2- Tabrakan

1.4K 721 936
                                    

Gue dan Erin berjalan menuju kantin, mengisi perut yang sendari tadi sudah meronta-ronta minta diisi.

Setelah berkutat dengan soal matematika yang memusingkan kepala kini gue harus isi tenaga dulu buat ngadepin pelajaran fisika nanti.

Gue dan Erin duduk di meja bagian belakang tempat tongkrongan anak IPA, "Joy, gue mau pesen batagor lo mau makan apa?"

"Mie ayam." Asal aja nyebut makanan, lagi pula gue juga lagi pengin makan mie. Gue memegang perut gue, terdengar suara 'kruyuk' keluar dari sana. "Cepetan ya, perut gue udah demo besar-besaran."

Erin mengangguk dan berjalan pergi memesan makanan, gue duduk dan melihat sekitar, menyurusi setiap sudut kantin. Dan tanpa sengaja mata gue menemukan cowok tadi sedang makan bersama dengan teman-temannya.

Gue nggak ngurus, cuma penasaran aja kenapa tuh orang nggak kena poin. Emangnya dia siapa? Anak presiden?

Nggak adil banget nih sekolah. Masa gue sama dia sama-sama siswa sekolah di sini  yang sama telatnya, gue di poin dia nggak. Kan anjir.

Tiba-tiba seseorang menepuk pundak gue, gue langsung terlonjak kaget. Langsung menoleh siapa orangnya, "Ngelihatin siapa lo?" Tanya Erin celingukan, melihat arah pandang gue sebelumnya.

Gue udah kayak maling ketahuan nyolong ayam, "...Nggak...um...yaudah yuk makan." Gue mencoba ngalihin pembicaraan. Mulai memakan mie ayam pesanan gue.

Erin juga kelihatan tidak mau tau lagi, membuat gue menghela napas lega.

Gue menggulung-gulung mie gue pake sumpit, "Ehm, Rin."

Erin mendongak, "Hm?"

"Emang sistem penerapan kredit poin di sekolah beda ini beda ya?" Dah lah tanya aja, udah terlanjur penasaran. Udah sebel.

Erin mengernyitkan dahi, "Lah ya nggak lah. Emang kenapa?"

"Tadi gue kan kena poin 10 gara-gara telat terus ada anak laki-laki yang telat juga waktu gue mau keluar ruang BK eh itu anak cuma dimarahin terus di suruh balik ke kelasnya."

"Salah kali lo. Palingan tuh anak udah di poin tapi nggak bilang ke anaknya soalnya tuh anak bandel."

Gue mengangguk paham. Mungkin saja yang dikatakannya itu benar.

***

Gue buru-buru keluar dari ruang guru setelah menumpuk buku tugas bahasa indonesia.

Tadi papa mengabari mau pulang ke rumah. Jadi gue harus cepat-cepat pulang ke rumah.

Gue berjalan cepat menuruni anak tangga, dan ....

BRUK....

Gue terjatuh. Pantat gue terasa sakit lagi. Hari ini gue udah jatuh dua kali. Pas berangkat dan pulang sekolah. Menyebalkan sekali.

Dan sepersekian detik setelah tabrakan tak sengaja itu terdengar suara...

PRAK...

Gue berdiri dan mengelus pantat gue. Dan saat itu gue merasa aura di sekitar gue terasa menyekamkan. Padahal ini bukan malam jumat, tapi gue merasa bulu kuduk gue berdiri.

Gue menelan saliva secara kasar, dan menatap horor cowok di hadapan gue.

Cowok itu melotot tajam ke arah gue, membuat gue mundur ke belakang. Aura menyeramkan keluar dari tubuh nya.

"LO BISA JALAN NGGAK?"

Gue meremas ujung rok gue, menggigit bibir bawah gue, "Anu...umm...maaf gue ng-nggak sengaja."

"GANTI HP GUE!"

Gue mengernyitkan dahi, bingung. Kenapa malah nyuruh gue nganti hp nya?

Seakan sadar dengan ekspresi bingung dari gue, cowok itu berjongkok mengambil serpihan hp nya yang sudah retak dan pecah.

Gue baru tersadar kalau tadi terdengar suara prak, tapi gue nggak tau itu suara apa dan gue baru tahu kalau itu suara hp yang jatuh.

"GANTI HP GUE!"

Gue kembali meneguk saliva secara kasar dan mundur beberapa langkah menjauh darinya. Tapi, cowok itu ikut maju, gue terus mundur dan bruk... gue tersudut, tubuh gue menghantam tembok. 

Gue hanya berdoa supaya tuh cowok nggak nyekik gue dan bunuh gue. Gue  memejamkan mata.

"LO HARUS GANTI HP GUE!"

Gue membuka mata secara perlahan dan menyadari kalau jarak di antara gue dan dia sangat dekat.

"I-iya ah...sekarang lo mundur jauh-jauh dari gue." Gue mendorong cowok itu secara kasar. Membuatnya agak terhuyung ke belakang.

"Kayaknya hari ini gue sial amat ya. Tadi pagi tabrakan sama lo sekarang juga sama lo lagi. Kayak nggak ada yang lain. Padahalkan gue ngarepnya tabrakan sama oppa korea yang gans. Lah ini malah sama kaki bekatan." Recoh gue.

"Lo ngomong apa barusan?"

Gue langsung menutup mulut gue dengan tangan, merutuki diri sendiri, "Nggak kok. Tadi ada kera melata." Jawab gue asal.

"Lo harus ganti hp gue sekarang." Katanya mengulangi kalimat yang sama. Entah yang keberapa kalinya.

"Lo kaya kaset rusak ya? Ngomongnya sama terus dari tadi. Gue bosen dengernya."

"Lo ngatain gue?"

"Nggak kok, oke gue bakal ganti tapi, nggak sekarang karena gue udah di tungguin bokap gue. Bye."

Gue berjalan melewati cowok itu tapi pergelangan tangan gue di pegang. Membuat gue berhenti di tempat.

"Gue juga mau ngingetin sama lo. Jangan berani-berani kabur dari gue dan inget kata-kata lo barusan."

"Iya iya." Jawab gue ogah-ogahan. "Sekarang lepasin tangan gue!"

Cowok itu melepaskan tangan gue. Gue berjalan pergi, tapi baru beberapa langkah. Cowok itu kembali memanggil.

"He! Nama lo siapa?"

"Joy."

Gue kembali berjalan, tapi sesaat kemudian berbalik dan bertanya, "Nama lo?"

"Rayen."

***

Kalian tau nggak waktu gue nulis pengin mie ayam, gue beneran lagi pengin mie ayam dari kemarin. Terus....

Sorenya kakak gue dateng bawain mie ayam buat gue. Padahal gue nggak bilang

Seneng bgt gue🤗

ATTENDANTWhere stories live. Discover now