hanya ingin memendamnya.

Air matanya lolos membasahi pipi, rasa bersalah mjmcul karna mendiamkan Gevan hampir seharian ini. Namun ego nya tidak bisa dikalahkan, ia lebih mementingkan ketenangan dirinya.

Mengingat perlakuan Gevan kepadanya yang begitu terlihat tulus membuatnya berfikir apakah itu sungguhan? Atau hanya totalitas semata? Ia sudah beprasangka buruk terhadap suaminya sendiri.

Ia mengambil ponselnya, mencari kontak Ferlan berharap abangnya itu berada dirumah sekarang.

"Assalamualaikum," Ucapnya sesaat setelah Ferlan mengangkat telfonnya.

"Waalaikumsalam, ada apa na? Kangen abang yaa?"

Genna menahan suara tangisnya, ia tersenyum. "Geer! Abang ada dirumah gak?"

"Bilang aja kangen, gengsi bener! Abang lagi dikantor dirumah ada Fina."

"Oh gitu, yaudah Nana kerumah abang ya."

"Iyaa, kerumah aja ada Fina dirumah."

"Oke, assalamualaikum."

"Waalaikumsalam,"

Ferlan nampak mengerutkan keningnya heran, mendengar suara Genna yang terdengar serak seperti menangis. Apa ada masalah dengan Gevan?

Ia mengeyahkan pemikirannya, mungkin istrinya akan menceritakan nantinya.


🍭

Genna duduk disalah satu sofa sembari menunggu Fina mengambil minum dan beberapa camilan, ia tidak lupa mengabari Gevan bahwa ia berkunjung kerumah abangnya. Pesannya tidak dibaca, tapi setidaknya pesannya masuk.

Genna tersenyum saat Fina datang dari arah dapur, karna didalam hanya ada mereka berdua Genna bisa membuka cadarnya. Fina meletakkan nampan yang berisi jus dan juga brownis itu keatas meja lalu duduk disamping Genna.

"Kangen mas Ferlan ya jadi kesini?" Tanya Fina dengan senyumnya.

Genna menggeleng pelan, "Engga, Nana kesini mau main suntuk dirumah hehe.."

Jodoh Dari Allah [ Terbit ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang