15- Kesal

360 88 86
                                    

Di sinilah gue, sedang menenteng kantong belanjaan yang banyak banget. Tangan gue rasanya mati rasa. Gue udah nggak tahan untuk mengangkatnya lagi.

Oke, di sinilah gue berasa benar-benar jadi babu. Bawa kantong belanjaan banyak dan besar-besar dan mengekori seorang cowok ke sana- ke mari yang tiada henti.

Iya, gue akhirnya memang mau di ajak Rayen untuk menemaninya membeli barang. Tau kenapa?

Setelah gue pulang sampai rumah, dan sedang rebahan di kasur dengan enaknya. Hp gue terus berbunyi sampai puluhan kali. 87 kali panggilan yang tidak gue jawab dari Rayen.

Gue berasa lagi di terror sama dia. Gue baru mau mandi dia telfon, gue baru keluar kamar mandi telfon lagi, mau duduk di kasur telfon, mau rebahan telfon lagi. Gue pusing sendiri.

Gue mengacak-acak rambut gue dan mengambil hp di kasur, gue mengubahnya dari mode suara ke mode hening. Biar telinga gue nggak sakit.

Gue melempar hp gue secara sembarangan ke atas kasur, "Lo mau telfon seribu kali juga gue nggak masalah. Gue mau baca novel."

Gue kira dia bakal berhenti mengusik gue setelah bosan sendiri menelepon gue yang tidak pernah diangkat. Tapi dugaan gue salah.

Ternyata tidak cukup sampai disitu dia mengganggu kehidupan gue. Dia bahkan sampai mengirim pesan ratusan kali.

Awalnya gue masih diam saja sampai akhirnya ada bulatan kertas yang di remas mengenai kepala gue. "TURUN SEKARANG DAN IKUT GUE!" Kalimat itu yang tertulis di atasnya.

Sedetik kemudian gue baru tersadar dan berlari menuju jendela untuk melihat ke arah bawah. Ada Rayen di sana sedang berdiri menatap kamar gue.

Dia memberi kode supaya gue turun ke bawah.

"Nggak mau!" Jawab gue dengan teriakan tanpa suara.

Rayen terlihat mengetikan sesuatu di hp nya tak lama kemudian hp gue berbunyi, ada pesan masuk yang dikirimnya.

Roomchat-Rayen

Turun sekarang atau gue akan melakukan hal yang lebih dari sedekar ini.

Jangan macam-macam!

Gue mungkin akan melakukannya.

Mau lo apa?

Ikut gue sekarang juga!

Udah malem.

Baru jam 08.00. Belum malem.

Gue udah ngantuk.

Lo biasa tidur jam 11.00 malem bahkan sampai jam 01.00 pagi.

Kok lo tau?

Nggak ada yang nggak gue tahu.

Lo screet admirer gue ternyata.

Bukan dan nggak akan pernah.
Udah sekarang mending lo turun ke bawah.

Ini udah malem tolong.

Keluar sekarang atau lo mau keributan yang besar hadir di sini malam ini.

Iya. Iya gue turun.

Gue turun ke bawah menemui Rayen di halaman depan. Dengan malas gue berjalan menghampirinya. "Udah? Ini gue udah turun. Sekarang lo mau apa?"

"Ikut gue sekarang."

Gue mendongak dan menunjuk ke arah langit, "Lo lihat langit nggak? Ini udah malem. Nggak boleh mempekerjakan orang sampai malem."

"Kata siapa? Dalam surat perjanjian nggak tertulis seperti itu berarti lo berkewajiban bekerja 24 jam sesuai keinginan gue."

"Hah?!" Gue melongo tidak percaya. Sulit memahami apa yang barusan gue terima. 24 jam? Nggak salah? Satu bulan lagi, bisa-bisa gue pingsan tiap hari.

"Kalau seandainya gue minta lo datang ke rumah gue pukul 00.00 maka saat itu juga lo harus ke sana."

Baiklah orang ini emang mengharapkan gue pingsan tiap hari.

***

Rayen berbalik menghadap ke belakang, "Jalannya yang cepat sedikit!"

Gue menghembuskan napas kesal, menjatuhkan semua kantong belanjaan yang besar-besar dan banyak itu ke lantai. "Lo coba angkat ini semua dan rasakan apa yang gue rasakan. Ini berat dan tolong jangan suruh gue agar lebih cepat dari ini."

"Makanya makan entar kuat. Jangan makan air sama permen kapas mulu tiap hari. Angkat segitu langsung loyo, nanti bisa-bisa kena angin langsung terbang."

"Ini bukan soal kuat apa nggaknya gue, tapi belanjaan lo ini emang banyak banget. Lo mau beli hadiah buat satu orang apa buat satu RT?"

"Udah gue bilang, gue bingung mau ngasih apa, makanya gue beli aja semua itu."

Gue melongo tidak percaya, anak sultan emang bebas beli apa aja. Gue mah apa.

"Udah cepetan!" Rayen berjalan dengan cepat meninggalkan gue yang sedang susah payah menenteng kantong belanjaan.

Sesampainya di tempat parkir Rayen membukaan bagasi mobilnya, "Taruh aja di situ dan lo boleh pulang."

Gue menurut dan menaruh itu ke dalam bagasi mobil. Setelah itu, gue membuka pintu belakang mobil, gue udah capek gue mau duduk dan cepet pulang. Tapi, tangan Rayen menahan pintu itu agar tidak terbuka.

"Eh, mau ngapain lo?" Tanyanya sarkas.

"Gue udah capek ya tolong jangan agak gue ribut mulu. Gue mau pulang."

"Siapa yang nyuruh lo masuk mobil gue?"

Gue mengernyitkan dahi, "Lah kan tadi lo nyuruh gue pulang."

"Iya gue emang nyuruh lo pulang tapi nggak nyuruh lo masuk mobil gue."

Gue tambah bingung dengan apa yang dibicarakan Rayen. Maksud dia apa si?

"Maksud lo apa si?"

"Maksud gue, lo pulang sendirilah."

"Hah?!"

***

a/n :

Jangan lupa tekan tombol 🌟 dan sertakan komen. Yang belum masukin ke perputakaan atau readinglist jangan lupa dimasukin ya biar tau uptade an terbarunya. Terimakasih.

ATTENDANTWhere stories live. Discover now