24 - Kabar baik

221K 18.2K 1K
                                    

Voote comment readers🙆‍♀️ Happy reading♡
.
.
.
.
.
.

Genna meloncat senang saat Gevan berhasil memetik buah mangga langsung dari pohonnya yang berada dipekarangan rumah Riri, mertuanya. Gevan tersenyum tipis diatas pohon sana.

"Kak, turun! Udah cukup," Ujar Genna seraya mengumpulkan mangga yang berjatuhan kedalam sebuah keranjang.


Gevan mengangguk, ia turun dengan perlahan dari pohon mangga. Membersihkan tangannya sebentar lalu menghampiru Genna yang tak berhenti tersenyum melihat mangga dikeranjang.

"Ayok masuk." Gevan berkata sembari mengambil alih keranjang yang berisi mangga dari tangan Genna.

Mereka kembali kedalam rumah, Gevan menaruh keranjang mangga tersebut diatas meja makan. Genna menaikkan lengan bajunya mengeluarkan mangga tersebut untuk dicuci.

"Kakak pakai parfum yang tadi lagi?"

Gevan memandang Genna seraya mengangguk.

"Ihh! Kan Nana bilang bau nya gak enak, kenapa dipakai!?" Protes Genna dengan jari yang sudah mengapit hidungnya.

"Saya lupa," Jawab Gevan dengan raut datarnya.

Genna  mendorong tubuh Gevan untuk menjauh. "Ganti baju! Cepetan!"

Gevan mengehela nafas pelan, lalu berjalan pasrah menuju kamarnya untuk menggati pakaiannya.

Genna mengambil pisau setelah mencuci bersih mangga tersebut, ia mengupasnya dengan perlahan matanya berbinar melihat mangga tersebut sudah hampir matang.

Ia memotong daging buah tersebut, meletakkan pada piring kecil didepannya. Setelah semua selesai, Genna mulai melahapnya ia terkejut karna saat rasa masam itu mencecap lidahnya. Tapi entah kenapa itu malah enak dimulut Genna.

"Saya mau," Suara Gevan mengintrupsinya, ia menyuruh Gevan untuk duduk disebelahnya.

Genna mengambil potongan mangga tersebut lalu menyuapkannya pada mulut Gevan.

"Kok asem?" Ujarnya, Genna menatap kagum pada Gevan. Orang lain kalau makan yang asem pasti bereaksi  tapi Gevan? Tetap tenang dan datar seperti biasanya, hebat.

"Tapi enakkan? Nana suka," Sahut Genna dengan senang, ia kembali melahap mangganya membiarkan rasa masam memenuhi rongga mulutnya.

Riri datang dari arah dapur, membawa sebuah nampan berisi minuman dan beberapa camilan. Ia neletakkannya pada meja dengan perlahan, lalu duduk disofa sebelah Genna. Riri tampak memperhatikan Genna yang begitu senang memakan mangga.

"Van, istri kamu ngidam?"

Uhuk!

Genna tersedak, potongan mangga yang ia kunyah memasuki jalur yang salah untuk sampai diperutnya. Gevan mengambil minum didepannya menyodorkannya pada Genna, Genna minum dengan perlahan.

"Aduhh, Pelan-pelan makannya nak," Ujar Riri sediki panik sambil mengusap tengkuk Genna dibalik hijabnya.

"Maaf bun," Cicit Genna pelan.

Gevan berfikir keras sekarang, mencoba mengingat gejala wanita hamil yang pernah ia baca pada bukunya. Gevan mencocokkan gejala yang dialami Genna dan gejala wanita hamil pada umumnya. Cukup mirip, Namun kurang meyakinkan.

Jodoh Dari Allah [ Terbit ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang