11- Guling-Gulingan

482 189 231
                                    

Pagi ini gue berniat nggak berangkat sekolah. Bodo amat mau ada ulangan dari Mrs. Jenni, gue nggak peduli lagi. Daripada gue di suruh guling-gulingan di lapangan?! It's imposible. Mau di taruh mana muka gue? Entar malah gue di kira orang gila. No. Big no.

Mama sempat membangunkan gue beberapa menit lalu, tapi gue pura-pura tidak mendengarnya dan tetap tidur.

Gue melirik jam di atas nakas.

06. 05

Mama kembali membangunkan gue, menggoyang-goyangkan tubuh gue agar bangun. Tapi gue tetep merem.

"Joy, bangun udah siang. Entar telat." Kata mama lembut. Gue masih tetep merem.

"Joy, bangun Joy udah siang!" Katanya sekali lagi. Mama menghembuskan napas, "Mau bangun apa uang saku sebulan kamu mama potong?"

Otomatis gue langsung membuka mata. Ini memang senjata paling ampuh untuk membangunkan gue. Mama selalu menggunakan cara ini agar gue mau bangun.

Gue nggak mau uang saku gue dipotong. Uang saku gue aja udah sedikit, kalau di potong ya tambah sedikit. Gue nggak bisa jalan-jalan, beli buku, dan makan-makan nantinya.

Tapi, kalau gue berangkat gue di suruh guling-gulingan di lapangan. Rayen pasti udah menunggu gue di sana dan bersiap tertawa terbahak- bahak.

TERUS GUE HARUS GIMANA?!

***

Hari ini mama mengantar gue, katanya lagi nggak ada kerjaan di kantor jadi bisa ngantar gue dulu. Padahal tadi gue udah menolak, minta berangkat naik angkot aja. Biar sekalian bisa bolos hehehe.

Tapi, kayaknya mama mengerti apa yang di rencanakan oleh putrinya ini, sehingga memaksa mengantar gue dengan alasan, supaya tidak telat.

Baiklah, gue hanya bisa pasrah kali ini. Gue terima nasib gue. Di dalam mobil gue hanya berdoa supaya Rayen datang terlambat seperti saat itu.

Gue komat-kamit terus di dalam mobil. Berdoa supaya Rayen datang terlambat, kalaupun bisa tidak usah berangkat sekalian.

Gue semakin dekat dengan gedung sekolah gue. Mamapun mulai menepikan mobilnya. Semakin dekat. Dan, gue melihat seorang pemuda yang ingin sekali gue musnahin dari dunia ini sedang berdiri di depan pintu gerbang dengan tangan terlipat di depan dada. Pemuda itu sedang celingukan kanan kiri mencari GUE!

IYA, DIA RAYEN! SEDANG BERDIRI MENCARI GUE!!

SUBHANALLOH, KEMARIN-KEMARIN BERANGKATNYA TELAT TERUS, INI JAM TUJUH JUGA BELUM UDAH DI DEPAN GERBANG!

GILA AMAT! MUSNAH AJA SANA!

Gue udah cemas nggak karuan. Gue harus memikirkan sesuatu agar nggak ketemu sama Rayen. Ya masa gue harus guling-gulingan di tengah lapangan? Yang benar aja! Mau di taruh mana muka gue?

AH, I HAVE GOOD IDEA!

"Ma, lurus aja terus, entar di sana belok kiri." Kata gue menunjukan jalan.

Mama mengernyitkan dahi, bingung. "Loh kamu mau kemana? Kan sekolahannya di sini." Tanya mama dengan bingung.

"I-tu ma, lewat gerbang belakang aja." Kata gue menyakinkan.

ATTENDANTHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin