23- Rayen?

123 9 14
                                    

Rayen sakit? Sakit apa?

Ah, jangan-jangan karena tadi malam. Soalnya tadi malam setelah Rayen ngantarin gue pulang hujan sempat turun dengan lebatnya.

Gini nih, bukan karena apa tapi, kalau Rayen beneran sakit bisa-bisa gue dijadikan tersangka utamakan. Rayen bakal tambah menyiksa gue tanpa henti tiada ampun.

Gue jadi ngerasa bersalah dan hal paling waras yang ada di kepala gue adalah gue harus dengan segera ke rumah Rayen untuk memastikan kondisinya.

"Joy! Lo mau ke mana woi!" Teriak Ibra.

Gue nggak mendengarkan teriakan dari Ibra yang terus memanggil gue disertai dengan umpatan.

Hal paling utama adalah memastikan bahwa cowok itu hanya berbohong dengan alasan sakit biar nggak masuk sekolah. Bukan karena sakit beneran.

Gue terpaksa memesan taksi biar cepet walau gue nggak suka naik taksi, soalnya kalau pakai bus bisa setengah jam lebih baru nyampe.

Beberapa menit kemudian taksi pesanan gue nyampe juga, gue langsung bilang ke supir taksi alamat tujuan gue.

Ah, gue sampai kelupaan sama si Ibra. Bisa misuh-misuh tiga hari tiga malam kalau gue pergi begitu saja tanpa bilang apa-apa.

Gue membuka ponsel gue, benar saja kan si Ibra sudah mulai misuh-misuh di chat. Udah ada seratus pesan lebih darinya yang isinya tidak lebih dari pertanyaan dan umpatan.

Joy
Gue minta maaf. Ceritanya gue cancel. Ganti jadi besok aja ya

Ibra
Kamvreett lo!
Lo mau kemana?

Joy
Memastikan sesuatu hal

Ibra
Apa?

Joy
Lo nggak perlu tau

Ibra
Siapa juga yang minat?!

Joy
Tadi Lo tanya

Ibra
Gue tarik lagi. Jadinya nggak minat.

***

Setelah lima belas menit berlalu, akhirnya gue sampai di rumahnya Rayen. Sepi si kelihatannya kayak nggak ada penghuninya.
Gerbang besarnya terkunci dan ada pos satpam di depan.

"Selamat siang pak, Rayennya ada?" Tanya gue pada pak satpam yang sedang berjaga.

Pak satpam itu tersenyum ramah, "Maaf dek, tapi Den Rayennya lagi nggak bisa ditemui."

"Lo kenapa pak?"

"Bapak nggak tau atuh dek, hanya menjalankan perintah."

"Oh, oke pak makasih ya!"

"Iya dek, sama-sama."

Ini nih, yang buat gue semakin bingung dan penasaran. Kenapa nggak boleh nemui Rayen? Gue coba chat juga nggak di bales. Dia emangnya kenapa si?

Emang dasar si kutu kupret satu itu. Nggak tau, gue bela-belain cepet ke sini pake taksi yang ongkosnya tak kalah mahal karena bisa buat naik bus satu minggu bolak-balik? Giliran ke sini malah orangnya nggak bisa ditemui. Mubazirkan duid gue. Mending tadi buat makan batagor aja kan lumayan jadi kenyang.

***

Gue akhirnya memutuskan untung pulang. Daripada gue kaya orang hilang di depan rumah Rayen. Mending gue pulang aja kan. Walaupun duid gue mubazir jadinya kan. Tapi ya nggak papa lah. Nanti kalau ketemu Rayen mau gue suruh ganti rugi pokoknya!

Malam-malam kayak gini emang enaknya ngemil sambil makan mie samyang. Lumayan bisa buat latihan kepedasan mulut gue. Biar kalau gue ngomong sama Rayen sudah terlatih.

Gue berjalan ke arah dapur membuka kulkas dan ternyata kosong. Hanya ada es batu di sana. Kasian gue lihatnya, kulkas gede-gede kek gitu malah kagak ada isinya.

Gue memutusakan untuk keluar ke minimarket dekat rumah gue. Gue mengeluarkan Hp dan tetap pesan gue belum di read juga sama Rayen.

Oke, gue nggak khawatir sama dia cuma gue khawatir kalau gue jadi tersangka utama kalau-kalau dia ngapa-ngapain kemarin. Soalnya ini tuh beda banget nggak kaya Rayen. Dia itu paling suka gangguin gue di manapun dan kapanpun. Tapi, ini jelas ada apa-apanya karena ia aja sampai kayak ilang ditelan lubang hitam. Nggak ada kabar gini.

Apa gue tanya Ibra aja ya kan dia temennya. Tapi, nanti gue tambah dicie-cie  lagee sama dia. Ogah banget gue.

Gue memutuskan untuk menelepon Rayen. Siapa tau diangkat ya kan.

Tut...Tut...Tut...

Nada tersambung berbunyi di ujung sana.

"Gue rasa teleponnya aktif. Kenapa nggak diangkat? Mau gue geplak nanti kalau gue ketemu!"

Eh, bentar-bentar, gue mendengar nada dering hp tidak jauh dari ini. Apa mungkin Rayen ada di sekitar sini?

Gue mengikuti arah suara itu. Dan menemukan seseorang berjaket hitam tengah duduk melamun di depan Minimarket. Di temani oleh sebotol spirte.

"Rayen?!!"


Laki-laki itu menoleh dan terkejut saat melihat gue. Iya langsung mengenakan kerudung jaketnya dan dengan cepat berlari dari sana.







***

Hello, how are you?

Apa yang kalian lakukan saat-saat seperti ini di rumah?

Gue butuh rekomendasi biar tidak gabut huhuhuuuu....

HUUAUAA BESOK GUE UDAH MULAI PEMBELAJARAN ONLINE. OH TIDAKKK... GUE MASIH INGIN REBAHAN.

Bai Bai...

ATTENDANTWhere stories live. Discover now